Singkatnya Sadi Nikmati Kejayaan Usaha Sewa Sepeda Listrik

Singkatnya Sadi Nikmati Kejayaan Usaha Sewa Sepeda Listrik

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Jumat, 05 Jan 2024 06:30 WIB
Usaha penyewaan sepeda listrik milik Sadi warga Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu
Usaha penyewaan sepeda listrik milik Sadi warga Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu. (Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar)
Indramayu -

Dari balik rintikan gerimis, Sadi terlihat duduk santai di antara barang jualan di tokonya. Minuman hangat di sampingnya sesekali ia seruput sambil menanti pembeli datang.

Selain melayani pembeli aneka sembako dan keperluan dapur, pria berusia 56 tahun itu pun ternyata sering dihampiri anak-anak kecil. Kedatangan anak-anak semakin ramai tatkala sedang musim libur sekolah, mereka hilir mudik ke Toko Sadi untuk sekedar menyewa sepeda listrik.

Sadi mengaku, usaha penyewaan sepeda listrik baru dijalaninya sejak awal 2023 lalu. Ketika itu kata Sadi, belum banyak warga di Desa Kertawinangun, Kecamatan Kandanghaur, Kabupaten Indramayu yang memiliki sepeda listrik.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Tadinya sering melihat anak-anak pada nangis karena nggak kebagian jatah sewa sepeda di desa tetangga. Akhirnya saya memutuskan membuka sewa biar mereka pada kebagian," kata Sadi kepada detikJabar, Kamis (4/1/2024).

Melihat kondisi itu, Sadi bergegas mengeluarkan modal uang sebesar Rp26 juta. Ia pun langsung membelikan 4 unit sepeda listrik khusus untuk disewakan. Memang, Sadi mengaku modal awal itu cukuplah berat. Sebab, ia harus berspekulasi tinggi sehingga rela merogoh tabungan dari hasil usahanya selama menjadi nelayan. "Total ada 4 unit yang disewakan, itu satunya ada yang harga Rp4 juta sampai Rp4,5 juta," ucap Sadi.

ADVERTISEMENT

Sejak saat itu, toko Sadi banyak dikunjungi anak-anak. Bahkan, mereka rela harus mengantre agar bisa memacu lembutnya sepeda tenaga listrik itu. Bukan satu anak saja, dua bahkan empat orang anak terkadang mereka patungan demi bisa menyewa sepeda listrik pak Sadi. Karena untuk satu jam sewa, mereka dikenakan biaya Rp10 ribu.

Tak jarang, Sadi merasa kewalahan meladeni anak-anak yang hendak menyewa sepeda listriknya. Belum penuh baterai listrik saat charging, sudah diminta untuk segera dilepas agar bisa disewa.

Namun, fenomena itu hanya dirasakan singkat oleh Sadi. Sebab, dua sampai 3 bulan setelah itu, animo penyewaan sepeda listrik berangsur turun. Sadi tidak menampik, dari keramaian itu, ia bisa meraup untung hingga belasan juta rupiah. "Waktu itu bisa tembus Rp15 juta itu dua bulan pertama pendapatan kotor. Per harinya itu bisa Rp300 ribu sampai Rp500 ribu waktu awal," jelasnya.

Penyewaan sepeda listrik tidak juga berjalan mulus. Sadi terkadang harus menyisihkan pendapatan selain membayar token listrik, juga untuk memperbaiki 4 unit sepedanya yang rusak.

Maklum saja, sepeda listrik sewa yang digunakan oleh banyak orang tentu ada kerusakannya. Mulai dari terjatuh hingga kecebur. Namun untungnya, kejadian itu tidak berdampak fatal bagi para penyewa. "Ya namanya juga anak-anak kadang yang belum bisa ngakunya bisa. Akhirnya jatuh. Alhamdulillah tidak ada yang komplain," ujarnya.

"Sehari-hari kadang ada aja yang rusak. Itu pernah habis Rp700 ribu untuk perbaiki sepeda. Ya total ada sekitar Rp6 juta lah karena semua onderdilnya mahal semua," imbuhnya.

Seiring berjalan waktu, geliat kepemilikan sepeda listrik semakin marak. Beberapa warga di sekitar toko Sadi sudah ada yang membeli sepeda listrik. Kondisi itu pun tidak bisa dielakkan Sadi. Sehingga, usaha penyewaan sepeda listrik dirasakan semakin merosot. "Pertama udah ada yang punya terus udah bosan," katanya.

Meski begitu, Sadi tetap optimis menjadikan penyewaan sepeda listrik sebagai usaha sambilannya sembari menunggu tokonya. "Sekarang sudah sepi, paling sehari Rp30 ribu, santernya Rp50 kalau libur. Kadang sehari nggak ada satupun," kata Sadi.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads