Wali Kota Cirebon, Effendi Edo, memberikan lampu hijau terkait dengan kegiatan study tour bagi anak-anak sekolah. Ia menyatakan, kegiatan tersebut boleh dilakukan, termasuk jika tujuannya ke luar daerah.
Namun demikian, Edo mengingatkan bahwa studi tur tidak boleh dilakukan sembarangan. Ia menegaskan, kegiatan itu harus dirancang dengan baik agar memberikan manfaat bagi siswa.
Menurutnya, studi tur seharusnya menjadi bagian dari proses pembelajaran di luar kelas. Oleh karena itu, perlu ada panduan atau rambu-rambu yang jelas dalam pelaksanaannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kalau studi tur, asalkan dengan rambu-rambu yang kuat, sebetulnya tidak menjadi persoalan buat saya," ujar Edo saat ditemui di Kota Cirebon, Kamis (24/7/2025).
Ia memandang, kegiatan studi tur bisa menjadi sarana bagi siswa untuk mengenal dunia luar dan mendapatkan pengalaman baru yang tidak mereka temukan di ruang kelas.
"Tentunya harus diisi dengan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi anak-anak, walaupun ke luar daerah," kata Edo.
Selain itu, Edo juga melihat sisi lain dari kegiatan studi tur. Menurutnya, kegiatan semacam ini dapat mendorong peningkatan kunjungan ke suatu daerah, termasuk ke Kota Cirebon.
"Tentunya juga bisa meningkatkan PAD (pendapatan asli daerah). Kalau dilarang kan nanti orang-orang enggak mau datang ke Kota Cirebon," kata dia.
Sekadar diketahui, Kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang melarang kegiatan study tour melalui Surat Edaran Nomor 45/PK.03.03/KESRA menimbulkan beragam reaksi.
Baru-baru ini, kebijakan itu bahkan telah menyulut gelombang protes besar-besaran dari pelaku usaha pariwisata. Demonstrasi yang dipusatkan di Gedung Sate, Senin (21/7/2025), bahkan meluas ke Flyover Pasupati hingga menyebabkan kemacetan panjang.
Bagi para pelaku wisata, kebijakan ini tidak hanya memangkas pendapatan, tetapi juga menghancurkan ekosistem ekonomi yang selama ini bergantung pada mobilitas wisata pelajar.
Ketua DPD Asosiasi Travel Agent Indonesia (ATSINDO) Jabar, Joseph Sugeng Irianto, mengecam keras sikap Gubernur yang menurutnya mengabaikan dampak nyata terhadap ribuan pekerja wisata. Ia bahkan menyinggung citra Dedi Mulyadi sebagai 'Bapak Aing' yang justru dinilai tidak berlaku adil bagi semua 'anaknya'.
"Kang Dedi itu lupa kalau dia itu punya sebutan Bapak Aing. Bapak Aing itu artinya kan bapak bagi semua anak-anaknya, dalam hal ini warga Jabar. Anaknya tuh kan banyak dengan berbagai macam karakter. Tapi Kang Dedi ini kelihatannya kok hanya memanjakan satu-dua orang anak saja dan tidak memperhatikan anak-anak yang lain," ujar Joseph, Selasa (22/7/2025).
(yum/yum)