Kabupaten Indramayu menjadi satu daerah produsen mangga terbesar di Jawa Barat. Jumlah produksinya dalam setahun bisa mencapai jutaan kuintal.
Dilihat dari data BPS Kabupaten Indramayu, pada Selasa (21/5/2024) sekira pukul 11.00 WIB, jumlah produksi mangga tahun 2023 mencapai 1.118.941 kuintal. Jika dibandingkan tahun sebelumnya, angka produksi tersebut menurun, yakni sekitar 1.556.682 kuintal. Hal itu terjadi lantaran faktor cuaca ekstrem atau El Nino.
"Menurun, El Nino biasanya di bulan Juni-Juli mulai banyak tapi kemarin itu karena di musim kemarau, air juga kurang akhirnya produksi mangga berpengaruh. Produksi lainnya juga berpengaruh," kata Kabid Hortikultura DKPP Kabupaten Indramayu M Ikhwan Farkhani kepada detikJabar.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pasang surut produksi mangga di Kabupaten Indramayu terjadi setiap tahunnya. Dilihat dari data, pada tahun 2020 produksinya sekitar 1.265.402 kuintal, tahun 2021 sekitar 933.979 kuintal, dan pada tahun 2022 sekitar 1.556.682 kuintal, serta tahun 2023 kembali turun menjadi 1.118.941 kuintal.
Secara geografis, produksi mangga hampir tersebar di seluruh kecamatan di Kabupaten Indramayu. Tahun ini, penyumbang produksi mangga tertinggi berada di Kecamatan Haurgeulis yang mencapai 158.675 kuintal, disusul Kecamatan Cikedung yang mencapai 152.726 kuintal, kemudian 94.715 kuintal dari Kecamatan Jatibarang.
Produksi untuk sejumlah jenis atau varietas mangga cukup konsisten. Terutama jenis mangga khas Indramayu, yaitu mangga cengkir, gedong gincu, harumanis, mangga manalagi dan jenis lainnya.
"Jenisnya cengkir ya. Ada juga gedong gincu, harum manis , manalagi, dan mangga golek. Kalau cengkir itu sekitar 30 persen, karena di halaman rumah-rumah warga juga banyak," ujar Ikhwan.
Sejauh ini, hasil produksi mangga dari Indramayu banyak tersebar ke beberapa daerah terutama di wilayah Jabodetabek. Termasuk distribusi ke wilayah Sumatera.
"Pangsa pasar ini kita banyaknya ke Jakarta, kalau cengkir ke Sumatera, makanya di Sumatera itu dipanggil mangga DR (Dermayu). Mayoritas mereka konsumsi langsung, kalau olahan masih dominan di masyarakat kita," jelasnya.
(sud/sud)