Menelisik Asal Usul Tugu Bambu Runcing di Jantung Kota Indramayu

Menelisik Asal Usul Tugu Bambu Runcing di Jantung Kota Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Jumat, 01 Agu 2025 08:30 WIB
Tugu Bambu Runcing di Alun-alun Indramayu.
Menelisik Asal Usul Tugu Bambu Runcing di Jantung Kota Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Nama bambu runcing tentu tak asing di telinga masyarakat Indonesia. Bukan sekadar alat sederhana, bambu runcing menjadi simbol perlawanan rakyat Indonesia terhadap kolonialisme, terutama dalam masa-masa perjuangan kemerdekaan.

Di Indramayu, Jawa Barat, simbol itu tak hanya hadir dalam cerita sejarah, melainkan menjelma sebagai monumen kokoh yang berdiri di jantung kota Alun-alun Indramayu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tugu bambu runcing di Indramayu bukan sekadar hiasan kota. Ia merupakan pengingat sekaligus penghormatan atas semangat juang masyarakat setempat yang gigih melawan penjajahan. Monumen ini tak hanya mencuri pandang karena bentuknya yang khas, tetapi juga menyimpan nilai historis yang tak ternilai.

Suparto Agustinus, Pamong Cagar Budaya pada Bidang Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, mengisahkan bahwa sebelum menjadi lima bambu runcing seperti sekarang, kawasan tersebut dulunya dihiasi tugu berbentuk apolo. Pada bagian atasnya, terdapat peluru meriam sebagai ornamen.

ADVERTISEMENT

"Bambu runcing itu awalnya adalah tugu yang berbentuk apolo dan juga di atasnya itu ada kayak peluru meriam," ujar Suparto, akrab disapa Tinus, saat ditemui Kamis (3/7/2025).

Transformasi bentuk tugu itu dimulai pada dekade 1970-an, tepatnya ketika Indramayu dipimpin oleh Bupati H.A Djahari. Pemimpin daerah saat itu merasa perlu menghadirkan ikon yang lebih mencerminkan identitas perjuangan masyarakat Indramayu. Maka, tugu apolo diganti dengan lima bambu runcing yang kini menjadi landmark kota.

"Zaman pemerintahan Pak Djahari, kemudian diubahlah menjadi tugu perjuangan yang seperti sekarang, yaitu bambu runcing yang berjumlah lima," katanya.

Pembangunan monumen dilakukan sekitar tahun 1977 hingga 1978, dan diresmikan langsung oleh Gubernur Jawa Barat kala itu. Meski Tinus tak mengingat pasti nama gubernur yang meresmikan, ia menyebut dua nama yang kemungkinan memegang jabatan saat itu.

"Itu dibangun antara tahun 1977 sampai dengan tahun 1978 dan lalu diresmikan pada saat itu. Kalau tidak salah gubernurnya itu Pak Anggun Hevi atau Pak Yogi SM, antara dua orang itu pejabat gubernurnya," ucapnya.

Monumen bambu runcing di Indramayu tak hanya memiliki nilai estetika, tetapi juga mengandung filosofi mendalam. Jumlah lima bambu yang berdiri tegak menggambarkan lima sila dalam Pancasila, dasar negara Indonesia. Di saat yang sama, tugu tersebut menjadi bentuk penghormatan terhadap para pejuang lokal yang telah mengorbankan jiwa dan raga demi tanah air.

"Nah itu mengandung filosofi itu tadi adalah Pancasila dan juga berkaitan dengan perjuangan rakyat Indramayu untuk mengenang ataupun menghormati para perjuangan-perjuangan Indramayu dan sebagai tanda perlawanan daripada rakyat Indramayu terhadap penjajah," papar Suparto.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads