Di balik geliat pembangunan infrastruktur yang gencar digaungkan pemerintah, masih ada kisah getir dari sudut Kabupaten Cirebon. Tepatnya di Desa Gebang Udik, Kecamatan Gebang, warga sudah lebih dari setahun harus berdamai dengan kondisi jalan utama yang rusak parah.
Suara deru sepeda motor dan kendaraan lainnya terdengar pelan ketika melewati jalanan penuh lubang dengan kedalaman lebih dari 10 sentimeter. Aspal yang terkelupas berganti cekungan-cekungan berisi air, bak perangkap tersembunyi bagi pengendara yang melintas.
"Udah setahun lebih kondisi jalan rusak kaya gini, belum ada tanda-tanda mau diperbaiki," keluh Rudi (36), seorang warga yang setiap hari melewati jalan tersebut, Selasa (30/9/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menuturkan, kerusakan jalan bukan hanya sekadar mengganggu kenyamanan, tetapi juga membahayakan keselamatan. Beberapa kali, ia menyaksikan pengendara terjatuh karena tidak mampu menghindari lubang.
"Kalau lewat sini harus benar-benar hati-hati, pilih jalur yang lebih aman. Tapi susah, lubangnya di mana-mana," tambahnya.
Hal serupa diungkapkan Muniah (49). Baginya, musim hujan adalah saat paling menegangkan. Genangan air membuat lubang sulit terlihat, sehingga banyak pengendara terjebak.
"Waduh, repot banget kalau udah hujan. Pernah ada motor nyungseb gara-gara nggak lihat lubang. Kasihan juga yang kena," ujarnya sambil menunjuk salah satu titik yang paling parah.
Bagi masyarakat Gebang Udik, jalan rusak bukan hanya soal ketidaknyamanan. Akses ekonomi, mobilitas warga, hingga keselamatan menjadi taruhannya. Para pedagang yang membawa hasil bumi pun kerap mengeluh karena kendaraan mereka rusak akibat harus melewati jalur penuh jebakan ini.
Ironisnya, kerusakan jalan tersebut bukan baru seumur jagung. Warga menyebut kondisi ini sudah berlangsung lama tanpa ada langkah nyata dari pemerintah setempat. Padahal, jalan di desa tersebut menjadi penghubung penting bagi aktivitas warga sehari-hari.
Harapan warga sederhana, pemerintah segera turun tangan melakukan perbaikan. Jalan yang layak bukanlah kemewahan, melainkan kebutuhan dasar untuk mendukung aktivitas masyarakat. Selama belum ada solusi, warga Gebang Udik hanya bisa menanti sambil terus berhati-hati setiap kali roda kendaraan mereka beradu dengan "lautan lubang" di jalan tersebut.
(mso/mso)