Seni tradisional merupakan warisan leluhur yang harus dijaga dan dilestarikan. Namun tidak sedikit kesenian di Indonesia sudah diambang kepunahan bahkan sudah lenyap karena tidak mempunyai regenerasi.
Salah satu kesenian yang dinyatakan telah punah adalah Tari Topeng Randegan. Seperti yang diketahui, kesenian tersebut berasal dari Desa Randegan Kulon dan Randegan Wetan, Kecamatan Jatitujuh, Kabupaten Majalengka. Punahnya kesenian itu diungkapkan oleh Seniman Majalengka Darto.
"Meskipun kita terus bicara Topeng Randegan di Majalengka, ketika akan ditampilkan itu sangat kesulitan bagi kita. Karena personilnya sudah nggak ada," kata kata Darto saat berbincang dengan detikJabar beberapa waktu lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Darto menyampaikan, punahnya tari topeng randegan karena 'dosa besar para pendahulunya'. Para pendahulu, tidak mewariskan bakat dan keilmuannya kepada generasi-generasinya.
"Persoalan tari tradisional itu selalu berkaitan dengan yang namanya regenerasi, nah regenerasi itu bukan berarti kaum muda tidak mau mempelajari. Tapi ada kalanya juga itu terkendala dengan sulitnya para orang tua atau pewaris itu memberikan atau menurunkan ilmunya kepada anak-anak muda," ujar dia.
"Karena suka ada mitos bahwa kalau bukan trah dalang susah menjadi penari topeng, 'kamu mah bukan turunannya mempelajari juga percuma', akhirnya di situ lah mulai ada pergeseran nilai," sambungnya.
Pewarisan bukan hanya salah satu faktor utama, namun dari sisi egoistik pelaku seni juga menjadi pemicu lainnya. Darto mengatakan, mereka merasa khawatir jika ada pendatang baru yang dianggap bisa menjadi pesaingnya.
"Terus yang kedua dari segi egoistik penarinya sendiri, merasa kalau ada anak muda baru, merasa tersaingi, takut tidak akan terpakai lagi atau tidak akan ada yang ngundang lagi. Sehingga bertahun-tahun tidak ada regenerasi," ucap dia.
Tari topeng randegan pertama kali dipopulerkan oleh seorang dalang bernama Ita. Kesenian ini lahir sekitar tahun 1942-an. Tari topeng randegan dinyatakan punah setelah pencetusnya wafat. Namun Darto tidak menjelaskan kesenian tersebut terputus di generasi ke berapa.
Akan tetapi, usaha untuk menghidupkan lagi tari topeng randegan sejatinya pernah diupayakan. Namun berbagai polemik dan respon kurang sedap selama proses kaderisasi, upaya menghidupkan kembali tari topeng randegan tidak terwujud.
"Terakhir saya main (tari topeng) dengan dalang Ita tahun 2014, atau 2015, 2016. Itu pun saya meminta ke Dinas Pariwisata Provinsi (Jabar) untuk melakukan upaya revitalisasi dan regenerasi (pewarisan), itu pun ada polemik jadi capek ngurusinnya. Ada kelompok yang tidak terima," katanya.
"Ada beberapa pun juga, itu suka diklaim 'itu bukan randegan', kalo menurut saya kan nggak begitu, yang namanya tari topeng itu, siapapun penarinya, asal kelompok itu masih ada, domisilinya di Randegan ya topeng randegan. Baik itu tari topengnya ada di sebelah wetan misalnya, harusnya tetap diakui topeng randegan," ujar dia menambahkan.
(mso/mso)