Keinginan Membantu Orang Tua Berujung Petaka bagi Sugi

Kabupaten Indramayu

Keinginan Membantu Orang Tua Berujung Petaka bagi Sugi

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Selasa, 18 Feb 2025 19:14 WIB
Ilustrasi
Foto: Ilustrator: Luthfy Syahban
Indramayu -

Lesu tergambar diraut wajah Sugi Purnamawati, wanita asal Indramayu, Jawa Barat, yang terjebak jadi pengantin pesanan dengan pria asal Cina. Trauma dirasakan Sugi meski berhasil kabur dan kembali ke pelukan orang tuanya.

Dengan perasaan gemetar, Sugi mengaku tak habis pikir akan mengalami nasib tersebut. Keinginannya untuk membantu ekonomi orang tua malah menjadi petaka. Ya, Sugi terjebak dalam lingkaran TPPO modus pengantin pesanan.

Janji manis dan jaminan sejahtera untuk kedua orang tuanya yang keluar dari ucapan perekrut, seolah mampu menghapus akal sehat Sugi. Korban pun akhirnya menerima tawaran untuk menikah dengan pria asal Cina tersebut, salah satunya demi membantu ekonomi orang tua.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pikir aku kan oh ya udah karena bisa menjamin orang tua, jadinya mau mah ingin bantu orang tua dan kesulitannya. Ngomongnya benar-benar manis banget," kata Sugi kepada detikJabar, Selasa (18/2/2025).

Namun, keadaan yang diterima Sugi jauh dari angannya. Sugi seolah hanya dijadikan boneka hidup oleh suaminya. Sehari-hari ia hanya diberi makan secukupnya tanpa nafkah seperti janji sebelumnya.

ADVERTISEMENT

"Kayak boneka hidup lah, diperlakukan kayak boneka hidup, cuma di kasih makan aja biar tetap hidup kali," ujarnya.

Sekilas, Sugi menceritakan kandasnya bahtera rumah tangga pernah dialaminya. Ia mengaku saat lulus SMK dulu pernah menikah dan dikaruniai seorang anak. Namun, ia bercerai saat bekerja di Taiwan.

"Iya pernah menikah umur 19 tahun ya karena baru lulus SMK. Iya pernah punya anak tapi sudah ninggal," ujarnya.

Kini, Sugi berharap bisa resmi bercerai dengan suaminya yaitu pria asal Cina tersebut. Termasuk keamanan keluarga di rumah dari ancaman suami maupun perekrut.

"Pengennya sih kalau sudah selesai itu pengen kayak kemarin, kerja punya penghasilan lagi atau usaha atau apa. Hidup yang normal aja kayak yang lain di sini," katanya.

Bahkan, Sugi berkeinginan jika memiliki rezeki lebih, ia ingin melanjutkan kuliah. "Ya pengen hidup normal aja nggak ditekan-tekan seperti ini," ungkapnya.

Di sisi lain, Wahid ayah Sugi mengaku lega kepulangan putrinya. Sebab sebelumnya ia sering kepikiran kondisi putrinya saat masih berada dalam jeratan suaminya. "Istilahnya ya pikiran nggak karuan sekarang sudah datang anak tuh ya senang," ujar Wahid.

Di mata Wahid, Sugi merupakan putri yang baik. Seperti keempat anak lainnya, Sugi pun sering membantu kedua orang tuanya.

Seyogyanya seorang ayah, Sugi pun selalu berharap akan kebahagiaan putrinya. Bahkan saat ia menikah dengan pria asal Cina itu pun ia restui.

"Kalau saya sempat curiga. Kok cepat-cepat suruh kawin gitu. Katanya kalau tinggal di sini tuh mahal, untuk bayar hotelnya jadi harus cepat nikah," ujar Wahid.

"Saya mah tergantung anak. Kalau saya demi kebaikan anak ya terserah," alasan Wahid setujui pernikahan putrinya dengan pria asal Cina.

Namun, rasa khawatir masih meliputi pikiran Wahid. Sebab, putrinya masih mendapat teror dari pihak perekrut. "Masih khawatir soalnya ditekan terus," katanya.

(iqk/iqk)


Hide Ads