Kota Cirebon menghadirkan pertunjukan memukau dengan Festival Pesisir yang digelar di kawasan BAT, Sabtu (26/10). Acara ini menjadi ajang istimewa untuk memperkenalkan kekayaan budaya maritim Cirebon melalui tradisi nadran yang sarat akan makna.
Diketahui, nadran sendiri merupakan tradisi yang biasa digelar oleh masyarakat nelayan di Cirebon. Tradisi tersebut diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur atas hasil limpahan rezeki berupa tangkapan ikan yang diperoleh setiap tahun.
Di Kota Cirebon, setidaknya ada tiga kampung yang biasa menyelenggarakan tradisi nadran ini. Yakni kampung Samadikun, Kampung Pesisir dan Kampung Cangkol.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, tradisi nadran di Kota Cirebon pada tahun ini terlihat jauh lebih meriah. Sebab, tradisi nadran kali ini diikuti oleh tiga kampung nelayan sekaligus.
Mereka berkumpul di kawasan BAT Kota Cirebon dan menampilkan beragam kesenian sebelum melakukan arakan-arakan. Selain membawa miniatur perahu berisi sesaji atau ancak, masyarakat dari tiga kampung nelayan itu juga turut membawa ogoh-ogoh dengan berbagai bentuk. Seperti ikan, udang dan masih banyak lagi.
Kemeriahan dari acara ini pun semakin terasa dengan adanya alunan musik dangdut khas pantura. Tidak sedikit masyarakat yang tenggelam dalam kemeriahan acara tersebut. Mereka nampak sangat menikmati beragam bentuk kesenian yang ditampilkan.
Setelah beberapa saat berkumpul di kawasan BAT, masyarakat dari tiga kampung nelayan yang menyelenggarakan tradisi nadran itu lalu melanjutkan kegiatan dengan melakukan arakan-arakan.
Mereka melakukan arakan-arakan dengan melintasi rute berbeda. Bagi masyarakat dari Kampung Cangkol, mereka melakukan arakan-arakan dengan melintasi Jalan Merdeka - Jalan Talang - Jalan Pecinan - BAT - Jalan Merdeka - Jalan Pengampon - Jalan Lemahwungkuk - Jalan Teh Poci - Cangkol.
Kemudian masyarakat dari Kampung Samadikun, mereka melakukan arakan-arakan dengan melintasi Jalan Samadikun - Jalan Sisingamangaraja - Jalan Bahagia - Jalan Pasuketan - BAT - Jalan Benteng - Jalan Sisingamangaraja - Lapangan Bola Kesenden.
Sementara masyarakat dari Kampung Pesisir, mereka melakukan arakan-arakan dengan melintasi Gang Empang - Jalan Pelabuhan - Jalan Sisingamangaraja - Jalan Pasuketan - BAT - Jalan Benteng - Jalan Sisingamangaraja - Jalan Nelayan.
Setelah melakukan arakan-arakan tersebut, masyarakat dari tiga kampung nelayan itu kemudian melanjutkan acara tradisi ini dengan melarung sesaji ke tengah laut. Sesaji dalam bentuk miniatur perahu itu berisi kepala kerbau dan berbagai macam hasil bumi. Prosesi melarung sesaji itu pun dilakukan di kampung masing-masing.
Festival Pesisiran Dijadikan Agenda Tahunan
Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Cirebon, Agus Sukmanjaya menjelaskan, nadran ini merupakan salah satu tradisi yang rutin digelar di sejumlah kampung nelayan di Kota Cirebon.
Ia mengatakan, selama ini tradisi nadran dilakukan secara mandiri oleh masing-masing kampung nelayan. Tradisi tersebut diselenggarakan sebagai bentuk rasa syukur para nelayan atas hasil tangkapan ikan setiap tahun.
Pada pelaksanaan tahun ini, tradisi nadran dari tiga kampung nelayan itu pun sengaja digabungkan dalam sebuah event Festival Pesisiran. Menurut Agus, cara ini dilakukan dengan tujuan agar tradisi nadran yang biasa digelar oleh masyarakat nelayan bisa berlangsung lebih meriah.
"Jadi Festival Pesisiran ini sebenarnya menggabungkan tiga prosesi yang biasa dilakukan di tiga kampung nelayan. Yaitu kampung Cangkol, Kampung Pesisir dan Kampung Samadikun. Prosesi yang kita satukan, itu prosesi kirabnya," kata Agus Sukmanjaya di Kota Cirebon, Sabtu (26/10/2024).
"Sedangkan prosesi di masing-masing kampung, mereka punya acara tersendiri. Yang jelas, yang punya kesamaan, setelah kirab (arakan-arakan) ini mereka akan melarung ancak (sesaji), kemudian dilanjutkan dengan wayang kulit. Malamnya, itu berlanjut di masing-masing kampung sesuai dengan tradisi masing-masing. Ada kesenian sandiwara, santunan dan lain sebagainya," sambung Agus.
Ke depan, kata Agus, Festival Pesisiran yang menggabungkan tradisi nadran dari tiga kampung nelayan ini akan dijadikan agenda tahunan. Agus melihat, kreativitas masyarakat dari tiga kampung nelayan yang menyelenggarakan tradisi nadran itu sangat memukau. Mereka menghadirkan berbagai bentuk kesenian yang sangat menarik.
"Kreativitas dari masing-masing kampung ini luar biasa. Mereka membuat ogoh-ogoh dan sebagainya. Tahun depan, InsyaAllah nanti kita buat jadi sebuah atraksi pariwisata untuk bisa mengundang juga wisatawan, baik domestik maupun internasional. Ini titik awal untuk menyatukan ini menjadi sebuah event besar," demikian Agus.
(sud/sud)