Nasib Kolam Sang Raja yang Kini Memprihatinkan

Kabupaten Majalengka

Nasib Kolam Sang Raja yang Kini Memprihatinkan

Erick Disy Darmawan - detikJabar
Senin, 11 Mar 2024 17:00 WIB
Kolam Sang Raja Majalengka
Kolam Sang Raja Majalengka (Foto: Istimewa/Dok Grumala)
Majalengka -

Nasib kolam Sang Raja kini tinggal cerita. Kolam renang yang berlokasi di Kelurahan/Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka ini, kondisinya kini memprihatinkan.

Beberapa fasilitas di tempat tersebut sudah hancur. Bahkan tumbuhan lumut sudah menyelimuti sebagian area Sang Raja. Air di kolam tersebut juga berwarna hijau karena bangunannya sudah terlapisi lumut.

"Kamar kecil untuk MCK (Mandi, Cuci, Kakus) itu sudah runtuh, bangunannya sudah hancur," kata Ketua Grumala (Group Madjalengka Baheula) sekaligus penikmat sejarah Majalengka, Nana Rohmana atau akrab disapa Naro belum lama ini.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kumuhnya Sang Raja karena tidak ada sentuhan dari Pemkab Majalengka, selaku pengelola sepenuhnya kolam tersebut. Seperti yang diketahui, kata Naro, kolam ini terakhir kali direvitalisasi sekitar tahun 90-an.

"Sampai tahun 90an belum pernah diadakan perehaban atau renovasi hanya ada penambahan kolam di belakangnya itu juga pada tahun 80an," ujar Naro.

ADVERTISEMENT

Kolam pertama dan tertua di Majalengka ini padahal memiliki sejuta kenangan bagi warga Majalengka. Pasalnya pilihan utama tempat rekreasi bagi warga tahun 80-an dan 90-an adalah Sang Raja.

"Tahun 80an sering diadakan hiburan ada adu domba, sampyong gitu. Biasanya setiap hari Minggu tuh ada panggung dangdut. Jadi ramai dulu mah," ucap dia.

"Kolam sang raja ini sampai tahun 1990an masih menjadi tempat hiburan utama kota Majalengka. Karena belum ada koran renang modern," sambungnya.

Kolam yang dibangun 1819 ini mulai ditinggalkan pengunjung sekitar tahun 2010, bermunculannya kolam renang modern dan tidak ada inovasi baru menjadi penyebab kolam renang sang raja ditinggalkan pengunjung.

"Harapannya sih dihidupkan atau diramaikan lagi ya, tempat legendaris warga Majalengka juga kan. Semoga saja ada perhatian lagi lah untuk menghidupkan kembali aktivitas di sana," ujar Naro.

Kolam Sang Raja MajalengkaKolam Sang Raja Majalengka Foto: Istimewa/Dok Grumala

Tempat ini juga, kata Naro, pernah dikelola pihak swasta. Namun tetap sepi karena kurangnya publikasi ke masyarakat luas. Dengan demikian, Naro berharap jika kolam ini direvitalisasi kembali publikasi untuk tempat ini juga digalakkan.

"Saat dikelola sama swasta sebagai rekanan dari Pemda ada tempat wahana permainan lain seperti playing fox, ATP, perahu-perahu, udah lumayan modern. Cuma mungkin promosinya kurang karena dulu mah belum seramai sekarang pengguna internet nya, ya tetep sepi," kata dia.

Sementara itu, fasilitas di tempat ini mempunyai 3 kolam renang. Adapun 2 kolam renang yang berada di bagian belakang kolam utama, merupakan kolam tambahan pada tahun 1980-an.

Di kolam sang raja juga beberapa pohon berukuran besar tampak masih berdiri kokoh. Pohon itu merupakan cendramata dari daerah lain saat peresmian sang raja. Usia pohon itu diperkirakan sudah 1 abad.

Kolam renang sang raja sendiri telah berdiri pada 1819. Kolam ini dibangun pada zaman kerajaan. Tempat yang kini dikenal kolam sang raja juga awalannya bernama Tamansari. Wisata ini merupakan tempat hiburan keluarga Tumenggung Natakaria.

Kolam ini dibuat oleh putra Tumenggung Natakaria, yakni Demang Santana Sastra Permana atau Mbah Dalem Aji Luhung. Dia membangun tempat tersebut dari tahun 1810-1819.

Wacana Dihidupkan Kembali

Denyut nadi kolam sang raja kini tengah berhenti. Namun upaya menghidupkan lagi kolam yang berada di Kelurahan/Kecamatan Cigasong, Kabupaten Majalengka, dari mati suri pernah diwacanakan.

Naro mengatakan, dirinya pernah meminta pemerintah setempat untuk menggeliatkan lagi aktivitas Sang Raja. Itu karena, kata Naro, tempat tersebut memiliki sejarah yang cukup berharga bagi Majalengka.

"Saya pernah memberi masukan kepada pihak Disparbud (Majalengka) untuk melestarikan balong buhunnya (kolam legendarisnya), sebagai tempat rekreasi sejarah. Karena balong buhun itu merupakan salah satu fase dari perjalanan sejarah Majalengka dari mulai zaman ketumenggungan sampai zaman kolonial Belanda," kata Naro saat berbincang dengan detikJabar.

Namun harapan Naro itu tak pernah terwujud hingga saat ini. Bahkan pemerintah pusat melalui Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) RI juga pernah melirik tempat yang sudah dibangun ratusan tahun itu.

Kementerian tersebut rencananya akan memugar kembali Sang Raja dengan anggaran cukup fantastis, yakni sekitar Rp15 miliar. Akan tetapi, rencana kementerian juga sirna karena terganggu dengan adanya pandemi COVID-19.

"Saya pernah dengar pada tahun 2019 atau 2020, pernah ada mau revitalisasi. Bahkan ini melibatkan pemerintah pusat dari Bappenas, saya dengar akan di pola lah (direnovasi) kayak gitu," ujar Naro.

"Cuman ya gitu, saya dengar tuh karena ada COVID akhirnya terkena refocusing, jadi ditangguhkan bukan dibatalkan. Mungkin ada harapan untuk revitalisasi kembali," sambungnya.

Kesempatan itu, kata Naro, sejatinya masih bisa dikejar. Pasalnya kementerian hanya menangguhkan bukan membatalkan. Untuk itu, Naro berharap Pemkab Majalengka bisa kembali mem-follow-up wacana kementerian tersebut.

"Pemerintah daerah masih bisa mem-follow-up, saya dengar itu judulnya itu ditangguhkan jadi kan masih bisa di-follow-up kembali dan masih bisa realisasikan kembali oleh pemerintah daerah atau pusat karena sudah masuk daftar revitalisasi saya dengar juga tuh," ucap Naro.

Naro sangat menyayangkan jika hal tersebut disia-siakan. Oleh karena itu, dia mendorong pemerintah setempat harus mengetuk kembali ingatan kementerian terkait janji revitalisasi kolam Sang Raja.

"Sangat disayangkan apabila nggak jadi. Karena sang raja merupakan salah satu bangunan bersejarah atau heritage di Majalengka, terus kolam pertama di Majalengka juga, sudah ada sejak ratusan tahun, sudah ada jaman ketumenggungan," jelas dia.

Disinggung jika suatu saat revitalisasi kolam sang raja terwujud, Naro meminta beberapa fasilitas di sang raja tidak boleh direkonstruksi. Dia berharap kemurnian sejarah dari kolam sang raja tetap terjaga.

"Yang saya sarankan kepada pihak pemerintah bahwa yang disebut dengan balon buhun yang di depan itu jangan sampai diubah, kalau dibersihin nggak apa-apa karena di bawahnya pasti lumpur. Yang kedua itu ada tugu peringatan yang dibangun oleh Bupati ke-7 Majalengka RAA Sasrabahu pada 1912 jangan sampai di bongkar atau dihilangkan karena itu sudah 100 tahun lebih tugu itu. Kemudian ada pohon-pohon yang cendramata dari para tamu-tamu itu juga harus dilestarikan," kata dia.

"Yang lainnya mungkin seperti (kolam) yang di belakang boleh lah (direhab), terus ada benteng-benteng itu juga sudah banyak yang hancur sudah tidak terawat dan sangat memprihatinkan, harus rehab juga," ujar dia menambahkan.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads