Mitos 'Ucing Candramawat' yang Melintasi Langit, Pembawa Keberuntungan

Mitos 'Ucing Candramawat' yang Melintasi Langit, Pembawa Keberuntungan

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Minggu, 22 Des 2024 08:00 WIB
Ilustrasi kucing
Ilustrasi kucing. (Foto: Unsplash/Borna Bevanda)
Sumedang -

Ingat cerita Nini Anteh atau Nyai Anteh yang tinggal bersama kucing di Bulan? Ya, dia tinggal bersama seekor kucing bernama Ucing Candramawat.

Ucing Candramawat itu sendiri diyakini sebagai ibunda dari Nyai Anteh, sosok yang melahirkannya ketika sang kucing dipelihara oleh seorang lelaki yang bekerja sebagai pemburu, ketika masih hidup di bumi.

Nyai Anteh dan Ucing Candramawat itu bisa naik ke Bulan dengan sebuah pohon yang terus meninggi hingga menembus langit. Pohon itu tak berhenti tumbuh oleh karena Nyai Anteh remaja yang terus berdendang, mendendangkan kepedihan yang dideritanya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sampai tua, sampai nenek-nenek, Nini Anteh dan kucingnya tinggal di Bulan. Kerjaannya di bulan adalah menenun. Nah, cerita Nini Anteh ternyata juga melahirkan mitos lain.

Yaitu, mitos Ucing Candramawat. Dikisahkan bahwa Kucing Candramawat sering melintas di langit Bumi, bercahaya, dan jatuh pada suatu tempat di Bumi.

ADVERTISEMENT

Kejatuhan kucing itu pertanda baik sebab dipercaya kucing itu membawa keberuntungan. Kucing itu membawa intan berlian.

Arti Ucing Candramawat

Ucing Candramawat (dalam bahasa Jawa ditulis Candramawa tanpa huruf akhir t) sejatinya adalah kucing dengan bulu tiga warna. Kucing ini memang langka dan dominan berjenis kelamin betina. Secara ilmiah, kromosom dari jantan dan betina yang menjadi indukan kucing ini memungkinkan untuk sangat dominan melahirkan kucing betina.

Di beragam negara dengan sebutan masing-masing seperti Jepang, Amerika, dan Inggris, kucing dengan belang tiga warna ini dianggap sebagai kucing langka pembawa keberuntungan. Bagaimana tidak, mendapatkan sesuatu yang langka jelaslah keberuntungan.

Bagaimana kepastian Kucing Candramawat ini adalah kucing belang tiga? Kamus Sundadigi menjelaskan lema Candramawat sebagai 'nama kucing yang aneh, kata sebagian pihak warnanya ada tiga (hitam, putih, merah)'. Diterangkan juga 'sejenis kucing, biasanya bulunya berwarna tiga macam'.

Sejatinya kata Candrawamat dapat dipenggal dua. 'Candra' adalah kata Sansekerta yang berarti 'bulan', sementara kata 'mawat' berarti perbawa, watak, karakter, tabiat. Boleh diartikan Candramawat adalah kucing yang membawa watak terang atau beruntung.

Kezia Gracela Widya Lawalata dan Rosyidah dalam studi berjudul Terjemahan Aspek Budaya dalam Cerita Rakyat Indonesia Nyai Anteh Sang Penunggu Bulan Oleh Mahasiswa Departemen Bahasa Jerman UM, menjelaskan bahwa Kucing Candramawat adalah kucing belang tiga pembawa beruntung.

"Kucing Candramawat atau dalam bahasa Sundanya ucing Candramawat memiliki makna kucing yang dianggap berpengaruh baik dengan ciri-ciri berbulu tiga warna, misalnya putih, hitam, dan kuning, serta bentuk ekornya yang melengkung (Kamus Sunda.net, 2021). Dalam kamus Sunda.net (2021), kata mawat memiliki makna perbawa, watak atau pengaruh baik," tulis studi itu.

Melintasi Langit Membawa Keberuntungan

Budayawan Sunda, Agus Surachman mengatakan mitos Ucing Candramawat melintasi langit dan membawa keberuntungan masih dipercaya masyarakat di Kecamatan Cimanggung, Sumedang, paling tidak hingga sekitar tahun 1980-an.

Desa Cimanggung yang berlokasi di dataran tinggi, masyarakat bisa melihat bukit di selatan yang terpisah oleh aliran Sungai Citarik. Bukit Sangiang atau sering disebut 'Candi' di Cicalengka adalah lokasi jatuhnya Ucing Candramawat.

Ucing Candramawat adalah seberkas cahaya yang melintas di langit malam dan jatuh di Bukit Sangiang itu. Menurut Agus, jika cahaya yang melintas itu merupakan ulah usil orang, pada zaman itu belum ada teknologi pencahayaan. Cermin kecil untuk memantulkan cahaya pun masih jarang. Belum lagi, cahaya apa yang dipantulkan saat malam hari.

Dan jika kebetulan orang melihat cahaya melintas dan jatuh ke sekitar bukit itu, orang itu akan bergegas memburu ke arah bukit sebab yang baru saja jatuh itu dipercaya membawa intan berlian.

"Bergegas menuju ke Gunung Sangiang, tapi sejauh ini memang belum ada yang menemukan kucing itu," kata Agus Asma, sapaan Agus Surachman kepada detikJabar di Cimanggung, Sumedang, belum lama ini.

Menurutnya, kejadian orang-orang berburu Ucing Candramawat melalui pertanda berkas cahaya yang melintas di langit dan jatuh di Bukit Sangiang bukanlah sekali dua kali, pada zaman dahulu, melainkan berulang-ulang dan menjadi mitos yang menggelitik untuk dibuktikan kebenarannya.

(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads