Tidak jauh dari keraton Kasepuhan, tepatnya di Jalan Jagasatru, Mandalangan, Kecamatan Pekalipan, Kota Cirebon terdapat kampung batik Kasepuhan yang menjadi pusat perajin batik di Kota Cirebon.
Melalui sanggar Widjaya Kusuma yang diasuh oleh sepasang suami istri bernama Raden Raharyadi Widjaya Kusuma dan Kurniasih, para penduduk sekitar diajarkan untuk menjadi perajin batik.
"Kebetulan kita ada sanggar bernama sanggar Widjaya Kusuma yang memproduksi batik dan kerajinan khas Cirebon termasuk lukis kaca, topeng dan souvenir," tutur Kurniasih (47) Owner sanggar Widjaya Kusuma, Rabu (29/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebelum menjadi sanggar batik, menurut Kurniasih sanggar miliknya merupakan sanggar lukis kaca yang sudah berdiri sejak lama. Sedangkan istilah kampung batik Kasepuhan ini muncul, mulai dari tahun 2017 dengan konsep memberdayakan warga sekitar.
"Pas masa Sultan Arif itu kita dikasih peluang untuk mengembangkan batik di sekitar keraton, oleh karena itu kita mengajak warga sekitar untuk berlatih batik dari belajar membuat batik sampai bisa memproduksi sendiri," tutur Kurniasih.
Menurut Kurniasih, dengan modal seadanya, gagasan untuk belajar belajar batik disambut antusias oleh warga sekitar khususnya dari kalangan ibu-ibu dan anak anak.
Berbeda dengan motif batik di tempat lain, menurut Kurniasih, di kampung batik Kasepuhan, seringnya memproduksi batik dengan motif klasik atau lawasan khas Cirebonan yang sudah jarang dibuat di tempat lain.
"Kalau untuk motif batik sanggar saya mempertahankan batik lawasan khas Keraton yang hampir punah, itu kan di showroom tuh udah jarang diproduksi, sengaja kita produksi agar tidak punah," tutur Kurniasih.
![]() |
Sambil memperlihatkan batik lawasan dengan motif Patran Keris dan Naga Utah. Kurniasih mengatakan, batik yang ada di sanggarnya merupakan batik tulis yang pembuatannya membutuhkan waktu berbulan-bulan.
"Batik tuliskan manual, Itu bisa sampai berbulan-bulan pembuatannya, mahal murahnya batik tergantung tingkat kerumitan. Untuk harganya paling murah Rp 350.000 sampai jutaan," tutur Kurniasih.
Selama berjalan beberapa tahun, ada beberapa kendala yang dialami Kurniasih sebagai owner untuk membangun kampung batik Kasepuhan, dari mulai kendala pemasaran hingga kurang maksimalnya perhatian pemerintah.
"Kendala biasanya di pemasaran, modal, SDM dan juga mungkin perhatian dari dinas masih kurang maksimal nggak kaya dulu. Misal, pesanan banyak tapi modal nggak ada, apalagi kita produksi sendiri, jadinya untuk stok nggak terlalu banyak kaya di showroom," kata Kurniasih.
Namun meski begitu, bersama warga sekitar Kurniasih masih tetap mempertahankan geliat membatik di sanggarnya. "Sesepi-sepinya di sini, pasti ada saja yang belajar dan produknya ada yang kejual. Jadi ibaratnya ada saja, nggak hilang begitu saja," tutur Kurniasih.
Kurniasih menuturkan, jika sedang sepi orderan, sanggar miliknya digunakan sebagai tempat workshop bagi pelajar yang ingin belajar batik.
"Kebetulan kita kerjasama sama keraton Kasepuhan, kalau pesertanya sedikit kita adakan di sini, tapi kalau banyak kita workshop di Kasepuhan," tutur Kurniasih.
Kurniasih sendiri berharap ke depan, kampung batik Kasepuhan dapat lebih berkembang lagi. Ia juga membuka peluang kerja sama bagi siapa saja yang berminat untuk membangun kampung batik Kasepuhan.
"Pengen lebih dikenal, di Kota Cirebon kan di sini, asli pribumi, caranya manual masih tulis, sama promosinya juga ditingkatkan. Kalau misal ada yang bantu modal atau butuh belajar batik bisa juga ke sini," pungkas Kurniasih.
(yum/yum)