Terik panas di sore hari Pasar Batik Trusmi berubah menjadi panggung penuh warna. Suara lonceng becak berdenting, dicampur sorakan penonton yang berdiri berdesakan di tepi jalan. Bau panasnya aspal jalanan dengan aroma gorengan dari pedagang kaki lima melengkapi suasana kemeriahan.
Di tengah hiruk-pikuk itu, pemandangan tak biasa terjadi dimana para pejabat Kabupaten Cirebon mengayuh becak hias, mencoba peran yang biasanya ada di balik punggung rakyat kecil.
Dengan keringat mulai membasahi pelipis, Bupati Cirebon Imron mengayuh becak yang dipenuhi ornamen khas Cirebon. Di belakangnya, Kapolresta Cirebon Kombes Pol Sumarni tampak tertawa lepas, mencoba menjaga keseimbangan roda tiga yang dipenuhi bunga kertas merah putih. Ada pula Dandim 0620/Kabupaten Cirebon Letkol Inf Mukhammad Yusron dan Ketua DPRD Kabupaten Cirebon Sophi Zulfia, semuanya larut dalam suasana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bukan sekadar hiburan, kegiatan ini adalah bagian dari rangkaian perayaan HUT ke-80 Kemerdekaan Republik Indonesia yang digagas Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Cirebon bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda). Tujuannya sederhana tapi menyentuh, mengajak para pemimpin merasakan bagaimana rasanya mengayuh roda kehidupan dari kursi yang biasanya ditempati rakyat kecil.
"Pejabat tidak seharusnya hanya dilayani. Kita harus melayani dan memahami apa yang dirasakan masyarakat setiap hari," kata Bupati Imron, sambil tersenyum di tengah napas yang terengah.
"Becak ini bukan sekadar kendaraan, tapi simbol kearifan lokal Cirebon. Melalui hiasan budaya dan semangat kemerdekaan, kita ingin mengingatkan kembali makna gotong royong dan cinta tanah air," tegasnya.
Parade ini dimeriahkan puluhan becak hias, sebagian dikayuh langsung oleh pengayuh becak asli yang sehari-hari mangkal di kawasan wisata batik dan kuliner Trusmi. Mereka beradu kreasi menghias becak dengan kain batik, janur, hingga payung tradisional. Warga tumpah ruah di sepanjang rute, anak-anak bersorak memanggil nama peserta, sementara ponsel-ponsel terangkat untuk mengabadikan momen langka ini.
Ketua IJTI Cirebon, Kholid Mawardi, mengungkapkan bahwa kegiatan ini tak hanya menyemarakkan kemerdekaan, tapi juga menghidupkan kembali denyut pariwisata lokal.
"Kita ingin perayaan kemerdekaan ini sederhana, merakyat, tapi punya makna besar. Dan ternyata, antusiasme masyarakat luar biasa," ujarnya.
Sore itu, di bawah terik matahari yang mulai condong ke barat, kayuhan demi kayuhan becak mengukir senyum di wajah penonton. Di jalan-jalan Trusmi, roda becak membawa lebih dari sekadar penumpang namun ia membawa pesan empati, kebersamaan, dan rasa syukur atas kemerdekaan yang telah diraih, namun tetap harus diisi dengan saling memahami.
"Karena di balik peluh seorang pejabat yang mengayuh becak, tersimpan kesadaran bahwa kemerdekaan bukan hanya soal bendera yang berkibar, tetapi juga tentang memahami beratnya hidup dari sudut pandang rakyat yang mereka pimpin," tutup Kholid.
(yum/yum)