Untaian Mimpi Ilham Guru Honorer Indramayu

Untaian Mimpi Ilham Guru Honorer Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Kamis, 16 Jan 2025 06:30 WIB
lham menunjukkan arsip selama mengajar di SDN 4 Sumbon, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu sejak tahun 2005 silam
lham menunjukkan arsip selama mengajar di SDN 4 Sumbon, Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu sejak tahun 2005 silam. (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Menghambakan diri terhadap negeri dilakoni Ilham sejak 2 dekade silam. Mendidik dan mengajar di sekolah dasar pun dilakukannya sejak lulus SMA.

Ilham merupakan guru kelas 3 SDN 4 Sumbon di Kecamatan Kroya, Kabupaten Indramayu mengaku telah mengabdi sejak Januari 2005 silam. Kala itu, jumlah guru di kampungnya masih sangat sedikit.

"Semenjak saya lulus SMA kemudian di Desa saya itu tidak ada guru sama sekali. Dari seluruh ruang kelas itu (SDN 4 Sumbon) hanya ada satu guru PNS, Kepala Sekolah dan satu guru Agama, akhirnya saya diminta ngajar oleh Kepala Sekolah," kata Ilham kepada detikJabar, Rabu (15/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Pahitnya menjadi seorang guru honorer dirasakan Ilham hingga saat ini. Ilham lantas hanya bisa bersyukur kendatipun upahnya jauh dari kata layak. "Dulu di zaman SPP kita masih dapat Rp100 ribu ya bertahap Rp150 ribu, Rp200 ribu dan hari ini baru Rp700 ribu," papar Ilham.

Beruntungnya, Ilham tidak menjumpai kesulitan yang berarti kala ia meminang perempuan yang kini menjadi istrinya. Di tahun 2011, Ilham yang juga merupakan seorang santri akhirnya manut dengan gurunya saat dijodohkan.

ADVERTISEMENT

Dengan gaji pas-pasan bahkan seringnya tak mencukupi kebutuhan tidak menjadi beban bagi Ilham. Dengan dukungan istrinya ia tetap menjadi guru. Bahkan, profesi itu tetap ia pegang teguh hingga kini ia pun harus membiayai anaknya yang sudah duduk di bangku kelas 6 SD.

Namun, tak hanya sebagai guru. Ilham pun mengaku aktif di bidang keagamaan di desanya. Mulai dari mengurusi yayasan dan kegiatan keagamaan lainnya. "Kebetulan saya aktif di keagamaan, sosial masyarakat. Memang kalau boleh jujur saya jarang di rumah," ujarnya.

Keteguhannya menjadi seorang guru dengan upah yang minim tak lain berkat dukungan istrinya. "Alhamdulillah saya mendapatkan istrinya yang sampai hari ini tidak pernah tanya uang. Di kasih berapapun tidak pernah tanya dan tetap terimakasih," ungkap Ilham.

Bahkan beberapa tahun belakangan, istrinya kini membuka dagangan di depan rumah. Hal itu agar bisa menghindari fitnah di tengah minimnya upah guru honorer. "Karena ada statement pak Ilham guru honor kok bisa ini ini ini," curhat Ilham.

Diakui Ilham, secara perhitungan di atas kertas, upah Rp700 ribu yang ia dapat dari mengajar sangat tidak mencukupi kebutuhan rumah tangganya. Dari kondisi itu, Ilham beserta ribuan honorer di Indramayu pun terus berjuang. Ia menjadi garda terdepan menyuarakan tuntutannya kepada pemerintah agar segera diangkat sebagai PPPK.

(iqk/iqk)


Hide Ads