Air Sumur Berubah Keruh, Nestapa Warga Argasunya di Balik Gunungan Sampah

Air Sumur Berubah Keruh, Nestapa Warga Argasunya di Balik Gunungan Sampah

Ony Syahroni - detikJabar
Jumat, 08 Agu 2025 17:30 WIB
Air sumur warga Cirebon keruh
Seorang warga memperihatkan air yang keruh diduga gegara air lindih dari TPA Kopi Luhur Cirebon (Foto: Ony Syahroni/detikJabar).
Cirebon -

Sinar mentari terasa begitu menyengat di Kelurahan Argasunya, Kota Cirebon pada Kamis (7/8) siang. Namun, di tengah teriknya cuaca, wajah-wajah warga justru tampak muram. Mereka menatap cemas ke arah sumur-sumur di pekarangan rumah yang kini airnya berwarna keruh dan kerap menimbulkan bau.

Warga menduga, air sumur di lingkungan mereka telah tercemar air lindi dari TPA Kopi Luhur yang tak jauh dari permukiman. Warga khawatir, air lindi dari tumpukan sampah di TPA itu merembes ke tanah dan mencemari sumber air mereka.

Kekhawatiran itu pun membuat warga tidak lagi berani menggunakan air sumur. Mereka lebih memilih membeli air kemasan untuk kebutuhan konsumsi sehari-hari.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Potret Warga yang Terdampak

Salah seorang warga yang merasakan dampaknya adalah Asep Hidayatullah. Ia merupakan Ketua RT 04 RW 04, Kelurahan Argasunya, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon.

Saat ditemui di kediamannya, Asep berjalan menuju sumur yang ada di pekarangan rumah. Dengan menggunakan ember, ia lalu menimba air dan mengangkatnya perlahan. Di dalamnya, tampak air berwarna keruh.

ADVERTISEMENT

"Sekarang begini kondisi airnya, tidak jernih, tidak bening, keruh," ujar Asep sambil menatap air yang ada di dalam ember.

Tak hanya keruh, Asep menyebut, air di dalam sumurnya juga mengeluarkan bau tak sedap. Saat dikonsumsi, air tersebut kerap menimbulkan bau amis.

"Bau itu ada. Kadang kalau diminum ada bau amisnya. Dari situ, kami tidak berani untuk mengkonsumsi air tersebut," kata Asep.

Untuk memenuhi kebutuhan air minum atau memasak, Asep memilih membeli air kemasan. Sementara untuk kebutuhan lainnya, ia mengandalkan sumur bor.

"Sumur gali sudah tidak kita fungsikan. Secara mandiri kami inisiatif membuat sumur bor sedalam 16 meter. Tapi ternyata airnya tetap keruh, tidak sejernih yang kita harapkan dan layak untuk konsumsi. Akhirnya ketika untuk minum dan memasak kita beli," kata dia.

Asep menduga, air sumurnya tercemar air lindi dari Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur. Letak rumahnya memang tak jauh dari TPA itu. Posisi permukiman yang lebih rendah dari lokasi TPA membuatnya khawatir air limbah meresap ke dalam tanah dan mencemari sumber air warga.

Air sumur warga Cirebon keruhSeorang warga memperlihatkan air sumur yang keruh

"TPA itu adanya di atas ketinggian. Sedangkan kami di RT 04 RW 04 posisinya di bawah. Jaraknya kira-kira kurang dari 1 Kilometer. Saya menduganya dari sana (TPA Kopi Luhur)," kata dia.

Untuk memastikan kondisi sumber air di wilayahnya, Asep berharap ada riset atau uji laboratorium terhadap sampel air sumur. Ia ingin tahu seberapa parah pencemaran yang terjadi, dan apakah air tersebut masih layak digunakan.

"Kami belum tahu sejauh mana atau seberapa berat ketercemaran air di lingkungan kami ini. Justru kami butuh keterbukaan untuk diriset bersama," kata dia.

Tak jauh dari kediaman Asep, seorang warga lainnya, Sri Hayati juga mengeluhkan hal serupa. Air sumur di samping rumahnya kini tampak keruh dan sering mengeluarkan bau tak sedap. Kondisi itu membuatnya khawatir dan memilih tidak lagi menggunakan air sumur.

"Airnya keruh, terus agak bau. Kalau musim hujan lebih parah lagi keruh sama baunya. Kayanya pencemaran dari TPA. Air sumurnya udah nggak dipakai lagi," kata Sri.

Untuk kebutuhan konsumsi dan memasak, Sri memilih membeli air galon. Meski harus merogoh kocek lebih dalam, ia merasa itu pilihan paling aman untuk menjaga kesehatan keluarganya.

"Sehari-hari sekarang pakainya sumur bor. Tapi kalau buat minum sama masak sih airnya beli," ucap Sri.

Baik Asep maupun Sri, mereka berharap Pemerintah Kota Cirebon bisa segera membenahi pengelolaan TPA Kopi Luhur untuk mencegah dampak buruk bagi warga sekitar. "Kalau bisa diperbaiki pengelolaannya," kata Sri.

Dugaan Pencemaran Berasal dari Air Lindi TPA Kopi Luhur

Hari itu, Asep sempat menunjukkan kolam penampungan air lindi yang terletak tepat di kaki gunungan sampah TPA Kopi Luhur. Di lokasi itu, terlihat ada beberapa kolam. Airnya tampak hitam pekat.

Ia menduga, cairan itulah yang menyebabkan air di lingkungan tempat tinggalnya tercemar hingga berubah keruh dan tak layak lagi digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.

"Sekarang sumur gali itu hampir tidak difungsikan. Sekarang pakainya sumur bor. Meskipun pakai sumur bor, seperti di tempat saya, hasilnya tetap keruh dan tidak layak untuk dikonsumsi," kata dia.

"Jadi harapan kami kepada Pemerintah Kota Cirebon, dalam hal ini Dinas Lingkungan Hidup, persoalan sampah di TPA Kopi Luhur dibenahi, kemudian dikelola dengan baik. Karena kami itu menjadi warga yang terdampak," sambung dia.

Menanggapi dugaan pencemaran sumur warga akibat TPA Kopi Luhur, Anggota DPRD Kota Cirebon, Umar Stanis Klau, mendesak Pemerintah Kota Cirebon segera mengambil langkah konkret.

Ia menilai persoalan tersebut tidak bisa dibiarkan berlarut-larut. Ia meminta pemkot bersama dinas terkait melakukan uji laboratorium terhadap sampel air yang ada di lingkungan warga serta segera menyosialisasikan hasilnya.

Air sumur warga Cirebon keruhKolam air lindi/licit TPA Kopi Luhur

"Pemkot dan dinas segera menyosialisasikan hasil laboratorium sampling yang diteliti. Agar jelas langkah tindak lanjutnya. Warga membutuhkan perlindungan yang nyata," kata dia.

Kolam Air Lindi Meluber saat Musim Hujan

Kasubag TU UPT TPA Kopi Luhur DLH Kota Cirebon Jawahir, tidak menampik adanya keluhan warga soal air sumur yang berubah keruh dan berbau. Ia mengakui, pencemaran itu memang diduga berasal dari air lindi TPA Kopi Luhur.

Menurutnya, setiap musim hujan, kolam penampung air lindi di area TPA kerap meluap. Air berwarna hitam itu mengalir ke sungai hingga ke lingkungan warga.

"Pada musim hujan kolam penampungannya tidak bisa menampung, dan alirannya masuk ke sungai. Sungai itu kan satu jalur dengan aliran yang dari permukiman. Karena terdorong, akhirnya masuk ke saluran penduduk," kata dia.

Kondisi makin diperparah karena kolam penampung mengalami kebocoran. Kebocoran itu menjadi jalur bagi air lindi untuk merembes keluar.

"Kolamnya kan banyak yang pada bocor jadi merembes. Tapi diperbaiki lagi. Dan ke depannya mau ditambah kolamnya," kata Jawahir.

"Upaya kita saat ini sedang pembenahan, dan ke depannya mau menambah kolam lagi untuk penampungan air licitnya. Yang namanya sampah kan ada air licitnya," sambung dia.

Jawahir menyebut ada beberapa area permukiman warga di Kelurahan Argasunya yang terdampak air lindi dari TPA Kopi Luhur. "Yang terdampak itu RW 01 sama RW 04. Karena itu kan dekat," kata dia.

Untuk memenuhi kebutuhan air bersih, pihaknya telah memberikan bantuan berupa sumur bor untuk warga terdampak. "Kita sudah memberikan bantuan berupa sumur bor di dua titik, di wilayah Palinggihan dan Sumurwuni," kata Jawahir.

TPA Kopi Luhur Terapkan Controlled Landfill

Di sisi lain, kata Jawahir, pihaknya tengah mengubah pola pengelolaan sampah di TPA Kopi Luhur. Sistem yang sebelumnya menggunakan metode open dumping kini beralih menjadi controlled landfill.

Perubahan ini merupakan tindak lanjut atas sanksi yang dijatuhkan Kementerian Lingkungan Hidup terhadap TPA Kopi Luhur.

"Setelah Pak Menteri (Lingkungan Hidup) datang, kita diberi masukan bahwa pengelolaan sampah itu tidak boleh sistem open dumping. Jadi sekarang kita menerapkan controlled landfill. Sekarang sedang berjalan," kata dia.

Jawahir menjelaskan, dalam sistem controlled landfill, setiap sampah yang masuk akan segera dipadatkan dan ditutup dengan tanah. Saat ada tumpukan sampah baru, lapisan tanah kembali ditambahkan.

Air sumur warga Cirebon keruhGunungan sampah di TPA Kopi Luhur

"Jadi ketika sampah datang dirapihkan dan dipadatkan, kemudian ditutup dengan tanah. Ketika ada sampah lagi, dipadatkan dan ditutup lagi," kata dia.

Jawahir berharap, sistem controlled landfill yang diterapkan di TPA Kopi Luhur dapat menekan dampak negatif sampah terhadap lingkungan.

"Mudah-mudahan dengan controlled landfill ini bisa mengurangi air licit. Kemudian juga bisa mengurangi bau," kata dia.

Halaman 2 dari 3


Simak Video "Era Baru Air Jakarta: Mungkinkah IPO PAM Jaya Jadi Kunci Keberlanjutan?"
[Gambas:Video 20detik]
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads