Di antara deretan rumah yang berjajar di Gang Samadikun V, kota Cirebon sebuah bangunan sederhana berdiri. Temboknya terbuat dari bilik bambu dan papan triplek, dengan cat merah muda yang warnanya perlahan mulai memudar.
Atap asbes yang menaungi ruangan di bawahnya, membuat suhu di dalam rumah kerap terasa panas setiap kali matahari sedang terik.
Di rumah itulah Emen (56) tinggal bersama istri dan anaknya. Dua kamar dengan tempat tidur sederhana menjadi tempat mereka beristirahat. Sementara di bagian dapur, perabotan seadanya memenuhi ruang-ruang kecil yang tersisa. Rumah itu juga memiliki kamar mandi, meski kondisinya jauh dari kata mewah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saat ditemui pada Jumat (1/8) siang, Emen tengah duduk di dekat pintu rumah. Di sebelahnya, terparkir sebuah becak tua yang biasa ia gunakan mencari rongsokan dari sudut-sudut kota.
"Setiap hari saya kerjanya nyari rongsokan pakai becak ini. Keliling-keliling kota aja nyari rongsokan," kata Emen saat berbincang dengan detikJabar di rumahnya, RW 11, Kelurahan Kesenden, Kota Cirebon.
Rumah-rumah warga di kawasan itu berdiri rapat satu sama lain. Namun di antara rumah-rumah tersebut, bangunan tempat tinggal Emen tampak mencolok. Bukan karena megah, melainkan sebaliknya.
Bertahun-tahun sudah Emen dan keluarganya tinggal di rumah itu. "Kurang lebih 20 tahunan sih ada. Kalau siang begini ya panas. Cuma mau gimana lagi," kata dia.
Sejak lama, Emen sebenarnya ingin memperbaiki rumahnya agar jadi hunian layak. Namun, penghasilannya yang pas-pasan membuat keinginannya itu belum bisa terwujud.
"Pendapatan kadang sehari dapat Rp50 ribu, kadang Rp60 ribu. Kalau lagi sakit ya kadang nggak berangkat," kata dia.
Kendati demikian, usaha Emen patut diacungi jempol. Dengan pendapatan yang tidak menentu, ia mampu menyekolahkan anak perempuannya hingga lulus SMK. Kini, sang anak telah bekerja dan ikut membantu perekonomian keluarga.
Di sisi lain, Emen juga bisa bernapas lega setelah namanya masuk dalam daftar penerima bantuan program Rutilahu dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Perbaikan itu akan menjadi awal baru bagi Emen untuk mewujudkan rumah yang layak bagi keluarganya. Ia mengaku sangat bersyukur. Sebab, harapan yang selama ini dinantikan akan segera terwujud.
"Alhamdulillah. Karena memang sudah lama saya pengen betulin rumah, cuma belum mampu. Sekarang dapat bantuan ya sangat bersyukur," kata dia.
Lolos Persyaratan
Koordinator Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Bina Warga Kelurahan Kesenden, Lukman Santoso menyebut Emen merupakan salah seorang warga yang akan mendapatkan bantuan program Rutilahu dari Pemprov Jabar.
Selain karena kondisi rumahnya memang layak mendapatkan bantuan, Emen juga telah memenuhi syarat-syaratnya. Salah satunya adalah bukti kepemilikan.
"Data-data awal itu biasanya itu berupa KK, KTP dan bukti kepemilikan. Bukti kepemilikannya berupa sertifikat atau bisa juga akta jual beli," kata Lukman.
"Alhamdulillah Pak Emen bisa maju (mendapatkan bantuan program Rutilahu)," kata dia menambahkan.
Emen bukan satu-satunya warga di Kelurahan Kesenden yang mendapat bantuan program Rutilahu. Pada tahun ini, kata Lukman, ada 45 warga yang tercatat mendapatkan bantuan tersebut.
"Di Kelurahan Kesenden secara keseluruhan ada 45 penerima manfaat. Alhamdulillah yang 45 ini hampir dipastikan pakai sertifikat semua," terang dia.
Lurah Kesenden, Ruliyanto, mengatakan terdapat lebih dari seratus rumah di wilayahnya yang masuk kategori tidak layak huni. Rumah-rumah tersebut telah didata dan menjadi sasaran program bantuan.
"Data penerima (program) rutilahu secara total itu ada sekitar 116 unit rumah. Itu berdasarkan data dari BKM," ucap dia.
Namun, kata Ruli, pada tahun ini bantuan program rutilahu baru akan disalurkan kepada 45 rumah. Dari puluhan rumah itu, 23 di antaranya ada di RW 10, sementara 22 rumah lainnya di RW 11.
"Itu sudah kita lakukan verifikasi lapangan bersama dengan pihak BKM dan dibantu tim dari provinsi," kata Ruli.
Menurutnya, program bantuan tersebut akan berlangsung selama lima tahun. Ia mengimbau kepada masyarakat yang tahun ini belum mendapat bantuan untuk bersabar.
"Tentunya ini bisa menjadi akselerasi percepatan penanganan sosial ketika kita mendapat program berkelanjutan 5 tahun. Masyarakat kita imbau agar tidak panik ketika tahun sekarang belum dapat," kata dia.
Rumah Tidak Layak Huni di Kota Cirebon Capai Ribuan Unit
Selain di Kelurahan Kesenden, rumah tidak layak huni juga tersebar di sejumlah kelurahan lain di Kota Cirebon. Secara keseluruhan, jumlahnya mencapai ribuan unit.
Kepala Bidang Kawasan Permukiman DPRKP Kota Cirebon, Nanang Rosadi, mengatakan hingga akhir tahun 2024 jumlah rumah tidak layak huni di Kota Cirebon tercatat ada lebih dari 2.000 unit.
"Berdasarkan data akhir tahun 2024, jumlah rumah tidak layak huni di Kota Cirebon masih sekitar 2.875 unit," kata Nanang.
Tahun ini, kata dia, pemerintah akan menggulirkan program untuk mengatasi masalah rumah tidak layak huni di Kota Cirebon. Program tersebut berasal dari beberapa sumber bantuan.
Untuk tahun 2025, program Rutilahu Pemprov Jawa Barat menargetkan perbaikan 80 unit rumah, dengan rincian 45 unit di Kelurahan Kesenden dan 35 unit di Kelurahan Panjunan.
"Dana bantuan dari provinsi Rp20 juta per rumah. Dari Rp20 juta itu, Rp17 juta setengah untuk bahan material, Rp2 juta untuk upah tukang dan ladennya. Kemudian yang Rp500 ribu untuk operasional BKM," kata dia.
Sementara itu, untuk program RTLH Kota Cirebon, terdapat sekitar 160 unit rumah yang masuk prioritas, terdiri dari 85 unit di wilayah kumuh dan 75 unit di wilayah non-kumuh.
"Untuk RTLH Kota Cirebon dana per rumahnya bervariasi. Ada yang Rp10 juta, ada yang Rp15 juta maksimal," kata Nanang.
Selain itu, melalui program Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS) dari pemerintah pusat, telah diusulkan sebanyak 1.200 unit rumah.
"Namun belum ada keputusan apakah Kota Cirebon akan mendapatkan kuota tersebut atau tidak. Padahal kita sudah mengusulkan di awal tahun itu sebanyak 1.200 rumah," kata dia.
Simak Video "Video: Penyebab 3 Juta Keluarga Belum Terima Bansos"
[Gambas:Video 20detik]
(mso/mso)