Balada Petani Cabai Indramayu: Dihantam El Nino-Harga Tak Stabil

Balada Petani Cabai Indramayu: Dihantam El Nino-Harga Tak Stabil

Sudedi Rasmadi - detikJabar
Senin, 11 Des 2023 14:30 WIB
Petani di Indramayu memanen cabai hijau besar berharap harga meningkat
Petani di Indramayu memanen cabai hijau besar berharap harga meningkat. Foto: Sudedi Rasmadi/detikJabar
Indramayu -

Kenaikan harga cabai di pasaran tentu menjadi satu harapan bagi para petani. Salah satunya petani cabai di Desa Kedokanbunder Wetan, Kecamatan Kedokan Bunder, Kabupaten Indramayu.

Rasmadi salah satunya, ia bersama seorang rekan lainnya terlihat antusias memanen cabai hijau di perkebunan seluas 100 bata miliknya. Sekadar diketahui, petani di Indramayu menggunakan satuan lokal untuk menyebut luas lahan, yakni bata. Satu bata sama dengan 14 meter persegi. Dalam sekali panen, ia bisa mendapatkan satu hingga dua kuintal cabai.

Pria berusia 53 tahun itu mengaku panen cabai baru bisa dirasakan dalam kurun waktu satu bulan belakangan. Sebab, sebelumnya ribuan tanaman seringkali mati akibat diserang hama.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Ini baru mulai kelihatan hasilnya. Untuk panen paling setiap dua pekan sekali. Alhamdulillah sudah bisa satu kuintal lebih," ungkap Rasmadi ditemui detikJabar, Senin (11/12/2023).

Sejauh ini, harga cabai hijau besar di kalangan petani diakuinya tidak stabil. Dari beberapa kali jual, ia hanya mendapat harga sekitar Rp20 ribu sampai Rp24 ribu saja per kilogram.

ADVERTISEMENT

"Ya dapat Rp4 jutaan sih sekali panen," ucapnya.

Meski tergolong mulai naik, namun bagi Rasmadi harga tersebut belum cukup untuk menutup kegagalan sebelumnya. Di mana, selain sempat dihantam badai El-Nino, perkebunan cabainya pun masih diincar sejumlah hama dan virus tanaman.

Kondisi itu pun membuat Rasmadi harus merogoh modal tambahan. Sebab, selain untuk membeli kebutuhan pupuk, ia juga harus melakukan tambal sulam tanaman (semai tanaman).

"Baru dua pekan ini diserang virus kuning, tuh tanamannya banyak yang warna kuning. Hampir tiap malam juga rutin dijaga kan tikus masih nyerang aja," ungkapnya.

Meski begitu, menjelang hari Natal dan Tahun Baru ini menjadi satu harapan baginya. Sehingga, di momen itu, harga jual cabai hijaunya bisa lebih meningkat.

"Ya mudah-mudahan saja momen liburan nanti harganya bisa naik ya, Rp30 ribu aja per kilogramnya udah mendingan," katanya.

Diceritakan Rasmadi, kegigihannya mengelola tanaman cabai hijau besar ini tak lain untuk menutup hutang-hutang serta kebutuhan keluarganya. Sebab biasanya ia hanya mengandalkan kelola tanaman padi.

Berat kehidupannya sangat terasa setelah istrinya meninggal pada tahun 2020 lalu. Apalagi, saat ini pria dengan tiga orang anak itu harus mampu menyimpan uang untuk biaya kuliah putri bungsunya.

"Yang dua anak sudah berkeluarga, tinggal satu yang masih sekolah (kuliah)," curhatnya.

Hal senada juga disampaikan Sutiman, ia yang juga mengelola tanaman cabai rawit setan belum bisa pulih sepenuhnya karena badai El-Nino dan serangan hama. Tak jarang, Sutiman pun menambah biaya penyemaian baru untuk menambal tanaman yang mati.

Saat ini, harga cabai setan yang sedang tinggi itu belum dirasakan hasilnya. Karena tanaman di kebunnya belum bisa dipanen merata.

"Iya harga sih sama sekitar Rp60 ribu per kilogram. Tapi yaitu dijualnya eceran seringnya," ucap Sutiman.

(sud/sud)


Hide Ads