Sebuah makam keramat tersempil di tengah deretan pedagang di dekat Sungai Sukalila, Kota Cirebon. Makam itu letaknya berada di bawa pohon berukuran besar berusia ratusan tahun.
Menurut juru kunci makam, Nanang Safari, pohon yang juga dikeramatkan tersebut bernama pohon Bunut, sebuah pohon besar yang biasa hidup di alam liar. "Bukan pohon Beringin tapi pohon Bunut, itu usianya kurang lebih ada lima ratus tahun mah," tutur Nanang belum lama ini.
Selain usianya yang bisa mencapai ratusan tahun, menurut Nanang, keunikan dari pohon tersebut adalah akar dan dahan nya yang besar, serta dalam setahun, daunya bisa gugur dua kali.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setahun itu daun nya gugur selama dua kali, sekarang kan hijau, ini baru tumbuh, nanti kalau udah lama gugur, semua daun nya jadi kayak gini (warna coklat), tahun ini gugurnya di bulan keempat bakalan gugur lagi bulan sepuluh," tutur Nanang.
Nanang memaparkan, meski jika siang hari jalan di sekitar pohon ramai, tetapi saat malam hari, jalanan mendadak menjadi sepi Hampir semua orang menghindari jalan yang berada tepat di dekat makam tersebut. Hal ini tidak lepas dari mitos yang ada di pohon keramat tersebut.
"Yah ada sih sesekali ada orang yang melihat mahluk gaib, tapi yah itu anggap saja rezeki karena bisa lihat mahluk astral," tutur Nanang.
Menurut Nanang, walaupun ketika malam hari, pohon tersebut terlihat angker, tapi saat siang siang hari, pohon dengan jangkauan dahan mencapai sembilan meter tersebut, memiliki banyak manfaat. Salah satunya membuat daerah sekitar pohon menjadi sejuk.
"Manfaatnya pohon ini menyejukkan, buat orang-orang sekitar nggak kepanasan, lihat aja di bawahnya juga banyak orang neduh sambil buka jasa sol sepatu," tutur Nanang.
Di bawah pohon, tampak akar dan daun pohon yang jatuh di area makam, yang memiliki nisan berwarna putih tersebut. Untuk masuk makam, harus melewati pintu kecil yang terbuat dari kayu. Di sekelilingnya, dibangun tembok berwarna merah setinggi tubuh orang dewasa.
Sosok Ki Buyut Talka
Menurut Nanang, sosok Ki Buyut Talka atau Mbah Kiai Talka, merupakan sesepuh masyarakat Kebon Belimbing. Dia dikenal sebagai tokoh masyarakat yang menyebarkan syiar agama Islam. "Beliau sosok alim ulama yang asalnya dari daerah sini. Zaman ditemukannya makam itu sekitar tahun 1828," tutur Nanang.
Diceritakan Nanang, dahulu tanah di Kebon Belimbing merupakan tanah milik Ki Buyut Talka. Tetapi seiring berjalannya waktu, karena banyaknya penduduk serta masifnya pembangunan, secara perlahan, tanah Ki Buyut Talka dijual, dan hanya menyisakan tanah makam yang diapit oleh bangunan dan jalan.
"Dulunya tanah di sini punya Ki Talka semua, tapi karena dijual hanya menyisakan tanah untuk kuburan saja, yang luasnya sekitar tujuh kali enam meter," tutur Nanang.
Selain Ki Buyut Talka, terdapat pula dua makam lain. Menurut Nanang, keduanya, merupakan makam istri dan anak Ki Buyut Talka. "Di sampingnya itu makam istrinya yang bernama Nyai Noersilah, dan anaknya yang bernama Putri," tutur Nanang.
Meski tempatnya kecil, menurut Nanang banyak orang datang untuk berziarah ke makam Ki Buyut Talka." Sering banyak yang datang ke sini, sampai dari Jakarta dan Jawa Tengah juga ada. Ada juga orang yang rutin datang," tutur Nanang
Menurut Nanang, walaupun makam Ki Buyut Talka merupakan makam bersejarah. Tetapi, oleh pemerintah Kota Cirebon masih belum dianggap sebagai situs cagar budaya. "Meski datanya sudah diajukan masuk cagar budaya, tapi di dinas terkait, namanya masih belum masuk," tutur Nanang.
Baca juga: Aden-aden, Hantu yang Terlupakan di Jabar |
Sebagai juru kunci, besar harapan Nanang, agar pemerintah lebih memperhatikan lagi situs keramat, seperti makam Ki Buyut Talka. "Kedepan mah pengenya, tempat ini diakui oleh pihak pemerintah terkait. Khususnya bisa dikasih atap buat berteduh lah, biar kalau malam ada yang ziarah itu nggak kehujanan," pungkas Nanang.
Makam Ki Buyut Talka berlokasi di Jalan Kebon Belimbing, Kelurahan Pekalangan, Kota Cirebon.
(mso/mso)