Duh, Sampah Berserakan di Jalan Raya Ki Gesang Kaliwedi Cirebon

Laporkeun

Duh, Sampah Berserakan di Jalan Raya Ki Gesang Kaliwedi Cirebon

Devteo Mahardika - detikJabar
Kamis, 06 Feb 2025 06:00 WIB
Tumpukan sampah liar di Jalan Raya Ki Gesang, Desa Prajawinangun Kulon, Kecamatan Kaliwedi
Tumpukan sampah liar di Jalan Raya Ki Gesang, Desa Prajawinangun Kulon, Kecamatan Kaliwedi. Foto: Devteo Mahardika/detikJabar
Cirebon -

Gunungan sampah liar di Jalan Raya Ki Gesang, Desa Prajawinangun Kulon, Kecamatan Kaliwedi, semakin mengkhawatirkan. Tumpukan sampah ini diduga berasal dari warga desa sekitar yang belum memiliki sistem pengelolaan sampah yang optimal.

Kepala Desa Prajawinangun Kulon, Iswadi, menegaskan bahwa sampah tersebut bukan berasal dari desanya. Ia mengungkapkan bahwa pihak desa telah memiliki sistem pengangkutan sampah yang rutin dikirim ke tempat pembuangan sampah (TPS) di Gegesik.

"Kami sudah bekerja sama dengan TPS Gegesik dengan biaya Rp 1,5 juta per bulan. Sampah di desa kami sudah ditangani dengan baik," kata Iswadi, Rabu (5/2/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, masalah sampah liar ini sudah disampaikan dalam Musrenbang Kecamatan Januari lalu, dan semua pihak sepakat untuk segera menanganinya. Namun, hingga kini belum ada tindakan nyata.

Ironisnya, Kecamatan Kaliwedi sebenarnya sudah memiliki satu unit truk pengangkut sampah yang dibeli menggunakan dana pagu indikatif kewilayahan (PIK) tahun 2023 senilai Rp 600 juta. Sayangnya, truk tersebut masih terparkir di kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Cirebon karena belum ada kepastian mengenai biaya operasional dan perawatan.

ADVERTISEMENT

Selain mencemari lingkungan, lokasi tumpukan sampah yang berada di dekat sungai irigasi juga menjadi perhatian. Iswadi mengaku telah melaporkan masalah ini ke Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS), tetapi respons yang diterima kurang memuaskan.

"Saya sudah menghubungi pihak BBWS, tetapi mereka mengaku tidak melihat adanya tumpukan sampah di pinggir sungai," terangnya.

Camat Kaliwedi, Hardomo, membenarkan bahwa truk tersebut belum dimanfaatkan karena keterbatasan sumber daya dan anggaran.

"Truk ini masih dititipkan di DLH karena kami tidak punya operator, tempat penyimpanan, dan anggaran untuk perawatannya. Kami sudah memfasilitasi, tinggal bagaimana desa-desa bekerja sama dengan DLH," ujarnya.

Ia mengungkapkan, biaya operasional dan perawatan yang ditetapkan DLH sebesar Rp 100 juta per tahun sebenarnya masih tergolong ringan jika dibagi ke sembilan desa di Kecamatan Kaliwedi.

"Tapi karena belum ada keseriusan dari para kepala desa, penggunaan truk sampah ini masih tertunda," pungkasnya.

(sud/sud)


Hide Ads