Kala Kain Bekas Jadi Gaun Istimewa di Tangan Ayank

Kala Kain Bekas Jadi Gaun Istimewa di Tangan Ayank

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Minggu, 27 Jul 2025 09:30 WIB
Ayank R Sambara saat menunjukkan karyanya.
Ayank R Sambara saat menunjukkan karyanya. (Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar)
Majalengka -

Di balik aktivitasnya menjadi pewarta bahasa Sunda, Ayank R Sambara mempunyai sisi kesibukan lain. Ayank justru menemukan ruang ekspresi lain lewat seni menjahit di atas kain-kain bekas. Uniknya, ia menjahit tanpa menggunakan mesin, melainkan merajut dari tangannya langsung.

"Selain jadi wartawan saya juga punya hobi menjahit. Karena dari kecil saya sering diajarkan menjadi sama orang tua," kata perempuan asal Kabupaten Majalengka itu saat ditemui, Sabtu (26/7/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Lewat tangan terampilnya, siapa sangka, dari bahan yang biasa dianggap limbah, lahirlah busana-busana unik yang bernilai tinggi.

"Pada dasarnya saya ingin mengajak agar kita lebih peduli terhadap lingkungan. Saya manfaatkan baju-baju usang dan kain-kain yang tidak terpakai, untuk dijadikan kain perca," ujar Ayank.

ADVERTISEMENT

Tak hanya menjahit kain perca, Ayank juga menyulapnya menjadi karya seni. Ia menggabungkan seni lukis dengan teknik menjahit. Bukan di atas kanvas seperti umumnya, melainkan langsung dilukis di atas kain daur ulang.

Ayank R Sambara saat menunjukkan karyanya.Ayank R Sambara saat menunjukkan karyanya. Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar

Lewat karya-karyanya, Ayank tak hanya memperjuangkan estetika, tapi juga menyuarakan kepedulian lingkungan. Ia ingin mengajak generasi muda untuk lebih sadar terhadap isu lingkungan. Sebab dari tangan kreatif, sampah pun bisa menjelma menjadi karya seni yang bernilai tinggi.

"Ini juga bentuk kampanye untuk generasi muda agar lebih peduli pada lingkungan. Supaya mereka bertanggung jawab terhadap limbah-limbah, jangan sampai mencemari sungai," ujarnya.

Bahan baku yang Ayank gunakan datang dari berbagai tempat limbah tukang jahit, konveksi rumahan, hingga sisa kain dari pabrik tekstil. Beberapa ia dapatkan secara gratis, sebagian lagi dibeli.

Modalnya memang tak besar, tapi proses pengerjaan gaun dari kain perca bukan perkara mudah. Satu busana bisa menghabiskan waktu antara satu hingga tiga bulan. Itu pun tergantung pada tingkat kerumitan desain.

Ayank R Sambara saat menunjukkan karyanya.Ayank R Sambara saat menunjukkan karyanya. Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar

"Kalau busana pesta bisa sampai tiga bulanan. Tapi kalau baju santai seperti kaus oblong atau wangki, paling seminggu. Terus saya menjahit nya kan menggunakan tangan nggap pakai mesin jadi agak lama prosesnya," ungkapnya.

Salah satu karya termahalnya adalah gaun pesta bertumpuk dengan sentuhan perca dan kombinasi kain satin, yang terjual seharga Rp15 juta. Gaun tersebut sempat dipamerkan dalam pergelaran fashion show di Bandung. Tak disangka, seorang mahasiswa seni langsung membelinya tanpa menawar.

"Yang pesan kebanyakan memang untuk fashion. Saya nggak jualan bebas, hanya berdasarkan pesanan saja, karena saya juga sibuk jadi wartawan," jelas Ayank.

Harga busana hasil kreasinya bervariasi. Mulai dari Rp150 ribu untuk pakaian kasual, hingga belasan juta rupiah untuk gaun eksklusif.

Bagi Ayank, yang terpenting bukan soal nilai jualnya semata, tapi soal bagaimana sesuatu yang semula dianggap tak bernilai bisa diubah menjadi sesuatu yang penuh makna.

"Intinya, saya ingin yang tadinya tidak bermanfaat jadi bermanfaat," tuturnya.




(dir/dir)


Hide Ads