Kabupaten Majalengka mulai memasuki musim kemarau. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan, musim kemarau di 'Kota Angin' tidak akan berlangsung lama. Dengan demikian, dampak musim kemarau di 2024 tidak akan separah tahun sebelumnya.
"Dari pemantauan kami, masa puncak musim kemarau di wilayah Kabupaten Majalengka terjadi pada Juli-Agustus 2024. Sehingga saat ini merupakan masa puncak musim kemarau, tetapi kami memprediksi dampaknya tidak separah tahun lalu," kata Prakirawan BMKG Kertajati M Syifa'ul Fuad, Rabu (14/8/2024).
Musim kemarau yang diprediksi akan berlangsung singkat itu, karena dipengaruhi fenomena La Nina. Oleh karenanya, musim kemarau di tahun ini cenderung menjadi basah karena curah hujan masih turun meski intensitasnya rendah. Sementara pada musim kemarau tahun lalu turut dipengaruhi fenomena El Nino sehingga dampaknya cukup parah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saat ini, pengaruh La Nina memang tergolong lemah, tapi tetap berpengaruh terhadap musim kemarau. Bahkan, dampak La Nina ini diprediksi akan berlangsung hingga Oktober 2024 yang merupakan masa pancaroba ke musim hujan. Sehingga kami memprediksi La Nina akan memberikan dampak saat musim hujan meski fenomenanya lemah," jelasnya.
Meski dampaknya diprediksi kecil, namun sejumlah langkah sudah disiapkan Pemkab Majalengka untuk menghadapi musim kemarau tahun ini. Salah satu langkah yang akan dilakukan pemerintah, yakni memperkuat mitigasi bencana dan ketahanan pangan.
Langkah kongkret yang akan dilakukan Pemkab Majalengka adalah membentuk posko penanggulangan kekeringan. Adapun dalam praktiknya, pembentukan posko ini akan dimotori oleh Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Perikanan (DKP3) Kabupaten Majalengka.
Kabid Ketahanan Pangan DKP3 Majalengka Encu mengatakan, aktivasi posko tersebut akan melibatkan stakeholder terkait, diantaranya penyuluh pertanian hingga BPBD. Selain itu, pihaknya juga akan menyebar tim khusus di 26 kecamatan se-Kabupaten Majalengka untuk memperkuat ketahanan pangan selama musim kemarau.
"Posko dan tim ini disiapkan untuk memonitor penggunaan air embung yang menjadi sumber utama dalam pengairan areal persawahan di Kabupaten Majalengka. Sehingga air embung tersebut digunakan seefektif mungkin untuk kebutuhan pertanian," ujar Encu.
Selain memaksimalkan penggunaan embung untuk kebutuhan areal persawahan, jelas Encu, pihaknya juga menyalurkan 107 unit pompa air kepada para petani. Pompa tersebut digunakan untuk menyedot air embung maupun sungai ke areal pertanian.
Bahkan, pihaknya juga telah mengajukan permohonan tambahan bantuan pompa air sebanyak 543 unit ke Kementerian Pertanian (Kementan) RI untuk mencapai standar aman ketahanan pangan dalam mengantisipasi kekeringan. Tak hanya itu, DKP3 Majalengka juga mencatat, hingga Juli 2024 sebanyak 1098 hektare lahan mengalami kekeringan.
"Pada 2023, lahan pertanian di Kabupaten Majalengka yang mengalami kekeringan mencapai 1196 hektare, sehingga tahun ini ada penurunan sekitar 98 hektare. Untuk pompa juga apabila jarak sumber airnya dari areal persawahan agak jauh disiapkan yang berkapasitas besar sehingga lebih maksimal untuk mengairi tanaman," paparnya.
Sementara itu, Plt Kalak BPBD Majalengka Rachmat Kartono menyampaikan, Pemkab Majalengka telah menetapkan masa siaga darurat ancaman bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Bupati Majalengka nomor 100.3.3.2/KEP.670-BPB/2024 tentang Status Siaga Darurat Ancaman Bencana Kekeringan, Kebakaran Hutan dan Lahan Tahun 2024.
Menurutnya, masa siaga ancaman bencana kekeringan, kebakaran hutan dan lahan sesuai SK yang ditandatangani Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi, tersebut ditetapkan mulai 1 Juni hingga 31 Oktober 2024. Bahkan, status siaga darurat itu dapat diperpanjang atau diperpendek, bahkan dinaikkan statusnya sesuai kebutuhan penyelenggaraan penanganan darurat bencana di lapangan.
"Kami juga menyiapkan langkah-langkah antisipasi untuk menghadapi potensi bencana selama musim kemarau di Kabupaten Majalengka. Langkahnya terdiri dari tiga fase dari mulai fase siaga darurat, fase tanggap darurat, dan fase pemulihan," ungkapnya.
Dalam fase siaga darurat, BPBD Majalengka memetakan daerah rawan kekeringan kemudian menginformasikan hingga mengedukasi masyarakat di wilayah rawan tersebut terkait bahaya kekeringan, dan turut memetakan sumber daya di Majalengka.
Selain itu, di fase tanggap darurat BPBD Majalengka akan mendistribusikan bantuan air bersih kepada masyarakat di wilayah terdampak kekeringan, dan termasuk memanfaatkan serta memperbaiki sarana prasarananya. Di fase pemulihan, pihaknya akan memetakan sumber mata air dan muka air tanah hingga membangun sistem penyediaan air minum.
(iqk/iqk)