Sepetak lahan di samping jalan raya yang berada di Desa Plumbon, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu dikenal sebagai Sawah Buyut Lumbung Dalem. Sawah keramat ini sudah ada sejak zaman kerajaan. Bahkan, dalam sepenggal kisahnya, sawah tersebut pernah menjadi andalan saat perang Batavia.
Salah seorang pengurus, Tarmad (59) saat ditemui detikJabar, mengaku tidak mengetahui pasti asal-usul Sawah Buyut Lumbung Dalem tersebut. Konon, dari cerita turun-temurun, lahan seluas 150 bata (satu bata setara 14 meter persegi) itu sudah dimanfaatkan sebagai ladang pertanian padi sejak zaman kerajaan.
"Karena orang dulu itu saya nggak ingat pada tahun berapanya, cuma saya ingat kata leluhur saya itu pada waktu terjadinya Kesultanan Banten Batavia perang dijajah Belanda. Belanda itu jajah masih kerajaan belum ada presiden," ujar Tarmad, Senin (6/5/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kala itu, Indramayu yang memang sudah dikenal kaya akan pangan. Sehingga, diputuskan oleh kerajaan bahwa Sawah Lumbung Dalem harus mengambil peran saat perang melawan Belanda di Batavia.
Untuk mempermudah jalannya perjuangan para prajurit mengusir penjajah. Lumbung Dalem pun bersiap memasok logistik ke wilayah perang (Batavia).
"Impor ke Jakarta, perang Batavia sih. Iya untuk prajurit sini. Ini kalau kekurangan sandang pangan wajib keluar. Karena apa, orang perang itu kekuatannya di sandang pangan gitu," katanya.
Konon, selain di Indramayu lahan pertanian yang juga turut menjadi andalan juga terdapat di Kabupaten Kuningan. Dari segi luas dan modelnya hampir sama dengan sawah keramat lumbung dalem yang ada di Indramayu. Namun, sawah tersebut dikhususkan untuk penyuplai pangan di wilayah Cirebon.
Tarmad percaya, meski luasan sawah tidak sampai berhektare-hektare. Namun, hasil panen dari sawah keramat itu bisa mencukupi kebutuhan pangan di wilayah tersebut.
"Yang namanya keramat itu, meskipun nggak seluas hekataran, bisa mengayomi seluruh Indramayu gitu. Karena sudah kesaksen para leluhur dulu," ucapnya.
Seiring berjalan waktu, penyimpanan pangan (padi) di lumbung kuno terjadi sebuah transaksional simpan pinjam seperti perbankan. Karena menurut Tarmad, tidak sedikit petani atau warga dari luar daerah Indramayu yang meminta bibit dari lumbung untuk kemudian ditukar dengan buah atau uang.
"Orang bukan dari Kabupaten Indramayu saja itu datang, mau musim tanam itu minta bibit. Nah di kasih bibit untuk sekedar kias (formalitas). Tapi imbal baliknya untuk sekarang itu tidak mengembalikan bentuk padi. Mengembalikannya itu dengan buah sekedarnya. Kadang-kadang kita masyarakat Indramayu nya tidak tahu," pungkasnya.
(sud/sud)