Jajanan Anak di Sekolah Majalengka Akan Dipasang Barcode, Ini Tujuannya

Kabupaten Majalengka

Jajanan Anak di Sekolah Majalengka Akan Dipasang Barcode, Ini Tujuannya

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Rabu, 07 Agu 2024 22:30 WIB
Boy And Girl With Hamburgers.  the t-shirt painted by himself
Ilustrasi jajanan anak (Getty Images/energyy)
Majalengka -

Tren anak-anak yang menderita penyakit ginjal tengah membetot perhatian publik. Pada 2024, tercatat ada sebanyak 77 anak di Jawa Barat rutin melakukan cuci darah atau prosedur hemodialisa.

Penyakit ginjal bisa disebabkan karena berbagai hal, salah satunya efek samping obat tertentu, dampak dehidrasi hebat hingga mengkonsumsi makanan dan minuman dengan gula berlebih. Lantas, ada berapa kasus anak di Kabupaten Majalengka yang menderita penyakit ginjal?

Pj Bupati Majalengka Dedi Supandi menyampaikan, tren penyakit tersebut di 'Kota Angin' terbilang minim. Menurutnya, terhitung dari akhir tahun 2023 hingga saat ini baru ada 1 kasus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Di Majalengka pasien hemodialisa (cuci darah )itu ada 1 orang. Umur 15 tahun dan sudah terjadi baru 5 kali hemodialisa. Tidak dirawat tapi rutin cuci darah. Tahun kasusnya baru di akhir 2023," kata Dedi kepada detikJabar, Rabu (7/8/2024).

Untuk mengantisipasi penyakit tersebut, Pemkab Majalengka sudah menyusun sejumlah langkah. Salah satunya, menjalankan program peduli komposisi makanan jajanan sekolah. Dalam praktiknya, Dinas Pendidikan dan Dinas Kesehatan akan berperan menjalankan program tersebut.

ADVERTISEMENT

"Jadi nanti caranya, edukasi di sekolah-sekolah termasuk juga Dinas Kesehatan memeriksakan jajanan yang ada di sekolah, dan pihak sekolah juga mengadakan edukasi dini terkait program komposisi makanan," ujar Dedi.

Lebih lanjut, Dedi menyampaikan, jajanan-jajanan di sekolah juga akan dipasang barcode. Tujuan penerapan barcode ini, kata dia, agar siswa bisa mengetahui komposisi makanan yang akan dikonsumsinya.

"Kita juga akan menggunakan aplikasi, jadi pada saat pakai barcode dari sana bisa terlihat komposisi makanannya. Walaupun itu hanya ada beberapa makanan yang tidak menggunakan barcode. Jadi intinya ada program melalui barcode dan edukasi. Untuk nama programnya saya namakan nanti program Peduli Komposisi Makananmu. Jadi anak-anak ini harus tahu komposisi makanan yang akan dikonsumsinya," jelas dia.

Dalam program tersebut, tidak semua jajanan diberi barcode. Namun bagi jajanan yang tak dilabeli barcode, akan diperiksa bahan makanannya oleh petugas kesehatan.

"Untuk yang tidak pakai barcode juga nanti kita akan menggerakkan tenaga kesehatan ke sekolah-sekolah untuk mengecek jajanan-jajanan di sekolah, dan melakukan edukasi kepada siswa. Jadi edukasinya bukan hanya ke siswa, tapi juga ke pedagang, jadi jika mereka kedapatan setelah diperiksa ternyata ada bahan makanan mengandung yang mengkhawatirkan kita akan tracking dia membeli bahan makanannya dari mana," pungkasnya.

(yum/yum)


Hide Ads