Nyaris di banyak kesempatan, Dedi Mulyadi tampil di hadapan publik dengan mengenakan Iket Sunda. Calon gubernur nomor urut 4 pada Pilgub Jawa Barat 2024 itu punya ciri khas mengenakan ikat kepala warna putih.
Di antaranya ketika Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan mendaftar sebagai cagub-cawagub ke KPU Jawa Barat pada Selasa (27/8/2024) sore. Dedi mengenakan ikat kepala alias iket, sementara Erwan mengenakan peci.
Iket atau ikat kepala di Sunda punya makna. Bukan saja makna secara bahasa yang membentuk kata iket itu, namun juga secara simbolik, bahwa iket erat dengan makna yang luhur, sopan, dan pengendalian pikiran.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Faktanya, iket adalah Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia. Pemerintah RI melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2017 menetapkan iket ini sebagai WBTB Indonesia.
Iket Sunda Secara Bahasa
Di dalam kebudayaan Arab ada ikat kepala yang disebut dengan 'Iqaal'. Kata tersebut seakar dengan kata 'Aql' yang berarti akal. Ikat kepala yang demikian itu bermakna agar akal selalu terjaga dari pikiran yang 'ngelantur'.
Pada kebudayaan Sunda, fungsi iket juga tidak jauh dari apa yang terjadi dalam kebudayaan lain. Namun tentu, ciri-ciri yang khas seperti bentuk iket, corak kain, dan makna yang disematkan pada iket Sunda menjadi pembeda yang tegas dari ikat kepala lainnya.
Buku berjudul Penetapan Warisan Budaya Tak Benda Indonesia Tahun 2017 yang diterbitkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, menjelaskan proses pembentukan kata Iket.
Iket pada mulanya berasal dari kata ikat, seperti pada kata ikatan. Sesuatu yang mengikat. Namun, karena ikat ini dipakai di kepala, maka terjadi perubahan bentuk menjadi 'iket' dengan pengertian yang khusus yakni, ikat kepala.
Iket terdiri atas dua suku kata, yaitu i dan ket. Suku kata -ket sering muncul sebagai sesuatu yang bersifat kuat atau lengket. Misalnya pada kata pepereket, artinya berupaya sekuat tenaga.
Suku kata -ket juga ada ditemukan pada ketan, yaitu beras ketan yang jika dimasak akan bertekstur lengket. Di Sunda, beras ketan adalah bahan utama pembuatan kudapan ulen.
"Iket dengan berbagai bentuk dan wujudnya dipakai dengan suatu pertimbangan akan keserasian, kesopanan serta kepercayaan masyarakat setempat, karena unsur-unsur tadi terikat oleh adat yang kuat dan berlaku sejak dahulu." tulis buku tersebut.
Makna Iket Sunda
Iket sebagai WBTB Indonesia domainnya adalah kemahiran dan kerajinan tradisional. Penggunaan iket dikuasai oleh orang-orang di seluruh Jawa Barat. Setiap kabupaten dan kota di Jawa Barat, masyarakatnya mengenal dan menggunakan iket.
Karena telah mengakar kuat sebagai tradisi di Sunda, iket punya makna yang bisa dikuak. Makna yang terkuak akan semakin menguatkan alasan orang-orang Sunda memakai iket dari generasi ke generasi.
Dalam istilah lain, iket sering juga disebut Totopong. Sebutan ini berasal dari kata Tepung yang artinya bertemu. Pertemuan satu orang dengan orang lain, atau sebuah ujung tali dengan ujung satunya lagi disebut tepung.
Kata ini kemudian mengalami pengulangan menjadi tetepung, yang pada gilirannya menjadi Totopong. Secara umum, boleh ditarik makna Totopong adalah pengikat silaturahmi sebagaimana ikatan sebuah tali.
"Iket mengandung makna mengikat kepala. Obyek yang diikat adalah kepala (pria). Kepala memiliki makna sebagai pemimpin tubuh dengan isinya yaitu otak. Otak merupakan tempat pikiran dan organ manusia sebagai ciri manusia makhluk mulia ciptaan Tuhan. Dengan otak ini manusia memiliki cipta, karsa, rasa sehingga mampu berpikir. Dengan memakai iket, kepala sebagai organ penting dapat dilindungi." tulis buku Kemendikbud itu.
Makna Iket Menurut Dedi Mulyadi
Di kantor KPU Jawa Barat, Dedi Mulyadi menjelaskan mengapa dia mengenakan iket. Baginya, iket bukan sekedar gestur pada saat mendaftar sebagai cagub Jabar 2024 saja, sebelumnya dia pun sering tampil di hadapan publik dengan ciri khas itu.
Bagi Dedi Mulyadi, iket punya makna yang menjadi prinsip hidup orang Sunda. Kata iket juga muncul dalam ungkapan 'Sing saringset pageuh iket'.
"Ya memilih ikat kepala memang ikat sudah bagian dari kehidupan saya. Orang Sunda itu punya dua prinsip, cing caringcing pageuh kancing, set saringset pageuh iket. Cing caringcing pageuh kancing artinya bahwa pandulah hidup kita dengan kekuatan hati, rasa, dan cinta. Set saringset pageuh iket adalah pikiran kita tidak boleh kemana-mana. Nanti anggarannya harus fokus untuk rakyat tidak boleh dipakai jalan-jalan terus," ucap Dedi, dilansir detikJabar.
Ragam Iket Sunda
Iket Sunda pada mulanya adalah kain segiempat yang ditarik kedua ujungnya menjadi bentuk segitiga. Kemudian kain itu dilipat-lipat sehingga membentuk kain seukuran lebar tiga jari. Kain itu kemudian dipakaikan di kepala.
Namun, kini ada iket yang simpel. Yaitu, yang sudah dilipat-lipat dan dijahit sehingga kokoh dan tidak udar jika dilepas. Ini dari segi kemudahan pemakaiannya seperti topi.
Ragam iket bisa dibedakan dalam dua kategori. Kategori buhun atau iket dalam tradisi Sunda lama, dan iket modern yang telah disesuaikan dengan perkembangan mode.
1. Iket Sunda Buhun
Barangbang Semplak
Iket Sunda model ini memiliki ciri khas pada kain berbentuk segitiga di bagian belakang kepala. Kain di belakang kepala tersebut menyerupai Barangbang Semplak (pelepah kelapa yang jatuh namun masih menempel di pohon). Iket model ini dahulu digunakan untuk para jawara dan kini banyak digunakan dalam pementasan pencak silat.
Julang Ngapak
Iket model ini memiliki ciri khas kain berbentuk seperti burung yang sedang terbang dengan sayapnya. Model ini biasanya digunakan oleh Lengser dalam acara adat sunda dan juga banyak digunakan oleh orang tua.
Parekos Jengkol
Iket model ini memiliki bentuk segitiga yang dililit di kepala. Ciri khas model ini terdapat patuk/cula di bagian kening. Model ini banyak digunakan oleh ningrat.
Parekos Nangka
Parekos Nangka memiliki ciri khas bagian ujung kain yang menjuntai di depan kepala.
2. Iket Sunda Modern
Iket Sunda modern memiliki bentuk yang menyerupai Iket Buhun. Iket modern ini sering pula disebut Iket Kiwari (iket masa kini). Iket Kiwari mengalami berbagai penyesuaian dengan perkembangan tren mode dan busana masa kini.
Contoh dari iket model ini adalah Iket Maung Leumpang, Candra Sumirat, Praktis Parekos, Batu Kincir, Makuta Wangsa dan Manca Putra.