Kaputren adalah kampung unik yang ada di Kabupaten Majalengka. Berada di Desa Putridalem, Kecamatan Jatitujuh, warga di kampung tersebut mayoritas menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI).
Oleh karena itu juga, Kaputren dijuluki 'Kampung TKW'. Hampir 60 persen warga Kaputren pernah ataupun masih bekerja di luar negeri.
"Kalau dihitung dari pertama tahun 90-an (sampai sekarang) itu, hampir 60 persen. Cuma kan sekarang, (sebagian) sudah ada yang pulang dan sudah ada yang menetap lagi di sini nggak berangkat lagi ke sana," kata Lurah Kampung Kaputren Yahya dalam artikel detikJabar pada 16 Januari 2023.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lantas seperti apa aktivitas warga Kaputren saat ini? Saat detikJabar kembali mengunjungi kampung tersebut, terlihat seorang pria berbaju hitam tengah menyapu di sebuah pekarangan. Pria tersebut bernama Wartono.
Pria berusia 45 tahun itu adalah salah satu warga yang ditinggalkan istrinya bekerja di luar negeri. Dari anak pertamanya yang masih belajar merangkak hingga kelas 3 SMP, Wartono masih menyandang status 'bapak rumah tangga'.
Bagaimana tidak, sejak ditinggal istrinya bekerja di luar negeri, Wartono lah yang mengerjakan segala kewajiban rumah tangganya. Saling melengkapi itu lah prinsip yang dipegang teguh Wartono bersama istrinya yang bernama Tuminah (40).
"Kalau aktivitas, ya apa-apa sendiri. Mulai ngurus rumah, ngurus anak, semuanya sama saya sendiri," kata Wartono saat berbincang dengan detikJabar, Sabtu (26/10/2024).
Meski begitu, Wartono tak hanya mengandalkan gaji istrinya di luar negeri. Sebagai kepala rumah tangga, Wartono juga bertanggungjawab mencari nafkah.
"Kalau saya di sini nggak sekedar ngurus rumah tangga aja. Kerja juga, tapi serabutan, ya kalau ada kerjaan apa aja saya jalanin. Tapi kerjaan utama saya punya ternak entok sama punya usaha cuci motor, ya alhamdulillah itu bisa buat tambahan uang jajan atau nabung," ujar dia.
Disinggung cara membagi waktu antara pekerjaan dengan urusan rumah, Wartono mempunyai cara dalam mengatasi hal tersebut. Apalagi saat ini anaknya sudah menginjak remaja, kesibukannya mengurus rumah jadi sedikit ringan.
Wartono warga 'Kampung TKW' Majalengka Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar |
"Dulu mah masih ada orang tua, anak suka dititip ke orang tua. Sekarang orang tua udah nggak ada, tapi anak udah bisa mandiri, ya apa-apa sendiri sekarang mah," ucapnya.
Lebih jauh, Wartono menyampaikan, ditinggal istri bekerja di luar negeri bukan lah harapannya. Namun itu karena, ia bersama istrinya mempunyai mimpi bisa mengubah nasib.
"Istri itu awalnya jadi TKI di Suriah, terus sekarang di Hongkong. Pulang itu baru sekali pas mau ke Hongkong aja, paling cuma sebulan lebih di rumah terus berangkat lagi. Tapi pas mau berangkat ke Hongkong itu, saya sempet cegah agar tetap di sini, tapi ya masih punya harapan yang lain jadi berangkat lagi," tutur Wartono.
"Kalau pertama kali berangkat ke luar negeri saya lupa lagi tahun berapa, soalnya usia anak aja lupa saya Ha-ha-ha. Tapi intinya, istri kerja di luar itu termotivasi sama warga sini yang pulang dari luar bisa sukses," tambahnya.
Wartono mengatakan, impian-impiannya itu sedikit demi sedikit telah terwujud. Bahkan ia juga telah membuat pondasi mata pencaharian di kampungnya. Hal itu untuk tujuan agar istrinya tak perlu susah payah lagi bekerja di luar negeri.
"Dari hasil istri kerja di luar udah bisa bangun rumah, tadinya tinggal bareng sama orang tua. Terus usaha ternak entok juga dari hasil istri juga. Cuma usaha kecil-kecilan, ya paling bisa numpang 20 ekor entok. Terus udah ada usaha cuci motor juga di rumah" ujarnya.
"Terus alhamdulillah juga sawah yang tadinya digadai bisa ketebus. Usaha itu didirikan agar istri nggak ke luar lagi, biar kumpul sama keluarga. Terus istri juga punya mimpi pengen jualan baju online di rumah, punya toko gitu lah biar punya usaha lain juga katanya," sambungnya.
(dir/dir)












































