Jejak Perlawanan di Makam Rambut Eyang Hasan Maolani

Jejak Perlawanan di Makam Rambut Eyang Hasan Maolani

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Kamis, 02 Okt 2025 07:00 WIB
Makam Rambut Eyang Hasan Maolani
Makam Rambut Eyang Hasan Maolani (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar)
Kuningan -

Di sebuah desa kecil bernama Lengkong, Kecamatan Garawangi, Kabupaten Kuningan, tersimpan sebuah makam keramat yang berbeda dari biasanya. Namanya Makam Rambut Eyang Hasan Maolani. Seperti namanya, yang dimakamkan di tempat itu bukan jasad, melainkan sehelai rambut seorang ulama sekaligus pejuang melawan penjajah.

Untuk mencapai lokasi, peziarah harus menyusuri sebuah gang sempit bertuliskan Makam Rambut Eyang Hasan Maolani. Gang itu berakhir di area pemakaman umum. Baru setelah melewati deretan makam warga, barulah tampak sebuah makam mungil di ujung pemakaman, tepat di tepi jurang yang sunyi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Suasana adem menyambut setiap langkah. Rimbunnya pepohonan menciptakan keteduhan, seolah menyimpan cerita panjang tentang sang tokoh yang dimuliakan. Berbeda dari makam pada umumnya, makam ini berukuran kecil, disusun dari batu bata merah, dengan hanya satu nisan berwarna hitam yang berdiri tegak di tengahnya. Makam rambut ini diapit oleh dua makam lain di kanan dan kirinya, menambah kesan sakral.

Muhammad Oding Sajidin, generasi ketujuh Eyang Hasan Maolani, menuturkan asal-usul unik makam tersebut. Menurutnya, meskipun lahir di Desa Lengkong, makam asli Eyang Hasan Maolani berada jauh di Kampung Jawa Tondano Utara, Minahasa, Sulawesi Utara.

ADVERTISEMENT

"Syekh Hasan Maolani diambil sama Belanda ketika usianya sekitar umur 60-an. Tapi putra sama istrinya tetap di Desa Lengkong. Ketika potong rambut, salah satu putranya ada yang menyimpan rambut Syekh Hasan Maolani. Nah ketika diambil Belanda ke Manado, pas istrinya meninggal. Rambut Syekh Hasan juga dikuburkan sampai ada lokasinya dinamakan makam rambut. Nah di situ satu lokasi, makam istrinya, putranya sama rambut Eyang Hasan Maolaninya," tutur Oding.

Makam Rambut Eyang Hasan MaolaniMakam Rambut Eyang Hasan Maolani Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Sejarah itu membawa kita pada sosok Hasan Maolani, yang oleh sebagian orang dijuluki Eyang Menado. Ia lahir di Kuningan pada 1782 M. Sejak muda, ia dikenal sebagai pendakwah dan pejuang yang lantang menentang penjajahan Belanda. Pengaruhnya kian meluas, membuat Pemerintah Hindia Belanda gusar. Pada 1842, ia ditangkap. Dari Cirebon, lalu Batavia, hingga akhirnya ia diasingkan ke Menado, Sulawesi Utara.

Namun pengasingan tak menghentikan semangatnya. Di tanah jauh itu, ia tetap berdakwah, menyebarkan ajaran Islam hingga akhir hayatnya pada 1874 M. Ia dimakamkan di Kampung Jawa Tondano Utara, Minahasa.

Sementara itu, sang anak yang tinggal di Desa Lengkong memilih cara tersendiri agar masyarakat tak perlu jauh-jauh berziarah ke Sulawesi. Rambut sang ayah yang disimpannya, akhirnya dimakamkan di desa asal, berdampingan dengan makam istri dan putra Eyang Hasan Maolani.

Hingga kini, makam rambut itu tak pernah sepi dari peziarah. Mereka datang bukan sekadar mendoakan, tapi juga mengenang perjuangan seorang tokoh yang berani melawan penjajah dengan dakwah dan keteguhan iman.

Selain makam rambut, peninggalan Eyang Hasan Maolani masih tersimpan rapi di rumah keramatnya di Desa Lengkong. Di sana ada kitab, terompah, dan tongkat yang pernah digunakannya semasa hidup. Benda-benda itu menjadi saksi bisu perjuangan seorang ulama dari Kuningan yang namanya kini abadi dalam ingatan masyarakat.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads