Cirebon Mall salah satu pusat perbelanjaan yang pernah berjaya di Kota Cirebon. Jika dibandingkan dengan pusat perbelanjaan sejenis, Cirebon Mall boleh dibilang merupakan mal legendaris.
Cirebon Mall mulai diresmikan pada tanggal 22 September 1991. Pusat perbelanjaan yang dikelola oleh PT Trimanunggal Bahagia Lestari itu dibangun di atas lahan seluas 12.000 meter persegi.
Tahun 1991-1998 merupakan masa kejayaan bagi Cirebon Mall atau yang juga dikenal dengan sebutan Hero. Di era itu, Cirebon Mall seolah menjadi magnet tersendiri bagi masyarakat yang ingin berbelanja berbagai macam kebutuhan maupun untuk sekedar jalan-jalan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun setelah melewati tahun-tahun yang menjadi masa kejayaannya, eksistensi Cirebon Mall kian merosot. Ada beberapa faktor yang menyebabkan Cirebon Mall tidak semeriah dulu hingga ditinggalkan oleh para pengunjungnya.
Menurut pihak manajemen, salah faktor yang menyebabkan Cirebon Mall tidak seramai dulu adalah karena banyaknya mal-mal baru yang bermunculan. Cirebon Mall kalah bersaing dengan mal-mal besar yang lebih modern.
Kondisi ini pun turut berimbas terhadap menurunnya jumlah pengunjung di Cirebon Mall kala itu. Saat berada pada masa kejayaannya, tepatnya di sekitar tahun 1994, perputaran uang di Cirebon Mall disebut bisa mencapai Rp 2 miliar hingga Rp 3 miliar per hari.
Namun setelah muncul mal-mal baru yang lebih modern, perputaran uang dari pusat perbelanjaan yang beralamat di Jalan Syarif Abdul Rachman, Kota Cirebon itu mulai merosot.
"Di tahun 1998 waktu mulai ada mal baru itu kita cuma turun 30 persen. Setelah muncul lagi mal baru yang lebih modern kita turun sampai 50 persen," kata Operational Building Cirebon Mall, Sukimto saat berbincang dengan detikJabar, baru-baru ini.
"Waktu masih jaya di tahun 1994, perputaran uang itu bisa mencapai Rp 2 miliar hingga Rp 3 miliar per hari. Namanya mal perputaran uangnya kan selalu dihitung. Misalkan omzet hari ini berapa nih, semuanya kan laporan ke gedung (mal)," kata dia.
Kemudian, kata Sukimto, faktor lain yang menyebabkan makin merosotnya eksistensi Cirebon Mall adalah karena pihak pengelola yang lebih berfokus melakukan ekspansi ke luar daerah dengan mendirikan salah satu pusat perbelanjaan di Bandung, Jawa Barat.
"Kita memang lebih mementingkan ekspansi ke luar. Kemudian peralihan dari generasi pertama ke generasi ke dua (keluarga pemilik). Generasi ke dua ini lebih condong ke bisnis yang lain. Jadi (Cirebon Mall) agak ditinggalkan sebetulnya. Cuma kita tetap berusaha eksis dengan segala yang ada," kata dia.
Kondisi ini pun semakin diperparah saat pandemi COVID-19 merebak di Indonesia pada tahun 2019 yang lalu. Cirebon Mall merupakan salah satu pusat perbelanjaan yang sangat terimbas. Akibatnya, tidak sedikit tenant yang akhirnya hengkang. Salah satunya adalah Ramayana.
"Waktu pandemi COVID-19 itu banyak yang bubar. Satu per satu berguguran. Mulai dari Bioskop 21, karena nggak boleh buka-buka akhirnya tutup. Ramayana juga nggak kuat. Kemudian ikut berimbas ke hotel. Akhirnya hotel juga tutup," kata dia.
Menilik dari awal berdirinya, Cirebon Mall sendiri sebelumnya hanya sebuah pertokoan biasa. Gedung Cirebon Mall pertama kali dibangun pada tahun 1988 sebelum kemudian diresmikan pada tahun 1991.
Hingga kini, gedung Cirebon Mall masih berdiri kokoh. Namun kondisinya tidak semeriah dulu. Saat ini, kondisi Cirebon Mall lebih banyak terlihat sepi.
Baca juga: Cirebon Mall, Nasibmu Kini |
Pada lantai satu, terlihat hanya ada beberapa toko yang menjual berbagai macam perlengkapan komputer maupun game. Termasuk satu toko yang menjual bordir untuk pakaian.
Selain toko-toko itu, di salah satu sudut Cirebon Mall juga masih terdapat sebuah outlet yang menjual makanan siap saji. Yaitu Kentucky Fried Chicken atau KFC. Sementara di lantai dua, saat ini sudah dalam keadaan kosong tanpa ada satupun toko yang buka dan beroperasi.
(sud/sud)