Penjelasan SPPG soal Temuan Ulat di Menu MBG SDN Argapura Cirebon

Penjelasan SPPG soal Temuan Ulat di Menu MBG SDN Argapura Cirebon

Devteo Mahardika - detikJabar
Senin, 03 Nov 2025 18:15 WIB
Penjelasan SPPG soal Temuan Ulat di Menu MBG SDN Argapura Cirebon
Ulat di dalam menu MBG SDN Argapura Kota Cirebon. Foto: Tangkapan layar video viral
Cirebon -

Pihak penyedia makanan bergizi (MBG) di Kota Cirebon akhirnya angkat bicara terkait temuan makanan basi dan adanya ulat dalam program Makan Bergizi (MBG) di SDN Argapura, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti.

Kepala SPPG Kalijaga 2 selaku penyedia MBG, Alvin Raka membenarkan adanya laporan soal makanan yang diduga basi. Namun ia menegaskan, seluruh proses mulai dari memasak hingga pendistribusian sudah dilakukan sesuai dengan standar operasional prosedur.

"Dalam hal ini dapur kami memang terdeteksi ada makanan basi. Padahal dari dapur kami sendiri, masaknya sudah sesuai prosedur. Kami mulai masak jam 3 pagi dan matang jam 4," ujar Alvin saat ditemui di Cirebon, Senin (3/11/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut Alvin, makanan mulai didistribusikan ke sekolah-sekolah sekitar pukul 07.00 pagi. Sebelum dikirim, pihaknya juga telah melakukan uji organoleptik untuk memastikan aroma, rasa, dan tampilan makanan masih layak konsumsi.

ADVERTISEMENT

"Sebelum berangkat distribusi, kami sudah uji dari bau, rasa, dan tampilan. Semuanya aman. Mungkin karena tertutup terlalu lama atau waktu pengantaran cukup panjang, jadi terjadi makanan basi ini," katanya.

Soal Ulat di Sayur, Disebut Akibat Bahan Organik

Terkait temuan ulat di salah satu menu, Alvin menduga hal itu berasal dari bahan sayur yang digunakan, bukan dari proses pengolahan di dapur.

"Kalau ulat, kemungkinan dari kacang panjangnya. Karena kami tidak menggunakan pestisida, jadi bahan yang kami pakai organik. Mungkin di situ ada ulat yang terlewat," jelasnya.

Meski begitu, Alvin memastikan seluruh bahan makanan telah melalui proses pencucian sebelum dimasak. Ia juga berjanji akan memperketat pengawasan kualitas agar kejadian serupa tidak terulang.

"Sudah dibersihkan, mungkin karena terlewat. Tapi untuk ke depan, kami akan lebih teliti dan meningkatkan kualitas makanan," ujarnya.

Alvin menambahkan, pihak Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Cirebon telah mengambil sampel makanan dari SDN Argapura untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium.

"Sudah, dari Dinkes sudah mengambil sampel untuk diperiksa," katanya.

Sebagai langkah antisipasi, pihak dapur mengimbau agar makanan MBG yang dikirim ke SDN Argapura tidak dikonsumsi sementara waktu hingga hasil pemeriksaan keluar.

"Tadi diarahkan untuk tidak dikonsumsi dulu untuk hari ini," tambah Alvin.

SPPG Kalijaga 2 diketahui menyalurkan sekitar 3.300 porsi makanan bergizi setiap hari ke 14 sekolah di wilayah Kalijaga dan Argasunya. Dari jumlah itu, sekitar 470 porsi disalurkan untuk siswa SDN Argapura.

"Secara keseluruhan tidak ada masalah di sekolah lain, tapi kami akan tetap evaluasi agar tidak terulang," ujarnya.

Pernah Terjadi Sebelumnya

Kepala SDN Argapura Moh Syafei membenarkan soal kasus makanan tidak layak konsumsi bukan kali pertama terjadi di sekolahnya. Sebelumnya, pihak sekolah juga sempat menemukan lauk berupa jamur yang berbau tidak sedap.

"Sebelumnya pernah, cuma nggak terlalu heboh. Saya sempat cicipi, jamurnya bau. Langsung saya bilang, tolong jangan dimakan," ungkap Syafei.

Menurut Syafei, kejadian kali ini menjadi viral karena video temuan makanan basi dan ulat diunggah dan tersebar luas di berbagai grup media sosial.

"Hari ini saya puasa jadi tidak sempat cek langsung. Tapi guru dan petugas kontrol yang lebih dulu menemukan kalau makanannya bau dan ada ulatnya," jelasnya.

Pihak sekolah langsung mengamankan makanan tersebut dan menyerahkannya ke penyedia MBG sebagai bentuk laporan. Namun Syafei menyayangkan karena pihak penyedia justru ikut menyebarkan informasi tersebut ke publik.

"Seharusnya bisa diselesaikan dulu secara internal, jangan malah disebarkan. Jadi seperti membuka aib sendiri," ucapnya.

Ia menegaskan, pembagian makanan yang tercium bau basi telah dihentikan, sementara menu lain yang masih layak tetap dibagikan kepada siswa.

"Yang bau kami hentikan, tapi yang aman tetap kami bagi," kata Syafei.

Syafei berharap, pihak penyedia MBG dan koperasi sekolah dapat lebih memperhatikan waktu memasak dan proses distribusi, agar makanan tetap segar sampai diterima anak-anak.

"Harapannya, pihak MBG harus lebih teliti. Jangan masak terlalu malam supaya tidak basi. Ini demi kesehatan anak-anak," ujarnya.

Sebelumnya, sebuah video berdurasi 35 detik menampilkan seorang wali murid bernama Mila yang memprotes makanan MBG di SDN Argapura. Dalam video itu, Mila menunjukkan makanan sayur yang diduga basi dan menemukan seekor ulat di dalam menu kacang panjang.

"Pas dibuka sudah tercium bau basi. Saya langsung larang anak-anak untuk makan," ujarnya.

Beruntung, makanan tersebut belum sempat dikonsumsi oleh siswa karena Mila sudah lebih dulu memperingatkan mereka.

"Saya minta tolong pihak penyedia lebih memperhatikan lagi. Ini untuk kesehatan anak-anak kita," tegasnya.

(sud/sud)


Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads