Menyemai Literasi di Pojok Gang Pedesaan Majalengka

Menyemai Literasi di Pojok Gang Pedesaan Majalengka

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Selasa, 24 Sep 2024 10:31 WIB
Aktivitas kelas buruh Majalengka menulis atau BUMM di Padepokan Kirik Nguyuh
Aktivitas kelas buruh Majalengka menulis atau BUMM di Padepokan Kirik Nguyuh (Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar)
Majalengka -

Gang pedesaan yang berada di Blok Langgengsari, Desa Girimukti, Kecamatan Kasokandel, Kabupaten Majalengka itu menjadi lorong jalan ilmu pengetahuan bagi siapapun. Di pojok gang itu terdapat Padepokan Kirik Nguyuh.

Komunitas yang bergerak di bidang sosial ini mempunyai misi ingin mencerdaskan kehidupan bangsa. Meski lokasinya tersembunyi, namun mereka tanpa lelah menyemai budaya literasi di Majalengka.

Komunitas ini mengaku sudah banyak berbuat untuk mendongkrak budaya literasi di Majalengka. Membuat perpustakaan di lingkungan sekretariatnya, menggelar kelas kursus bahasa Inggris hingga kelas menulis adalah langkah-langkah yang mereka lakukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

'Murid' di padepokan kirik nguyuh ini masih di sekitaran Majalengka. Namun ada juga dari Indramayu dan Cirebon, akan tetapi belum banyak.

Aktivitas kelas buruh Majalengka menulis atau BUMM di Padepokan Kirik NguyuhAktivitas kelas buruh Majalengka menulis atau BUMM di Padepokan Kirik Nguyuh Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar

Untuk memperluas 'penularan' budaya literasi di Majalengka, kini mereka merangkul para buruh pekerja. Bekerjasama dengan Kemendikbud RI dengan Badan Bahasa Indonesia, mereka membuka kelas buruh Majalengka menulis atau disingkat BUMM.

ADVERTISEMENT

Sebanyak 50 buruh mengikuti program tersebut. Mereka mengasah skill tambahan para buruh pekerja itu setiap hari Minggu. Kelas menulis untuk para buruh ini baru berjalan seminggu yang lalu.

"Baru 2 kali pertemuan, dari Minggu kemarin sama sekarang," kata penggagas Padepokan Kirik Nguyuh, Baron Famousa saat diwawancarai detikJabar, Minggu (22/9/2024).

Puisi adalah materi yang difokuskan untuk kelas menulis para buruh ini. Teknik menulis, penggunaan kata/kalimat, penggunaan tanda baca hingga mental adalah bahan yang diajarkan untuk para buruh dalam program tersebut.

"Kelas menulis buruh ini sebenarnya lebih ke mengangkat dan menggali potensi, bahwa temen-temen buruh juga selain sebagai buruh pekerja di pabrik, di toko atau lain sebagainya kami yakin mereka punya potensi-potensi lain yang harus kita respon," ujar Baron.

Aktivitas kelas buruh Majalengka menulis atau BUMM di Padepokan Kirik NguyuhAktivitas kelas buruh Majalengka menulis atau BUMM di Padepokan Kirik Nguyuh Foto: Erick Disy Darmawan/detikJabar

"Dan alhamdulillah dengan adanya kelas menulis ini, ternyata temen-temen bisa mengekspresikan diri mereka atau kelebihan mereka dengan menulis ini. Banyak hal yang bisa digali dengan menulis," tambahnya.

Buruh-buruh yang mengikuti kelas menulis di sini tak sekedar menjadi pendengar yang baik, namun mereka juga ditugaskan membuat puisi. Tulisan-tulisan mereka itu nantinya akan dipublikasikan dan akan disimpan di gedung Arsip Kabupaten Majalengka.

"Untuk menjaga semangatnya, nanti dari kelas menulis ini kami membikin antologi puisi dari karya temen-temen sekarang. Nanti kami juga kerjasama dengan temen-temen penerbit, nah itu biar dibukukan. Kelas menulis untuk buruh ini rencananya (berlangsung) sampai peluncuran di gedung Arsip. Nah rencananya buku itu kami akan luncurkan di gedung Arsip nanti tanggal 16 Oktober 2024," jelasnya.

Tak sekedar memuluskan program BUMM, kata Baron, para peserta akan terus dirawat oleh komunitasnya. Dia berharap, para buruh yang terlibat kelas menulis ini mempunyai karir cemerlang di dunia literasi.

"Nanti untuk kedepannya ini yang akan kami rawat. Karena ternyata temen-temen buruh Majalengka juga punya potensi-potensi yang harus kita respon gitu, bahkan di luar ekspektasi saya sebenarnya, ternyata mereka bisa sebenarnya. Hanya mungkin belum punya wadah saja," ucap dia.

Narasumber kelas BUMM, Nundang Rundagi mengapresiasi terselenggaranya kegiatan tersebut. Pasalnya, menjadi penulis tidak harus mempunyai latar belakang yang hebat. Keinginan dan kegigihan adalah kunci sukses menjadi penulis.

"Ini permulaan yang baik, menulis itu merupakan hak semua warga Indonesia. Jadi ini hal yang positif, masalah akan menjadi penulis atau nggak itu kemudian. Tetapi intinya, literasi itu bisa dikembangkan di mana pun juga, entah buruh, petani (bisa menghidupkan budaya literasi)," ujar anak penulis nasional Ajip Rosidi itu.

Salah seorang peserta bernama Giari Rahman Hanafi mengatakan, kegiatan ini sangat bermanfaat untuk dirinya. Apalagi pekerjaannya saat ini berhubungan dengan tulisan.

"Penasaran juga kegiatan sehari-hari kami bekerja kan sebagai buruh, terus kebetulan di pekerjaan saya juga tidak lepas dari kegiatan menulis," kata pria yang saat ini bekerja di perusahaan kecantikan di Majalengka.

"Jadi pekerjaan saya itu kayak bikin copywriting, bikin caption, atau bikin skrip buat bikin konten-konten gitu jadi kegiatan ini cocok dengan pekerjaan saya. Jadi kegiatan ini setidaknya berkesinambungan dengan pekerjaan saya. Lumayan bisa menambah literasi buat saya," sambungnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads