Potret Kehidupan di Ladang Subur Migas Indramayu

Potret Kehidupan di Ladang Subur Migas Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Minggu, 25 Agu 2024 09:22 WIB
Potret aktivitas warga di sekitar area sumur migas di Indramayu
Potret aktivitas warga di sekitar area sumur migas di Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Raut kusam terlihat di wajah Kulsum (66) saat berjalan keluar dari lahan persawahan. Langkahnya pun tergontai-gontai saat melintas di area tanah lapang lokasi sumur migas Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokan Bunder, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat. Lelah tampak dirasakan Kulsum setelah seharian mengelola tanaman padi di sawah miliknya.

Keringat di wajahnya belum mengering. Kulsum kemudian melanjutkan aktivitasnya, ia turun ke ladang yang berada tepat di samping barisan pipa migas. Diantara hijaunya tanaman kangkung, ia berjongkok dan memanen kangkung.

Rupanya, aktivitas itu sudah dinantikan oleh sebagian pelanggannya. Mereka yang melintas di Jalan Desa menghentikan sejenak laju kendaraanya untuk sekadar membeli beberapa ikat kangkung. Mulai dari harga pembelian Rp5 ribu hingga Rp20 ribu pun diladeni Kulsum hingga waktu semakin petang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lumayan buat uang belanja besok. Satu ikat harganya Rp2 ribu, kalau belinya banyak ya ditambahi 2 ikat," kata Kulsum saat dihampiri detikJabar, Kamis (22/8/2024).

Ada juga pembeli yang turut terjun ke ladang kangkung. Ia kemudian membantu memotong satu persatu tanaman kangkung agar pesanan puluhan ikat kangkungnya segera terpenuhi. Maklum saja, karena faktor usia yang mengurangi kelincahan gerakan Kulsum saat memanen tak lagi seperti masa mudanya.

ADVERTISEMENT

Cahaya merah yang terbentang di ufuk barat semakin tidak terlihat menjadi tanda bagi Kulsum untuk menutup aktivitasnya. Ia bergegas menyeberangi barisan pipa migas untuk mengambil sepeda usang nya. Kulsum kemudian pulang dengan membawa sejumlah uang dari hasil kebun kangkungnya.

Rutinitas itu sudah dilakoni Kulsum sejak lama. Bahkan, saat suaminya masih hidup, pasutri tersebut dijuluki sebagai penghuni lokasi (area sumur migas). Berbagai macam tanaman sudah ia coba di atas lahan sekitar sumur migas tersebut. Dari jenis umbi-umbian dan tanaman palawija lainnya.

"Ya sudah lama. Lagi masih ada jenat (almarhum suami Kulsum)," ungkapnya.

Sumur migas di IndramayuSumur migas di Indramayu (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)

Demi mencukupi kebutuhan sehari-hari, ibu enam orang anak itu seolah tak pedulikan risiko beraktivitas di area sumur produksi migas. Kulsum sadar, demi bisa menghasilkan sedikit cuan, ia pun mematuhi peraturan saat berada di objek vital tersebut. Terutama tidak menyalakan api dan sebagainya, karena ia sadar tanah tersebut bukan miliknya.

Risiko yang akan kerusakan tanamannya sudah ia terima. Terutama saat sejumlah alat berat berdatangan masuk ke area sumur. Roda besar yang acap kali menginjak tanaman yang dikelolanya tidak lantas membuat Kulsum marah. Sebab, ia sadar akan risiko yang ditanggungnya ketika mengelola tanah milik Pertamina.

Produksi migas pun berjalan. Selama beberapa waktu itu, Kulsum mengaku jarang ke lokasi sumur.

"ya nggak apa-apa kalau rusak juga tanamannya. Cuma sedikit ini, nanti bisa tanam lagi. Yang penting kita tidak mengganggunya," ujarnya.

Memang kata ibu 6 anak itu, beberapa kejadian kebocoran pernah terjadi baik secara alami hingga ulah oknum yang tidak bertanggung jawab. "Ya pernah kejadian bocor sih," ujar día.

Tidak hanya Kulsum, keberadaan tanah lapang di sekitar sumur migas ini sangat bermanfaat bagi kehidupan para petani di Desa Kedokanbunder Wetan. Seperti saat musim panen, mereka memanfaatkan lahan untuk menjemur padi. Bahkan, beberapa peternak sengaja menggembala kambing di area tersebut karena banyaknya rumput.

"Kalau musim panen sih enak di sini sedikit ramai. Soalnya banyak yang jemur padi. Kadang ya mereka sampai bikin tenda bermalam di Lokasi," ucapnya.

Lokasi sumur migas yang tersebar di setiap desa di Kecamatan Kedokan Bunder letaknya hampir cukup berdekatan dengan permukiman dan persawahan. Sehingga tak heran, area lapang produksi migas itu dirasakan sangat bermanfaat bagi petani.

Nurdila (30) salah satunya, petani dari Desa Kaplongan itu mengaku rutin menjemur padi di tanah lokasi migas saat musim panen padi tiba. Setiap musimnya, luasnya area lokasi itu bisa menampung puluhan ton gabah untuk dijemur. Aktivitas itu dilakukan bergantian oleh petani lainnya.

"Bisa nampung banyak. Ada puluhan ton mah setiap harinya. Hampir setiap musim kalau jemur padi ya di lokasi" ujar Nurdila.

Nuansa sepi nyaris tidak terlihat di area sumur produksi migas yang seolah tak bertuan itu. Apalagi letak area sumurnya berdekatan dengan permukiman warga dan jalan raya.

Sebagian warga, memanfaatkan tepian area sumur di sekitar bahu jalan raya dijadikan tempat mendulang pundi-pundi rupiah. Yaa, mereka mendirikan bangunan semi permanen untuk membuka warung kecil, hingga bengkel dan cuci motor.

Tidak ketinggalan, para pemuda yang hobi berolahraga juga turut memanfaatkan sebagian kecil lahan yang nyaris tidak digunakan untuk aktivitas pengeboran minyak tersebut. Mulai untuk digunakan lapangan sepakbola sementara hingga sebagai lapangan voli.

"Iya kalau di sini sih ramai terus karena ada warung, ada lapangan. Meskipun di sini konon cukup jail ya (angker). Apalagi kan lokasinya dekat jalan raya. Memang kalau lokasinya dekat jalan raya seringnya warung sampai baris," ungkapnya.

Saling Menjaga

Sementara, PT Pertamina mengajak masyarakat untuk saling menjaga lokasi sumur yang merupakan salah satu objek vital nasional. Segala aktivitas masyarakat di area tersebut berisiko tinggi. Hal itu telah tertuang dalam kebijakan dan regulasi yang berlaku untuk area sumur minyak dan gas.

Asisten Manager Onshore Pertamina EP Jatibarang Field, Tomi menerangkan ada kebijakan dan regulasi yang berlaku saat berada di area sumur migas. Diantaranya, dari Peraturan Mijn Polite 1930 No 341 Tentang Peraturan Keselamatan Kerja Tambang, kemudian ada Ketentuan Umum Pemadam Api dan Keselamatan (KUPAK), Standar Nasional Indonesia (SNI) No 13 - 6910 - 2002 Tentang Operasi Pemboran Darat dan Lepas Pantai yang aman di Indonesia - Pelaksanaan, ada juga Keputusan Menteri ESDM Nomor : 448.K/BN.05/MEM.S/2023 Tentang Object Vital Nasional. Serta KEPMEN ESDM No. 270.K/HK.02/MEM.S/2022 Tentang Zona Terlarang Object Vital Nasional.

"Lokasi-lokasi Pertamina seperti sumur-sumur minyak merupakan Objek Vital Nasional yang harus dijaga bersama-sama, sehingga kegiatan-kegiatan semacam itu sangat riskan dengan risiko sangat besar. Di samping itu juga rawan terjadinya kehilangan dan kerusakan peralatan yang terdapat di area sumur tersebut," ungkap Tomi.

Sekilas Peristiwa Kebocoran Sumur Migas

Eksistensi lokasi sumur migas sangat kental dengan kehidupan masyarakat. Terutama bagi warga di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat.

Termasuk sebuah peristiwa yang masih menjadi cerita masa lalu bagi sebagian warga di Dusun Karanganyar, Desa Kaplongan, Kecamatan Kedokan Bunder. Insiden besar meledaknya sumur migas cukup memporak-porandakan permukiman hingga persawahan.

Diperkirakan pada tahun 1998 silam, sebuah ledakan hebat terdengar dari sebelah Utara Jalan Raya Kaplongan. Suara itu sontak membuat warga panik dan berhamburan untuk mengevakuasi diri.

Tanah lumpur yang bercampur dengan minyak berhamburan menimpa sejumlah rumah warga di dekat area sumur tersebut. Bahkan, tidak sedikit rumah yang rusak akibat terkena besi yang turut semburan migas.

"Ada puluhan rumah yang rusak. Saya sedikit ingat waktu itu masih kecil soalnya, tapi kata ayah saya, memang sangat parah," ujar Nurdila sedikit ceritakan insiden besar tempo dulu.

Lokasi sumur yang berada di Blok Karanganyar itu cukup luas. Sedikitnya ada 4 titik sumur yang kini terlihat masih aktif. Namun, untuk sumur yang mengalami semburan hebat itu tidak lagi difungsikan.

"Sumurnya di sebelah Barat itu, kalau yang empat titik di Utara masih aktif kayaknya," terangnya.

Kala itu, waktu sudah semakin petang, warga masih berusaha mengevakuasi sejumlah barang yang bisa diselamatkan. Hal itu setelah keluarga seperti ibu-ibu, lansia dan anak-anak dievakuasi ke kampung tetangga yang tidak terdampak semburan migas.

Tak hanya merusak sejumlah rumah, ledakan yang terjadi saat dalam proses produksi itu berdampak pada lahan pertanian yang tak jauh dari lokasi sumur. Tekstur tanah persawahan terlihat gembur dan mengeluarkan gelembung gas. Pemulihan dari dampak peristiwa itu cukup memakan waktu.

"Sampai sekarang masih ada tuh sisa tanah yang gemburnya," ujarnya.

Di sisi lain, korban yang sudah mulai kembali di tempat asal, mulai ketiban untung. Besi dari komponen proses produksi minyak yang berhamburan itu, seperti menjadi emas bagi warga. Mereka pun kompak berburu dan menjual besi-besi yang terpental dan terpendam di sekitar perumahan warga.

"Zaman segitu kata ayah saya, banyak banget yang dapat untung. Kan banyak besi yang terpental tuh udah pada terpendam karena kan ada lumpur juga yang berhamburan. Terus warga pada nyari tuh terus dijual," kata Nurdila ceritakan sisi lainya.

"Katanya sumur itu sih sering beledug, tahun 1970 juga kata orang dulu sih pernah kejadian," tutup Nurdila.

Eksistensi Sumur Produksi Migas

Aktivitas pertambangan minyak bumi dan gas (Migas) telah dilakukan sejak zaman kolonial Belanda. Terbukti di jejak peninggalan itu masih terlihat di beberapa titik salah satunya di Kabupaten Indramayu.

Setelah merdeka, aktivitas tambang migas mulai dikelola oleh sebuah perusahan milik pemerintah. Tak hanya teknis, seiring perkembangan teknologi, sektor pertambangan dalam eksplorasi dan produksi migas terus bertambah. Termasuk di ladang subur migas di daerah berjuluk Kota Mangga.

Awal dibukanya sumur di Kabupaten Indramayu dilakukan sejak tahun 1970 silam. Jumlah sumur yang tersebar di sejumlah titik terus bertambah.

Khususnya Indramayu, tercatat ada sekitar 476 sumur termasuk exclude sumur-sumur randegan. Diantaranya terdiri dari 209 sumur yang dinyatakan aktif dan 297 sumur non-aktif.

"Untuk sumur awal dibuka pada tahun 1970an. Terbaru yaitu JTB-213 di tahun 2019," kata Asisten Manager Onshore Pertamina EP Jatibarang Field, Tomi.

Pertamina EP 7 Jatibarang Field mencatat produksi minyak setiap tahunnya mengalami fluktuatif. Namun, rata-rata produksinya dari data keterangan tiap sumur (DKTS) yang ada di zona 7 Jatibarang Field berada diangka 6.000 Barel perhari (BOPD) hingga lebih dari 8.000 Barel perhari (BOPD).

Seperti pada DKTS rata-rata tahun 2021 tercatat mencapai 7.508,100 barel perhari (BOPD), di tahun 2022 produksi meningkat dengan rata-rata 8.378,017 barel perhari (BOPD). Namun, di tahun 2023 produksi rata-ratanya mengalami penurunan hanya mencapai sekitar 6.867,342 barel perhari (BOPD).

"Di tahun 2024 terhitung sampai 22 Agustus ini sudah mencapai 6.314,138 barel perhari (BOPD)," ujarnya.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads