Menguak Asal-usul dan Mitos Balong Cigugur Kuningan

Menguak Asal-usul dan Mitos Balong Cigugur Kuningan

Mohamad Taufik - detikJabar
Selasa, 05 Mar 2024 08:00 WIB
Balong Cigugur Kuningan
Balong Cigugur Kuningan (Foto: Mohamad Taufik/detikJabar )
Kuningan -

Kelurahan Cigugur, Kabupaten Kuningan, dikenal karena masyarakat agraris yang masih kental dengan wilayah subur dan pasokan air melimpah. Namun, asal-usul nama Cigugur, konon ada campur tangan sosok Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati.

Kabarnya, dulu daerah Cigugur bernama Dusun Padara. Nama tersebut diambil dari sosok sakti yang berkuasa di wilayah tersebut yaitu Ki Gede Padara.

Dikisahkan, Ki Gede Padara adalah seorang wiku (petapa) yang hidup di abad ke-12 sebelum kerajaan Cirebon berdiri. Dia memiliki keistimewaan dalam menghayati dan mengamalkan ilmu kehalusan budi atau kewenangan. Ki Gede Padara juga dikenal seorang sakti yang menguasai ilmu menghilang atau ngahiang. Hingga di usia tuanya, Ki Gede Padara menderita karena kesulitan untuk meninggal akibat kesaktiannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampai akhirnya, penderitaan Ki Gede Padara diketahui penguasa wilayah Kajene (Kuningan) kala itu yaitu Aria Kamuning. Kesusahan yang dialami seorang sakti di kaki Gunung Ciremai ini pun kemudian dilaporkan Aria Kamuning kepada Syekh Maulana Syarif Hidayatullah di Cirebon untuk meminta solusinya.

Rupanya, permintaan Aria Kamuning ditanggapi langsung Syekh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati datang dan menemui langsung Ki Gede Padara di kediamannya. Dalam pertemuan tersebut, Sunan Gunung Jati merasa kagum dengan ilmu Ki Gede Padara. Sebaliknya, Ki Gede Padara menyampaikan keinginannya meninggalkan dunia dengan wajar layaknya manusia biasa.

ADVERTISEMENT

Keinginan Ki Gede Padara akhirnya disanggupi Syekh Syarif Hidayatullah dengan menyampaikan satu syarat yang harus dilakukan yaitu mengucapkan dua kalimat syahadat. Syarat ini pun langsung disanggupi Ki Gede Padara.

Namun, sebelum menuntun syahadat, Syekh Syarif Hidayatullah bermaksud berwudhu terlebih dahulu. Sedangkan di lokasi tersebut konon merupakan kawasan dataran yang sulit air. Maka Syekh Syarif Hidayatullah kemudian memohon kepada Allah SWT dan menancapkan tongkatnya ke tanah.

Seketika keajaiban terjadi. Air keluar dari perut bumi hingga tercipta genangan dan membentuk kolam atau balong. Dari kolam ini pula Syekh Syarif Hidayatullah mengambil wudhu lalu menuntun Ki Gede Padara untuk mengucapkan dua kalimat syahadat.

Balong Cigugur KuninganBalong Cigugur Kuningan Foto: Mohamad Taufik/detikJabar

Namun baru satu kalimat syahadat terucap dari mulut Ki Gede Padara, tiba-tiba langit mendung disertai gemuruh halilintar menggelegar. Hingga tiba saatnya Ki Gede Padara hendak mengucapkan kalimat syahadat yang kedua, mendadak meninggal dan jasadnya hilang. Atas peristiwa ini pula menjadikan kolam yang tercipta tempat Syekh Syarif Hidayatullah mengambil wudhu diberi nama kolam Cigugur. Sekaligus menjadikan wilayah Dusun Padara berganti nama menjadi Cigugur hingga sekarang.

General Manager SBU Perusahaan Daerah Aneka Usaha (PDAU) Kuningan atau pengelola Balong Cigugur,
Adam Firdaus mengaku cerita tersebut sudah menjadi legenda di masyarakat. Keberadaan Balong Cigugur pun banyak dipercaya masyarakat sebagai tempat yang membawa berkah.

"Banyak masyarakat yang menganggap Balong Cigugur ini keramat dan berkhasiat. Tak jarang warga yang datang ke sini untuk tujuan pengobatan penyakit lahir maupun batin, " ungkap Adam kepada detikJabar belum lama ini.

Kini Balong Cigugur menjadi salah satu objek wisata yang banyak dikunjungi masyarakat terutama di saat musim libur nasional maupun akhir pekan. Tak jarang pula pengunjung yang datang saat malam hari untuk tujuan ritual tertentu.

"Pernah ada yang datang ke sini untuk tujuan pengobatan penyakit aneh. Katanya dari pundaknya keluar beling atau kaca. Pernah juga ada yang ingin punya keturunan datang ke sini," ujarnya.

"Tapi sebagian besar hanya wisatawan yang datang untuk berenang bersama ikan dewa dan terapi ikan. Juga untuk acara budaya, saat seren taun ada lomba nyiblung dan dayung buyung," ungkap Adam.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads