Menyingkap Filosofi Indung dari Sawah Buyut Lumbung Dalem Indramayu

Menyingkap Filosofi Indung dari Sawah Buyut Lumbung Dalem Indramayu

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Senin, 06 Mei 2024 08:00 WIB
Tradisi panen di sawah keramat Buyut Lumbung Dalem Desa Plumbon, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.
Tradisi panen di sawah keramat Buyut Lumbung Dalem Desa Plumbon, Indramayu. (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Proses pembuatan stok bibit dari sawah keramat Buyut Lumbung Dalem di Desa Plumbon, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu sudah dilaksanakan. Tidak sedikit, petani yang turut meminta sejumlah tangkai padi untuk dijadikan bibit pada musim tanam selanjutnya.

Sawaludin (54) misalnya, petani asal desa setempat tak mau kehilangan kesempatan. Saat ikut memanen, ia pun turut membuat satu ikat indung atau bibit padi. Biasanya, bibit itu akan di taruh di atas pintu rumahnya.

"Nanti di taruh di atas pintu. Kalau saya kan nggak punya sawah jadi ya di taruh di rumah aja. Biasanya yang punya sawah mah untuk di campur bibit untuk tanam selanjutnya," kata Sawaludin di tengah kesibukannya memanen padi, Minggu (5/5/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Memang tidak rutin setiap tahun. Namun, Sawaludin menjelaskan meminta bibit atau indung dari buyut lumbung dalem ini sudah dilakoni oleh neneknya dulu.

Bagi sebagian warga, bibit dari sawah buyut lumbung dalem ini bisa membawa berkah. Warga mempercayai bibit padi atau indung itu bisa menjaga keselamatan selama proses pengolahan padi sehingga menghasilkan padi yang maksimal.

ADVERTISEMENT

"Minta bibit dari lumbung buyut dalem itu konon sudah dilakoni nenek saya. Dan katanya hasil panen cukup melimpah makanya saat itu sempat kaulan," cerita Sawaludin.

"Ya itu mah istilahnya cari barokah keselamatan lah tapi kan sesuatu nya berserah kepada Allah," ucapnya.

Tradisi panen di sawah keramat Buyut Lumbung Dalem Desa Plumbon, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu.Tradisi panen di sawah keramat Buyut Lumbung Dalem Desa Plumbon, Kecamatan Indramayu, Kabupaten Indramayu. Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar

Tak hanya Sawaludin, sejumlah petani lainnya juga turut membuat indung sebelum melakukan panen raya.

Sementara, salah seorang pengurus buyut lumbung dalem, Tarmad menjelaskan indung atau bibit padi biasanya hanya berisikan 7 tangkai (pitung ler) padi. Ketujuh tangkai itu kemudian diikat dengan menggunakan helai daun dengan cara dikepang.

Menurutnya, indung yang dipasang di atas pintu rumah itu dijadikan sebagai syarat atau warga menyebutnya adem-adem. Karena secara filosofisnya, pangan menjadi satu hal utama yang dibutuhkan dalam kehidupan.

"Itu syarat untuk kita petani atau bukan petani. Untuk apa untuk mencapai ketenangan itu kata kita orang tani adem-adem. Itu harus mengambil kedudukan karena kita hidup tidak lepas dari pangan. Kalau pangan tidak ada itu pikiran bisa hilaf," jelas Tarmad.

Tujuh tangkai dalam indung (bibit) kata Tarmad melambangkan waktu selama sepekan. Artinya, tujuh hari itu menjadi waktu yang bakal dilewati oleh setiap manusia. Sehingga, simbol indung bisa menjadi satu peringatan atau pengeling.

Namun, kata Tarmad simbol itu bukan hanya untuk pengingat duniawi. Melainkan, agar masyarakat tetap berdoa dalam menjalani kehidupannya.

"Kita manusia itu menjalani kehidupan berusaha mencapai tujuh hari. Misalnya, pekerja kantoran itu kerja dari Senin sampai Sabtu terus Minggu libur, balik lagi seperti itu," katanya.

Uniknya, indung dari buyut lumbung dalem ini tidak hanya diminati warga di sekitar Desa Plumbon saja. Melainkan, banyak petani yang ada di Subang hingga Karawang yang meminta bibit padi dari buyut lumbung dalem sebelum memasuki musim tanam.

"Banyak, kalau kebetulan tahu lagi panen biasanya pada minta indung. Seringnya ada juga yang dari Subang, Karawang yang minta indung dari lumbung," ujarnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads