Gedung berbentuk bundar atau sering disebut Gedung Buleud di kampus Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung ada dalam pusaran dugaan kasus korupsi.
Dua orang yang merupakan Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) berinisial AWR dan kontraktor berinisial B telah ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi dalam proyek pembangunan gedung galeri seni itu.
Kasus ini menjadi fakta yang mengagetkan. Lingkungan akademik seni dan budaya yang sejatinya menjadi sumber kesadaran akan perlunya laku hidup yang bersih, jauh dari perbuatan jahat, yang di antaranya adalah perbuatan korupsi, malah kejadian menjadi tempat korupsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terlebih, bentuk bundar atau buleud yang menjadi arsitektur Gedung Galeri Seni ISBI Bandung itu punya makna tersendiri bagi masyarakat Sunda.
Buleud dalam Ungkapan Sunda
Studi berjudul Konsep Estetika Dalam Budaya Rupa Sunda Sebuah Kajian Awal oleh Jamaludin dari Jurusan Desain Interior FSRD Itenas Bandung mengungkapkan bahwa arsitektur di Tatar Pasundan punya dasar budaya yang kuat berupa ungkapan-ungkapan di dalam bahasa Sunda.
Ungkapan itu mengakar di dalam alam pikir orang-orang Sunda. Dengan demikian, desain bangunan yang lahir dari alam pikir tersebut bukanlah sesuatu yang kosong, melainkan sesuatu yang menjadi simbol sebuah makna.
Jamaludin menulis, sebagai contoh, kata buleud muncul pada ungkapan yang menceritakan tentang niat. Bahwa niat harus ditekadkan dengan sungguh-sungguh. Niat kudu buleud.
Buleud sendiri merupakan satu dari tiga bentuk dasar di dalam seni rupa, arsitektur, dan matematika. Dua bentuk dasar lainnya adalah segi empat atau orang Sunda menyebutnya pasagi dan segitiga atau jurutilu.
Dua bentuk dasar itu juga sering dipakai dalam mendesain bangunan di Sunda. Seperti halnya buleud, bentuk pasagi dan jurutilu juga punya makna di baliknya.
Makna Bentuk Buleud
Bundar, bulat, lingkaran, atau buleud adalah garis melingkar dengan ujung yang saling bertemu. Jamaludin dalam studinya menjelaskan, dalam bentuk buleud, jari-jari dari titik pusat ke setiap sisi berukuran sama.
Bentuk ini punya makna yang bisa ditelusuri melalui ungkapan-ungkapan peribahasa di Sunda. Di antaranya ungkapan bahwa niat itu harus bulat. Niat kudu buleud.
Niat kudu buleud berarti tidak ada keraguan jika seseorang akan melakukan sesuatu. Niat nu buleud berarti seseorang sudah mencapai tingkat yakin dengan apa yang akan dilakukan setelah berulang kali memikirkannya.
Menurut Jamaludin, buleud dalam ungkapan tersebut punya makna yang cenderung spiritual, yaitu keimanan.
"Bentuk lingkaran terdapat dalam ungkapan 'niat kudu buleud' (niat harus bulat). Niat berkaitan dengan persoalan keteguhan sikap, keyakinan serta kepercayaan yang pada ujungnya bermuara pada masalah keimanan atau spiritual," tulisnya.
Menariknya, bentuk buleud sering muncul secara alamiah atau telah menjadi bentuk-bentuk benda di alam raya. Misalnya, bulan dan matahari berbentuk bundar atau buleud.
Sosok roh suci kerap digambarkan dengan lingkaran cahaya di atas kepalanya. Simbol bulan sabit bagi umat Islam juga merupakan bentuk lingkaran.
Bentuk lingkaran atau buleud juga sering muncul dalam riak air. Jika air kolam yang tenang dilempari kerikil misalnya, dia akan beriak dan riakan itu berbentuk lingkaran yang terus membesar.
Jamaludin dalam Estetika Sunda dan Implementasinya dalam Desain Kontemporer yang disampaikan pada Konferensi Internasional Budaya Sunda II, 2011 di Bandung menulis:
"Bila mengacu pada bentuk-bentuk yang ada di alam tampak bahwa lingkaran terdapat pada berbagai objek seperti bulan dan matahari di angkasa, berbagai bentuk bunga-seperti bunga teratai dan beberapa jenis daun memiliki bentuk dasar lingkaran atau bulat."
(orb/orb)