Kompaknya 'Pasukan Tandur' di Indramayu, dari Outfit hingga Cara Tanam

Kompaknya 'Pasukan Tandur' di Indramayu, dari Outfit hingga Cara Tanam

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Senin, 26 Feb 2024 14:30 WIB
Kompaknya pasukan tandur di Indramayu yang memakai kaos seragam
Kompaknya pasukan tandur di Indramayu yang memakai kaos seragam (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Tandur menjadi satu tahap wajib yang dilakukan petani untuk menanam padi. Begitu juga dilakukan petani di Kabupaten Indramayu setiap musim tanam padi. Biasanya mereka menanam dengan cara perseorangan hingga per kelompok.

Pemandangan proses tanam padi berbeda terlihat di persawahan Desa Tinumpuk, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu. Mereka yang bisa disebut pasukan tandur memiliki sebuah grup yang khusus berburu menanam padi.

Grup pasukan tandur 'Putra Langit' misalnya. Satu kelompok petani dari Desa Pranggong, Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu itu sudah terbentuk sekira tahun 2015 lalu. Pembentukan grup pasukan tandur itu terjadi karena seiring banyaknya permintaan lantaran jumlah petani yang kian berkurang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Hampir tidak ada yang muda di grup kami sih. Paling usianya sudah di atas 40 tahun. Karena kalau yang muda biasanya pada ke luar negeri," kata Koordinator Kelompok Tandur Putra Langit, Wartem ditemui detikJabar, Senin (26/2/2024).

Kelompok tandur ini beranggotakan sekitar 20 hingga 35 petani dari berbagai desa terdekat. Sejak pukul 03.00 WIB atau bada subuh mereka sudah bersiap menuju ke persawahan yang sudah dipesan. Tak hanya di wilayah Indramayu, pasukan tandur dari Desa Pranggong ini pun sering disewa petani dari wilayah Kabupaten Cirebon.

ADVERTISEMENT

Saat beraktivitas, mereka dengan kompak membagi tugas agar mempercepat proses tanam padi. Ada yang mencabut bibit tanaman, tukang kenca (tali tambang jarak tanam), peladen, hingga tukang tandur.

Setiap ikat bibit yang sudah siap ditanam, di sebarkan merata di tengah lahan. Mengikuti tali tambang kenca, tukang tandur kompak menancapkan bibit sesuai jarak yang ada di kenca. Uniknya, cara tandur yang dilakukan kelompok ini bukan berjalan mundur seperti singkatan dari tandur (tanam mundur) melainkan dilakukan dengan cara tanam mundur.

"Dua orang yang pegang kenca, terus yang tandurnya itu ada sekitar 10 sampai 15 orang pak. Tergantung luas sawahnya. Ada juga yang meladeninya," jelas Ibu koordinator Grup Putra Langit.

Tak hanya cara tandur yang kompak, pakaian yang kenakan saat beraktivitas juga seragam. Terlihat, di bagian depan kaosnya, bertuliskan Den Bayu, dan bagian belakangnya tertulis Putra Langit sebagai nama grup pasukan tandur dilengkapi dengan nomor handphone. Uniknya lagi, mereka memiliki banyan kaos seragam yang dipakai setiap beraktivitas.

"Kalau Den Bayu itu nama cucu, tulisan Mamae Dinda itu nama anak saya pak. Kalau grupnya namanya Putra Langit. Seragamnya banyak pak, setiap tahun ganti, sekali bikin bisa mencapai 35 pieces dibagi ke anggota grup," ucap Wartem.

Untuk satu hari kerja, anggota pasukan tandur mengaku mendapat upah beragam tergantung luas tanam yang mereka kerjakan. Biasanya, sehari bisa menamam di sawah seluas 3 sampai 4 bahu (satuan luas lokal). Dimana harga jasa per satu bahu mencapai Rp1,3 juta.

"Sehari nggak menentu mas, kadang dapat Rp30 ribu kadang Rp100 ribu tergantung adepan mas (luas lahan)," kata Salah Satu Anggota Pasukan Tandur, Wastara.

Menurutnya, upah tersebut sudah maksimal, tidak termasuk biaya makan dan minum. Sehingga tak lupa, mereka selalu membawa bekal nasi sendiri saat bekerja.

"Ya kalau majikan (pemilik sawah) tidak pelit ya dikasih minum sama jajanan aja," ungkapnya.

Setelah menyelesaikan pekerjaannya, para pasukan tandur ini pun bergegas kembali ke jalan raya terdekat menunggu armada menjemputnya dan kembali pulang kerumahnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads