Kisah mengharukan terlihat dari balik rumah reyot berdinding geribik bambu. Meski hidup di bawah tekanan ekonomi, keluarga Wastirah dengan sukarela mengasuh Sanudin pria berusia 32 tahun yang menahun mengalami kelumpuhan.
Wastirah merupakan seorang warga Desa Langgengsari, Kecamatan Lelea, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Ia bersama 2 anaknya tinggal di gubuk sederhana sambil mengasuh Sanudin yang lumpuh sejak masih bayi.
Menggotong, memandikan hingga membersihkan kotoran Sanudin sudah menjadi kebiasaan keluarga Wastirah dan istrinya, Mulyati. Bukan tanpa alasan, kebiasaan itu dilakoninya sejak kedua orang tuanya meninggal dunia.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ya karena kasihan lah iba, karena kan nggak ada keluarganya di sini. Insyaallah ikhlas," kata Wastirah kepada detikJabar, Kamis (12/9/2024).
Di tengah kesibukannya sebagai buruh tani dan tukang pijat. Wastirah selalu menyempatkan waktunya untuk memperhatikan Sanudin, disamping ia pun harus menafkahi istri dan kedua anaknya yang masih sekolah.
Tak pernah membedakan, Wastirah berusaha memenuhi kebutuhan Sanudin seperti halnya ia memenuhi kebutuhan anaknya. Mulai dari makan minum hingga kebersihannya.
Ketika pagi, Wastirah menggotong Sanudin ke halaman untuk tiduran di atas amben yang sudah disediakan. Setelah sore menjelang, Sanudin digotong masuk ke rumah yang hanya beralaskan tanah.
Sementara Mulyati, istri Wastirah tak pernah lelah meladeni kebutuhan Sanudin. Gelengan dan anggukan Sanudin menjadi jawaban yang cukup bagi Mulyati kala menawarkan makan dan minum.
"Kalau mandi sama cebok ya sama saya. Tapi kalau makan disuapin istri saya. Makan mah normal 3 sampai 4 kali dalam sehari. Ya barengan sama sekeluarga," ujarnya.
Selama itu, Wastirah tak pernah merasa kesulitan. Meski ia pun harus menambah kebutuhan popok untuk Sanudin yang kini sudah berusia 32 tahun.
"Ya tidak menentu (penghasilan), saya mah cuma buruh tani aja tapi karena bisa mijet jadi sering di undang atau orangnya datang ke sini," katanya.
Meski begitu, Wastirah mengaku tidak pernah sedikitpun mengeluhkan kondisi yang dialaminya selama mengasuh Sanudin. Bahkan, ia menolak ucapan beberapa orang yang menyarankan untuk menjadikan Sanudin sebagai pengemis.
"Ada saja yang menyarankan untuk minta-minta ke pasar-pasar tapi nggak mau kasihan. Bahkan pernah ada yang nyewa untuk dibawa ke Jakarta sampai nawarin bagi hasil ya tetap tek tolak," ujarnya.
Keputusan itu sudah dilakukan Tarma, orang tua Wastirah selama mengasuh Sanudin. Sebab, ketika itu Tarma sempat menolak tawaran uang Rp10 juta dari seseorang yang ingin mengadopsi Sanudin.
"Dulu pernah ada yang minta adopsi. Bahkan mau bayar Rp10 juta. Tapi saat itu Bapak menolak alasan takut karma," ungkapnya.
(mso/mso)