Pengusaha Mebel Cirebon Keluhkan Minimnya Pameran-Perlindungan Desain

Pengusaha Mebel Cirebon Keluhkan Minimnya Pameran-Perlindungan Desain

Devteo Mahardika - detikJabar
Rabu, 16 Okt 2024 21:00 WIB
Kerajinan tangan produksi rotan asal Cirebon
Kerajinan tangan produksi rotan asal Cirebon. Foto: Devteo Mahardika/detikJabar
Cirebon -

Di tengah persaingan global industri mebel dan kerajinan tangan, para pengusaha mebel Cirebon menuntut perlindungan desain dan kesempatan pameran berskala internasional. Ketua Asosiasi Industri Permebelan dan Kerajinan Indonesia (Asmindo) Cirebon, Vladimir Dicky Santoso menyuarakan keresahan ini usai Musyawarah Daerah yang digelar di Kota Cirebon, Rabu (16/10/2024).

Dicky menjelaskan bahwa desain adalah elemen krusial yang harus mendapatkan perhatian khusus, terutama bila ingin menembus pasar global seperti Eropa. "Kalau kita ingin masif menjual mebel hingga Milan atau pasar Eropa lainnya, desainnya harus jelas dan terlindungi. Konsumen di sana sangat peduli dengan desain," tegasnya.



Namun, hingga saat ini, banyak perusahaan mebel di Cirebon belum memiliki perlindungan desain yang memadai. Dicky menekankan pentingnya langkah sosialisasi dan regulasi hak cipta desain untuk melindungi kekayaan intelektual produk lokal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Sudah seharusnya persatuan desain Indonesia gencar melakukan sosialisasi agar hak cipta desain terjamin. Sayangnya, regulasi terkait ini masih sulit diterapkan," paparnya.

Desain bukan sekadar tampilan, tapi juga mencerminkan identitas dan nilai produk. Menurut Dicky, desain unik dapat menjadi daya tarik tersendiri di pasar internasional dan sekaligus menjadi pembeda produk lokal dari kompetitor.

ADVERTISEMENT

Salah satu tantangan terbesar saat ini adalah persaingan tak sehat pada produk rotan. Terutama produk keranjang rotan khas Cirebon yang mudah dibuat menjadi komoditas yang harganya ditekan hingga tak masuk akal.

"Para produsen sudah perang harga. Padahal, cuma Cirebon yang punya produk khas seperti ini," keluh Dicky.

Selain itu, pengusaha juga menghadapi kendala dalam proses produksi. Selama ini, kerajinan tangan diandalkan sebagai keunggulan, tetapi proses manual yang bergantung pada keterampilan pekerja justru menjadi bumerang.

Dibandingkan manufaktur, waktu produksi manual kerap tak menentu. Dicky berharap ada sinergi antara pekerja dan teknologi agar produk lokal tetap unggul.

"Kalau kualitas produksi bisa mendekati 70 persen akurasi mesin, kita bisa bersaing tanpa meninggalkan ciri khas kerajinan tangan," ujarnya.

Selain masalah desain dan produksi, kelangkaan bahan baku juga menjadi ancaman serius. Ekspor bahan mentah rotan ke luar negeri mengurangi pasokan bagi industri lokal.

"Kami berharap pemerintah bisa lebih mendukung, seperti yang dilakukan China. Mereka memfasilitasi industri lokal agar bisa berkembang maksimal," kata Dicky.

Sementara itu, Wakil Ketua Asmindo Cirebon Shelly Ila Amalia juga menyoroti kurangnya pameran berskala besar sebagai tantangan lain bagi industri furnitur dan kerajinan.

"Padahal, pameran itu penting supaya produk kita dikenal dan pekerja tidak kehilangan pekerjaan," tambahnya dengan nada khawatir.

Ia menjelaskan, para pengusaha mebel di Cirebon berharap pemerintah dan berbagai pihak terkait segera turun tangan. Perlindungan desain dan dukungan fasilitas pameran bukan hanya membantu industri bertahan, tapi juga menjaga kelangsungan pekerjaan bagi ribuan pekerja lokal.

"Dengan perlindungan desain dan dukungan yang tepat, kita bisa menjaga keunggulan produk lokal dan bersaing di pasar global. Ini bukan hanya soal bisnis, tapi juga masa depan para pekerja kita," pungkasnya.

(sud/sud)


Hide Ads