Mengenang 'Bus Setan' di Jalur Pantura

Mengenang 'Bus Setan' di Jalur Pantura

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Selasa, 23 Jan 2024 08:00 WIB
Bus pantura di Cirebon.
Bus pantura di Cirebon. (Foto: Devteo Mahardika/detikJabar)
Cirebon -

Namanya Jaelani, dia mantan sopir Bus Pantura PO Setianegara. Masih terngiang di ingatannya, sebelum ada Tol Cipali, Bus Pantura menjadi kendaraan primadona warga pada masanya. Dalam sehari, hampir semua PO Bus Pantura penuh oleh penumpang.

"Bhineka, Sahabat, Luragung dan Setianegara, itu yang paling terkenal dulu," kata Jaelani kepada detikJabar, beberapa waktu lalu.

Walaupun estimasi jarak tempuh yang lebih lama dibandingkan kendaraan lain, ada sensasi tersendiri ketika mengemudi Bus Pantura dan membuat Jaelani sangat nyaman dan kerasan ketika bekerja. Pada saat beroperasi, Bus Pantura memberikan dampak ekonomi bagi para pedagang yang berjualan di sekitar Jalan Pantura. Tak sedikit para pedagang silih berganti naik-turun menjajakan jualannya apalagi ketika jalan macet.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu ada satu hal yang membuat Bus Pantura dikenal para penumpangnya yaitu karena kecepatannya. Saking ngebutnya di jalanan, masyarakat menyebut Bus Pantura sebagai 'Bus Setan'.

Menurut Jaelani, hal tersebut karena para sopir Bus Pantura dikejar oleh waktu dan target setoran sehingga membuat mereka memacu kendaraannya dengan cepat. Apalagi dulu tidak ada tempat pemberhentian yang pasti.

ADVERTISEMENT

"Antar bus itu cepet-cepetan, Cirebon-Pasar Rebo cuma 4 jam. Apalagi Luragung Setianegara dijuluki mobil setan, mobil cepat lah," kata Jaelani.

"Jadi siapa yang paling depan dia yang paling cepat dapat penumpang," sambung Jaelani.

Untuk masalah calo menurut Jaelani dahulu tidak separah seperti sekarang. Jika tarif yang diberlakukan kemahalan, penumpang bisa langsung menawar harga kepada sopir bus. Hal seperti ini dapat mencegah terjadinya perbedaan harga yang cukup jauh antara penumpang dan PO bus.

Dulu, setiap hari Jaelani bolak-balik membawa sekitar 60-an penumpang dari Cirebon ke Pasar Rebo Jakarta. Karena tidak melewati tol, tarif yang digunakan menjadi lebih murah. "Pokoknya selama jadi sopir bus pantura banyak kenangannya lah," kata Jaelani.

Namun kini pesona bus Pantura semakin meredup dan ditinggal penumpang terutama setelah adanya Tol Cipali. Selain itu banyak warung dan pedagang di Jalur Pantura yang menutup usahanya.

Jaelani sendiri berhenti menjadi sopir bus karena kecelakaan yang terjadi beberapa tahun lalu. Bagi Jaelani kecelakaan ini menimbulkan trauma sehingga dia memutuskan untuk berhenti menjadi seorang pengemudi bus pantura yang legendaris.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads