Kepada detikJabar, F menceritakan perundungan yang dialaminya ini kerap terjadi baik saat di sekolah maupun saat di jalan ketika pulang sekolah. Panggilan tak mengenakkan yang terlontar dari sejumlah teman sebaya di sekolah dan orang-orang yang ditemui di jalan membuatnya sedih dan sakit hati.
"Ada yang bilang mata sapi, mata jendol, mata monster, mata satu, mata paus dan lain sebagainya sering terdengar membuat saya sakit hati dan sedih. Saya hanya diam dan baru menangis saat sampai di rumah," cerita F kepada detikJabar saat ditemui di rumahnya, Sabtu (16/3/2024).
Hingga akhirnya, F pun memutuskan menghindari semua ejekan itu dengan tidak lagi berangkat ke sekolah dan memilih banyak mengurung diri di rumah.
"Saya tidak mau sekolah lagi. Saya tidak tahan harus mendengar bully-an dari teman dan orang di jalan," ujar F sedih.
Sementara itu ibunda F, Imi Karmi (52) mengaku sedih dengan nasib yang dialami putri bungsunya tersebut. Imi pun sudah berkali-kali membujuk F untuk tetap mau bersekolah dan mengabaikan segala cemoohan teman dan orang-orang. Namun pendirian anaknya sudah bulat sehingga dia hanya bisa pasrah dan merelakan anaknya tersebut mogok sekolah.
"Sebenarnya perundungan yang dialami anak saya sudah terjadi sejak masih duduk di bangku SD, dan sekarang terjadi lagi saat Neng (F) masuk SMP. Saya juga tidak menyalahkan pihak sekolah, karena yang melakukan perundungan adalah teman-teman sebayanya dan di luar pengawasan guru. Tapi saya menyayangkan dan sedih, ejekan dan perkataan negatif tersebut membuat anak saya jatuh mental sampai tidak mau sekolah," ujar Imi.
Imi membenarkan, sudah hampir dua bulan F tidak berangkat sekolah. Selain karena tak tahan dengan bully-an yang kerap dialami, juga karena saat ini F tengah fokus menjalani pengobatan di RS Hasan Sadikin Bandung.
"Jadwal terdekat hari Senin besok Neng harus berangkat lagi ke Bandung. Tapi untuk menjalani pemeriksaan rujukan ke RS Mata Cicendo Bandung. Saya juga belum tahu nanti Neng harus menjalani tindakan operasi kapan dan dimana, apakah di RS Mata Cicendo atau Hasan Sadikin," ungkap Imi.
Imi mengatakan, dari hasil pemeriksaan dokter selama ini menyatakan anaknya tersebut mengidap Hemangioma atau sejenis tumor jinak di kelopak matanya. Imi pun berharap pengobatan anak bungsunya tersebut bisa berjalan lancar dan F bisa sembuh normal seperti sedia kala. Sehingga ke depannya F bisa kembali hidup normal seperti teman sebayanya dan melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.
"Neng kan cita-citanya pengen jadi dokter. Mudah-mudahan nanti pengobatannya lancar dan bisa sembuh, kemudian bisa bersekolah lagi sampai ke perguruan tinggi dan meraih cita-cita menjadi dokter," ungkap Imi.
Imi mengaku akan berupaya sebisa mungkin agar F bisa sembuh meski dengan segala keterbatasan yang dihadapi. Untuk pengobatan saat ini, F pun mendapat bantuan dan pendampingan dari Yayasan Bersama Kita Peduli.
"Suami saya penderita tuna rungu yang mengandalkan penghasilan dari kerja serabutan, kadang ada yang nyuruh nyangkul di kebun atau cari kayu bakar. Untuk berobat ke Bandung, Alhamdulillah kami punya BPJS hanya saja untuk kebutuhan perjalanan dan makan saya harus nabung dulu. Alhamdulillah kami juga dibantu dari Yayasan Bersama Kita Peduli dan kemarin ada Pak Pj Bupati Kuningan menjenguk memberi bekal. Mohon doa dari semuanya semoga Neng nanti bisa berobat dan cepat sembuh," ujar Imi.
(dir/dir)