Hidup segan matipun enggan, mungkin pribahasa itulah yang tengah dialami Wisata Pantai LA di Desa Eretan Kulon, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. Kondisi ketidakmakmuran itu kian tampak setelah pantai sering dihantam gelombang besar.
Objek wisata pantai yang dikenal dengan aneka sajian kuliner ikan bakar itu kian sepi. Sejumlah warung makan yang ada di tepi pantainya pun seperti 'mati suri'. Bangunan rusak hingga hancur dihantam gelombang besar.
Hadi (60) misalnya, salah seorang pemilik warung ikan bakar terlihat sibuk membersihkan sejumlah perabotan warungnya. Pasalnya, beberapa hari kemarin warungnya rusak dihantam ombak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Usai mengunci warungnya, Hadi menyebut hantaman ombak yang menerjang warungnya bukan hal yang baru. Di akhir tahun 2022 pun ombak besar menggulung tempat usaha yang dimilikinya sejak belasan tahun silam.
"Tahun 2022 kena, hancur semua tuh. Yang kedua kalinya tahun ini, tahun 2025 ini sudah 2 kali," ujar Hadi ditemui detikJabar, Sabtu (8/2/2025).
Bukan hanya warung milik Hadi, sejumlah warung yang letaknya di pinggir laut pun tutup. Hanya tersisa beberapa warung yang dekat dengan jalan Pantura yang masih buka pelayanan.
Kondisi itu diceritakan Hadi sangat jauh berbeda dengan Pantai LA pada belasan tahun sebelumnya. Kepulan asap ikan bakar terlihat membubung di atas setiap warung makan. Halamannya pun nyaris dipenuhi kendaraan pengunjung baik roda dua maupun roda empat.
Boleh dibilang kata Hadi, pantai LA singkatan dari Lemah Abang atau ada juga yang menyebut Lautan Asmara jadi wisata primadona di Pantura Indramayu. Apalagi di saat musim libur akhir pekan hingga arus mudik atau balik lebaran, pengunjung ramai memadati wisata tersebut.
Namun, geliat aktivitas wisata legendaris di Pantura Indramayu itu tidak bertahan lama. Dibukanya jalan tol sekira tahun 2015 silam seperti jadi ancaman nyata bagi usaha rumah makan di Pantai LA.
Ancaman nyata lainnya pun tampak diperlihatkan oleh kikisan ombak laut. Yaa, pantainya semakin habis seraya mengurangi pesona laut yang jadi pemandangan bagi pengunjung.
"Dulu waktu belum ada tol sih ramai. Baronya waktu masih tinggi sih nggak pernah ada pasang tuh," ujarnya.
Runtuhnya tembok pembatas pantai mengakibatkan wisata Pantai LA kerap terendam. Air laut pasang sering menggenangi sejumlah rumah makan. Apalagi ombak besar yang muncul sempat meratakan sejumlah bangunan warung di dekatnya.
"Pas tahun 2022 hancur baro nih, hancur semua. Makanya ke sininya sering pasang airnya," kata Hadi.
Kini Pantai LA yang dulu ramai terlihat seperti mati. Hanya tak lebih 5 warung yang masih berdiri, selebihnya rusak hingga rata menyisakan fondasi bangunan.
Namun, demi sesuap nasi dan menghidupi keluarga, Hadi tetap bertahan dan menjaga warungnya. Meskipun ia sering meninggalkan warungnya ketika air laut pasang.
Penghasilan Hadi dari usaha warung ikan bakarnya pun tidak menentu seiring jarangnya pengunjung yang mampir. Bahkan, tak jarang ia tidak melayani satu pesanan pun.
"Demi sesuap nasi untuk anak dan istri. Kemarin pas libur Natal dan tahun baru itu kurang ya mungkin lagi paceklik, jadi untuk orang dagang ya lagi parah lah," katanya.
"Kadang nggak dapat sama sekali. Sedangkan dagang di sini kalau dapat Rp100 ribu itu masih kurang, kalau Rp 200 ribu itu baru mendingan," imbuhnya.
Hadi pun lantas tidak berhenti berharap akan adanya penanganan dari pemerintah. Terlebih untuk memperbaiki pembatas pantai agar air tidak masuk lokasi wisata LA.
(sud/sud)