Upaya Pemkab Genjot Produksi Mangga di Kabupaten Kuningan

Upaya Pemkab Genjot Produksi Mangga di Kabupaten Kuningan

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Selasa, 25 Nov 2025 04:30 WIB
Bunch of green mango on tree in garden. Selective focus
Ilustrasi mangga. (Foto: Getty Images/iStockphoto/jantroyka)
Kuningan -

Kabupaten Kuningan menjadi salah satu daerah penghasil mangga. Dalam data yang dimiliki Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Diskatan) Kabupaten Kuningan, pada tahun 2024 produksi mangga di Kabupaten Kuningan mencapai 33.080 ton. Hal tersebut diungkapkan oleh Kepala Diskatan Kabupaten Kuningan, Wahyu Hidayah.

"Hingga tahun 2024, tercatat terdapat 683.810 pohon mangga di Kabupaten Kuningan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 303.417 pohon sudah berproduksi dengan tingkat produktivitas rata-rata 109 kg per pohon. Dengan demikian, total produksi mangga Kuningan pada tahun 2024 mencapai 33.080 ton. Kebanyakan itu di wilayah Ciawi, Ciwaru dan sekitarnya. Jenis mangganya ada yang gedong, cengkir dan harumanis, " tutur Wahyu. Senin (24/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wahyu memaparkan, meskipun pada tahun 2024 produksi mangga mencapai 33 ribu ton. Namun, di tahun 2025 produksi mangga di Kabupaten Kuningan diperkirakan mengalami penurunan. Pasalnya, di tahun 2025, Kuningan mengalami kemarau basah.

Menurutnya, pohon mangga sendiri akan berbuah di saat musim kemarau. Namun, karena di tahun 2025, hujan turun sepanjang tahun menyebabkan banyak biji bunga yang ada di pohon mangga rontok karena hujan dan angin. Apalagi, lanjut Wahyu, masih banyak petani yang belum tahu cara merawat mangga dengan baik dan benar.

ADVERTISEMENT

"Tapi kalau data triwulan tiga sampai September 2025 jumlah tanaman 683.390 pohon dan baru menghasilkan sekitar 1.000-an ton. Panen rayanya itu di bulan Oktober sampai Desember. Nah keluarnya datanya itu di tahun depan. Kalau tahun 2025 diperkirakan berkurang, beda kayak 2024 musim kering panjang. Sekarang kan musim kemarau basah yang menguntungkan komoditas padi karena sepanjang tahun hujan. Tapi untuk tanaman yang berbunga seperti mangga itu malah produktivitas menurun," tutur Wahyu.

"Nah kemaren kondisinya karena hujan dan angin dan lain-lain yang harusnya jadi buah itu rontok bunganya. Iklim itu faktornya besar karena berhubungan dengan alam. Apalagi mangga kan tidak mungkin dibudidayakan di greenhouse jadi banyak bergantung pada alam. Petani juga kebanyakan tawakal, habis menanam ditinggal. Mangga kan panennya setahun sekali," tambah Wahyu.

Wahyu memaparkan, ke depan, untuk mencegah menurunnya produksi mangga di Kabupaten Kuningan. Pihaknya, akan melakukan beberapa upaya seperti memberikan edukasi kepada petani mangga dan menyerahkan bantuan pupuk dan bibit pohon mangga untuk ditanam. Selain itu juga, bersama dengan Dinas Pertanian Provinsi, pihaknya akan mencoba menanam mangga gedong gincu yang punya peluang untuk diekspor.

"Kalau masyarakat itu habis menanam biasanya ditinggal. Jadi cuman pohonnya tumbuh terus ditinggal tidak ada pemeliharaan yang intensif. Makannya kita lakukan bimtek bagaimana cara penyemprotan, pemeliharaan tanaman, cara mengatasi hama, kemudian pencegahan lalat buah. Ada juga bantuan bibit atau pupuk. Semoga saja 2026 bisa naik lagi. Kita coba lagi mengembangkan gedong gincu yang punya peluang ekspor," tutur Wahyu.

Ia juga mendorong agar petani untuk mengolah mangga menjadi makanan atau minuman seperti dodol mangga, sirup, keripik dan aneka olahan lainnya yang bisa menciptakan nilai tambah bagi para petani.

"Petani tidak boleh hanya mengandalkan penjualan buah segar. Dengan diversifikasi, pendapatan meningkat dan mangga Kuningan memiliki posisi ekonomi yang lebih kuat," pungkas Wahyu.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads