Wisata Sejarah dan Budaya, Jangan Lupa Berkunjung ke-4 Keraton di Cirebon

Wisata Sejarah dan Budaya, Jangan Lupa Berkunjung ke-4 Keraton di Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Selasa, 06 Feb 2024 05:30 WIB
Empat keraton yang ada di Cirebon.
Keraton yang ada di Cirebon (Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar).
Cirebon -

Ingin berlibur sambil belajar sejarah dan budaya, jangan lupa kunjungi 4 keraton yang ada di Cirebon. Selain tempat bersejarah di keraton juga banyak hal menarik untuk kalian jelajahi.

Lebih jelasnya berikut 4 profil keraton di Cirebon yang harus kalian kunjungi:

1. Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan sebelumnya bernama keraton Pakungwati yang didirikan oleh Pangeran Cakrabuana anak dari Prabu Siliwangi raja Kerajaan Pajajaran. Pada tahun 1529 Pangeran Zainul Arifin membangun keraton Pakungwati menjadi lebih luas. Menurut Kepala Informasi dan Pariwisata Keraton Kasepuhan, Iman Sugiman, Pakungwati diambil dari nama anak perempuan Pangeran Cakrabuana yang cantik Nyi Mas Pakungwati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Di Keraton Kasepuhan ada gedung museum yang dapat menambah wawasan tentang sejarah Cirebon. Di dalamnya terdapat kereta Singa Barong karya Pangeran Losari, deretan senjata perang, naskah kuno, alat makan peninggalan VOC, seni ukir kayu dan lukisan serta situs Sirara Denok yang pernah menjadi tempat penyimpanan benda pusaka. Di dalam museum ada tempat berfoto estetik dengan background ukiran kayu dan topeng, yang wajib kalian coba.

Ada juga reruntuhan keraton awal di kawasan Petilasan Dalem Agung Pakungwati. Menurut Iman dahulu tempat tersebut digunakan untuk meditasi Pangeran Cakrabuana dan Sunan Gunung Jati. Ada juga kawasan batu karang mirip Goa Sunyaragi serta tiga sumur keramat yang ada di sekitarnya.

ADVERTISEMENT

Oleh pengunjung sumur keramat sering digunakan untuk mandi atau sekedar mencuci muka seperti di sumur Agung dan sumur Kejayaan. Konon sumur keramat tersebut dapat memperlancar hajat hidup seseorang. Tapi ada satu sumur yang tidak boleh diambil airnya yaitu Sumur Soka yang terletak dibawah pohon upas.

Keraton Kasepuhan terletak di Jalan Kasepuhan, Kecamatan Lemahwungkuk Kota Cirebon. Bagi pengunjung yang ingin mengetahui lebih lanjut sejarah Keraton Kasepuhan bisa menyewa jasa tour guide yang ada di sekitar lokasi.

Selain tour guide ada beberapa fasilitas lain seperti musala, toilet, kantin dan area parkir yang cukup luas. Untuk Tiket masuk Keraton Kasepuhan Rp 10.000 untuk pelajar, Rp 15.000 untuk umum, museum Rp 15.000 dan untuk tiket terusan sebesar Rp 25.000.

2. Keraton Kanoman

Jika baru pertama kali mungkin akan kesulitan untuk menemukan keraton Kanoman karena letaknya berada di belakang pasar Kanoman. Padahal tidak kalah dari keraton Kasepuhan. Keraton Kanoman memiliki keunikan tersendiri. Di bagian depan keraton ada alun-alun dan masjid Agung Keraton Kanoman yang sering digunakan untuk acara tradisi keraton.

Ada situs Lumpang Alu yang konon menjadi alat pembuat terasi pertama di Cirebon, yang digunakan oleh Pangeran Cakrabuana. Tidak jauh dari lumpang Alu Ada barisan tembok dengan ornamen keramik yang berusia ratusan tahun. Keraton Kanoman juga memiliki museum yang berisi banyak benda bersejarah seperti kereta Paksi Naga Liman, kereta Jempana, senjata, gamelan dan masih banyak lagi.

Di bagian belakang ada bangsal Witana yang menjadi bangunan pertama di Cirebon yang dibangun oleh Ki Gedeng Alang-Alang. Di sekitar Witana ada 4 sumur keramat yaitu Sumur Kejayaan, Sumur Penganten, Sumur Bandung dan Sumur Agung Witana.

Dalam catatan Babad Kanoman. Keraton Kanoman berdiri empat tahun sebelum perjanjian dengan VOC pada tahun 1681 M. Dengan sultan pertama Pangeran Badrudin Kartawijaya yang merupakan adik Pangeran Martawijaya dari Keraton Kasepuhan.

Menurut Abdi Dalem Kanoman Ali, untuk masuk Keraton Kanoman tidak dikenakan biaya tetapi jika ingin masuk ke museum pengunjung membayar biaya tambahan Rp 10.000. Ia berharap dengan gratisnya masuk keraton, pengunjung memiliki kesadaran untuk bersama-sama menjaga kebersihan lingkungan keraton.

Sebagai fasilitas, KeratonKanoman dilengkapi dengan toilet, masjid dan musala serta area parkir yang cukup luas. Ada juga tradisi keraton yang masih dilaksanakan hingga hari ini seperti babadcirebon, bubursura, panjang jimat dangrebegsyawal.

3. Keraton Kacirebonan

Keraton Kacirebonan didirikan oleh Pangeran Muhammad Haerudin putra mahkota dari Keraton Kanoman yang asingkan oleh pihak Belanda ke Ambon dan Maluku. Namun karena gejolak yang besar dari rakyat akibat pengasingan tersebut. Pangeran Haerudin di kembalikan ke Cirebon. Tapi sesampainya di Cirebon, Belanda telah mengangkat adiknya Pangeran Imamudin menjadi Sultan Keraton Kanoman.

Hal ini yang menyebabkan Pangeran Haerudin pergi dari keraton Kanoman dan mendirikan keraton Kacirebonan. Ada banyak bangunan bersejarah yang ada di keraton Kacirebonan seperti gedung Prabayaksa. Sebuah bangunan mirip museum yang menyimpan benda bersejarah seperti naskah perjanjian, senjata, topeng, gamelan dan masih banyak lagi.

Ada Langgar Tirta Sumirat yang menjadi bangunan awal keraton Kacirebonan. Di bagian depan langgar ada pohon tanjung yang berusia ratusan tahun. Menurut Elang Iyan Ariffudin pohon tanjung menjadi prasasti tanda dibangunya keraton Kacirebonan.

Untuk masuk keraton Kacirebonan pengunjung dikenakan tarif Rp 10.000 untuk pelajar, Rp 15.000 untuk umum dan Rp 20.000 untuk turis asing. Sebagai fasilitas Keraton Kacirebonan menyediakan musala, toilet, area parkir dan pemandu wisata.

4. Keraton Kaprabonan

Merupakan keraton paling kecil di Cirebon, luasnya hanya sekitar satu hektar terdiri dari beberapa bangunan seperti musala, pulantara dan ruang pertemuan. Meskipun kecil dan letaknya di belakang pasar tapi suasana keraton Kaprabonan nampak sangat bersih dan asri.

Berdiri abad ke 17 sebagai pusat intelektual atau peguron oleh Pangeran Raja Adipati Kaprabon putra pertama dari Sultan Kanoman Badrudin Kartawijaya. Menurut Sutajaya Penjaga Keraton Kaprabonan menceritakan Pangeran Adipati Kaprabon keluar dari keraton karena tekanan dari Belanda yang besar kepada keraton, sehingga ia memutuskan keluar dari keraton dan fokus belajar Islam.

Ada beberapa tradisi yang masih dilestarikan di Keraton Kaprabonan seperti bubur suro, panjang jimat, tawasul dan muludan. Menurut Sutajaya, biaya masuk keraton Kaprabonan tidak dipungut biaya tapi pengujung dipersilahkan memberi dengan sukarela. Sebagai fasilitas keraton Kaprabonan menyediakan toilet, musala dan lahan parkir yang cukup luas.

Itulah 4 profil keraton untuk rekomendasi wisata sejarah dan budaya di kota Cirebon. Selamat berkunjung.

Halaman 2 dari 2
(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads