Jurus Petani Cirebon Basmi Tikus, Kerahkan Anjing Pemburu-Burung Hantu

Jurus Petani Cirebon Basmi Tikus, Kerahkan Anjing Pemburu-Burung Hantu

Ony Syahroni - detikJabar
Senin, 15 Jan 2024 15:29 WIB
Gropyokan, kebiasaan para petani Cirebon dalam berburu hama tikus.
Gropyokan, kebiasaan para petani Cirebon dalam berburu hama tikus. Foto: Ony Syahroni/detikJabar
Cirebon -

Masyarakat di Desa Bayalangu Kidul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon memiliki kebiasaan unik setiap menyambut musim tanam. Mereka bergotong-royong berburu tikus yang menjadi hama bagi tanaman padi milik petani.

Di Kabupaten Cirebon, kebiasaan a tau tradisi ini dikenal dengan sebutan Gropyokan. Menggunakan alat-alat sederhana, seperti cangkul hingga kayu, para petani menyisir lahan pertanian dan menggali setiap lubang yang disinyalir menjadi tempat persembunyian hewan pengerat itu.

Tidak hanya itu, dalam membasmi hama tikus ini, para petani juga turut menerjunkan sejumlah anjing pemburu. Anjing-anjing itu merupakan hewan yang memang sudah dilatih untuk berburu tikus.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepala Desa (Kuwu) Bayalangu Kidul, Sugiarto mengatakan, gropyokan ini merupakan kebiasaan yang rutin dilakukan oleh pada petani di desa setempat setiap menjelang musim tanam padi. Kegiatan ini menjadi cara para petani untuk memastikan tidak ada tikus yang berpotensi dapat merusak tanaman padi milik mereka.

"Setiap menjelang musim tanam kita memang selalu mengadakan gropyokan. Kalau (hama) tikus itu bisa dibilang permasalahan klasik. Jadi selalu ada," kata Sugiarto kepada detikJabar saat ditemui di area persawahan, Desa Bayalangu Kidul, Kecamatan Gegesik, Kabupaten Cirebon, Senin (15/1/2024).

ADVERTISEMENT

Dalam gropyokan kali ini, setidaknya ada enam ekor anjing yang diterjunkan. Anjing-anjing yang sudah terlatih itu pun terlihat sangat tangkas dan cekatan dalam memburu tikus-tikus yang berkeliaran di area persawahan.

Menurut Sugiarto, anjing-anjing itu merupakan milik warga yang keseharian berprofesi sebagai pemburu tikus dengan menggunakan anjing peliharaannya. Setidaknya ada dua orang pemburu tikus yang dilibatkan dalam gropyokan yang diadakan oleh para petani di Desa Bayalangu Kidul. Para pemburu itu masing-masing membawa tiga ekor anjing terlatih.

"Kita memang sengaja ngundang yang punya anjing yang biasa berburu tikus. Ada dua orang. Setiap orang bawa tiga anjing. Jadi petani yang gali lubang-lubang tikus, kalau tikusnya keluar anjing yang nangkep," kata Sugiarto.

Selain menerjunkan anjing pemburu, para petani di Desa Bayalangu Kidul juga memanfaatkan burung hantu untuk membasmi hama tikus di sawah mereka. Untuk menghadirkan burung hantu ini, para petani akan membuat semacam kandang di sekitar lahan persawahan. Kandang-kandang itu akan disiapkan sebagai sarang bagi para burung hantu.

"Karena burung hantu kan tidak bisa membuat sarang. Jadi nanti kita siapkan sarangnya. Burung hantu sendiri kan bisa jadi pemangsa bagi tikus," ucap dia.

Sugiarto menambahkan, para petani di Desa Bayalangu Kidul akan mulai memasuki musim tanam beberapa hari mendatang. Waktu tanam yang seharusnya dimulai pada Desember tahun lalu, terpaksa diundur akibat dampak dari musim kemarau.

"Harusnya sudah mulai musim tanam dari bulan 12 (Desember) akhir. Cuma karena kemarau panjang jadi diundur. Kalau sekarang kemungkinan satu minggu atau 10 hari lagi mulai tanam," kata Sugiarto.

(sud/sud)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads