Di balik hamparan hijau perkebunan tebu Desa Belawa, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon, tersimpan sebuah situs bersejarah yang menjadi saksi bisu perjalanan manusia ribuan tahun silam. Warga setempat menyebutnya Peti Kubur Batu Belawa, sebuah peninggalan dari zaman megalitikum yang diperkirakan berusia 5.000 hingga 8.000 tahun.
Situs ini berupa susunan batu andesit berbentuk menyerupai peti. Namun, berdasarkan penelitian arkeologi, peti tersebut bukan makam permanen, melainkan tempat persemayaman sementara jenazah sebelum dipercaya melanjutkan perjalanan menuju alam arwah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu peti yang sempat diteliti memiliki ukuran panjang 205 sentimeter dengan lebar 70 sentimeter. Menariknya, orientasi peti itu menghadap ke barat dengan deviasi sekitar 25 derajat tepat mengarah ke Gunung Ciremai, gunung tertinggi di Jawa Barat yang kerap dipandang sakral oleh masyarakat setempat.
Jejak Tradisi Bekal Kubur
Ekskavasi pada tahun 2013 membuka tabir baru tentang tradisi penguburan di situs ini. Tim arkeolog menemukan sejumlah artefak di sekitar peti kubur, mulai dari fragmen gerabah hingga perunggu. Penemuan ini memperlihatkan adanya praktik bekal kubur hingga kepercayaan bahwa jenazah perlu dibekali perlengkapan untuk perjalanan menuju alam arwah.
"Dalam penelitian ditemukan fragmen gerabah dan perunggu yang sangat rapuh akibat pelapukan. Artefak perunggu tersebut diduga merupakan bekal kubur bagi jenazah yang dikebumikan di bangunan bersejarah ini," jelas Lutfi Yondri, arkeolog dari Balai Arkeologi Jawa Barat, Rabu (24/9/2025).
Menurut Lutfi, keberadaan Peti Kubur Batu Belawa menegaskan masyarakat prasejarah di Cirebon telah mengenal sistem kepercayaan yang kompleks.
"Situs ini tidak hanya menunjukkan tradisi budaya batu, tetapi juga menandai masuknya budaya logam yang sudah dikenal masyarakat pada masa itu," ujarnya.
Bagi masyarakat Desa Belawa, situs ini bukan sekadar peninggalan arkeologis, tetapi juga simbol ikatan dengan leluhur mereka. Tidak heran jika warga setempat bersama pemerintah desa ikut menjaga dan menata ulang susunan batu yang sempat rusak akibat waktu.
"Upaya pelestarian terus dilakukan agar generasi mendatang dapat mengenal jejak peradaban manusia purba di Cirebon," ujar salah seorang tokoh desa.
Bahkan, kini muncul gagasan untuk menjadikan kawasan ini sebagai taman purba, yang tidak hanya difungsikan sebagai situs arkeologi, tetapi juga sebagai destinasi wisata edukasi. Dengan begitu, pengunjung bisa belajar tentang sejarah prasejarah Nusantara sekaligus menikmati suasana pedesaan yang asri.
Warisan Berharga Cirebon
Situs Peti Kubur Batu Belawa menjadi bukti nyata bahwa Cirebon tidak hanya identik dengan budaya Islam, keraton, dan walisongo, tetapi juga menyimpan jejak peradaban manusia purba.
Dengan nilai sejarah, budaya, dan edukasi yang dimilikinya, situs ini berdiri sebagai pengingat bahwa jauh sebelum berdirinya keraton megah, masyarakat di wilayah Cirebon sudah memiliki sistem kepercayaan, ritual penguburan, serta tradisi yang menandai perkembangan peradaban mereka.
Di tengah kesunyian perkebunan tebu, batu-batu tua itu masih berdiri, seakan berbisik tentang kisah manusia purba yang pernah hidup, berdoa, dan berharap di tanah Cirebon ribuan tahun lalu.
(sud/sud)










































