Idealisme Pesepakbola dalam Roman Sunda 'Bentang Lapang'

Idealisme Pesepakbola dalam Roman Sunda 'Bentang Lapang'

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Senin, 21 Apr 2025 06:30 WIB
Black and white soccer ball on green soccer pitch.
Ilustrasi (Foto: Getty Images/iStockphoto/Bigandt_Photography)
Bandung -

Sepak bola yang ideal telah diidamkan sejak lama. Di antara syarat ideal itu, yakni sepak bola dipertandingkan secara sportif. Tidak ada sogok-menyogok. Namun apa boleh buat, peristiwa sogok-menyogok agar para pemain di tim lawan bermain tidak total sehingga tim 'penyogok' bisa menang, mungkin telah terjadi sejak lama.

Di antaranya, seperti yang terekam dalam roman berbahasa Sunda, 'Bentang Lapang'. Sebuah kisah panjang tentang sepak bola yang ditulis wartawan sekaligus sastrawan, Rahmatullah Ading Affandie atau biasa disingkat RAF. 'Bentang Lapang' (Bintang Lapangan) pertama kali terbit pada tahun 1981. Diterbitkan kembali oleh Kiblat Buku Utama, cetakan ketiga pada 2020.

Sinopsis Bentang Lapang

Roman ini berkisah tentang Basri, seorang pemain sepak bola paling moncer di klub. Lambat laun, pamornya terkikis oleh pemain sangat muda bernama Kadir. Keduanya bermain satu klub, namun tiba-tiba Basri tak mau kembali ke lapangan sebab sebuah kecelakaan menimpa Kadir. Kaki Kadir terkilir hingga cedera.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Yang membuat Basri tak mau kembali ke lapangan tampaknya rasa bersalah yang teramat dalam. Sebab, kecelakaan Kadir itu ada andilnya, meskipun sebenarnya Basri juga kaget cederanya lebih parah dari yang disangka.

Kadir diobati oleh dokter, juga menjalani terapi di 'bengkel' tradisional, hingga akhirnya sembuh, tentu dalam perawatan Basri dan istrinya Entin. Basri dan Entin tidak punya anak, karenanya mereka kemudian menganggap Kadir sebagai anak.

ADVERTISEMENT

Tentang Kadir

Kadir adalah anak kecil yang senang sepak bola. Dia bercita-cita menjadi pesepakbola yang handal. Sejak kecil, Kadir mengidolakan Basri. Kabar berita di koran tentang Basri diguntinginya lalu ditempel di buku sebagai kliping.

Kadir bukanlah tipe penggemar rahasia, suatu waktu dia muncul di hadapan Basri dan rela membawakan sepatunya ke rumah sehabis Basri bermain bola. Sejak itulah, Kadir sering ke rumah Basri dan dianggap sebagai keluarga oleh Basri, di samping mendapatkan pendidikan khusus darinya sebagai Bintang Lapangan.

Kemudian hari, permainan Kadir semakin bagus, bahkan koran-koran kini sudah melupakan Basri. Tidak ada nama Basri dalam notes para wartawan, melainkan hanya Kadir. Koran bahkan menyebutkan prestasi Kadir lebih gemilang daripada Basri. Telah lahir Bintang Lapangan yang baru.

Niat Mencederai

Namanya 'Bentang Lapang' tapi tersaingi, tentu saja ada rasa jengkel, meski yang menyaingi adalah teman satu tim, bahkan telah dianggap anak sendiri. Saat pertandingan di sebuah kota, Basri dan seorang pemain bernama Hasan memang merencanakan memberi pelajaran kepada Kadir, tapi ternyata kejadiannya menjadi pelajaran juga bagi Basri. Kadir cedera karena kesalahan posisi saat menendang.

Tendangan itu mungkin tidak akan terjadi jika Basri tidak teriak 'Tembak, Dir!', permintaan untuk menendang. Tapi suara Basri bagi Kadir adalah sebuah perintah yang harus segera dieksekusi. Kadir cedera.

Sogokan dari Tim Lawan

Atas bujukan pengurus klub, Basri yang berbulan-bulan tidak mau kembali ke lapangan sepak bola, akhirnya mulai membiasakan diri berlatih secara personal bersama Kadir yang baru pulih dari cedera, hingga mereka kembali ke lapangan.

Sampai suatu musim pertandingan mereka hadapi. Di pertandingan pamungkas yang mempertemukan tiga klub, ada kejadian memalukan. Empat pemain termasuk Kadir kena sogokan Piow Soe, seorang dari tim lawan.

Untuk, pelatih klub di mana Kadir dan Basri bernaung segera mendapat laporan tentang sogokan itu, sehingga Kadir dan tiga orang lainnya yang terindikasi mendapat sogokan hanya duduk di bangku cadangan.

Usai pertandingan pertama di mana klubnya menang, Kadir disidang oleh pelatih dan 'ayahnya', Basri. Basri marah besar dan kecewa bahwa ketulusannya kembali ke lapangan karena Kadir, dicederai oleh Kadir sendiri. Namun, setelah disadarkan kembali, Kadir akhirnya bermain pada pertandingan terakhir.

Usai musim pertandingan, keempat orang penerima sogok itu disidang oleh lembaga yang menaungi mereka. Keempatnya dimaafkan tapi jika dalam setahun kejadian serupa terulang, tak ada lagi kata maaf.

Tapi yang paling menyedihkan bagi Kadir bukan hukuman dari lembaga itu, melainkan dari 'ibunya', Entin yakni istri Basri. Kadir tak boleh datang ke rumah Basri dan Entin selama sebulan sejak kejadian sogokan itu.

(iqk/iqk)


Hide Ads