Kesenian di Kabupaten Ciamis, memiliki keunikan dan beranekaragam. Ada yang lahir dari cerita mitos di masyarakat dan ada juga yang dilatarbelakangi sejarah atau kisah perjuangan.
Salah satu kesenian yang menarik untuk dibahas adalah Seni Kuda Bajir dari Desa Hujungtiwu, Kecamatan Panjalu, Ciamis. Kesenian karesmen ini diambil dari sejarah seorang ulama penyebar Islam abad ke-16 bernama Ki Guru Aji.
"Seni Kuda Bajir merupakan seni karansemen (karesmen) dari Dusun Neglasari, Dusun Hujungtiwu, Kecamatan Panjalu," ujar Pamong Budaya Ahli Muda Disbudpora Ciamis Eman Hermansyah, Sabtu (15/6/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bentuk Seni Kuda Bajir, orang memakai kostum kuda dimainkan oleh dua orang dengan berjalan diiringi musik gamelan atau khas Sunda. Biasanya ada dua kuda yang dimainkan dalam kesenian tersebut.
Kesenian Kuda Bajir cukup menarik perhatian masyarakat. Seperti pada kegiatan Galuh Ethnic Carnival beberapa waktu lalu. Masyarakat sangat antusias melihat lenggak-lengkok kuda tiruan tersebut. Kesenian tersebut dimainkan oleh Lingkung Seni Kuda Bajir Mekar Saluyu.
![]() |
Kesenian Kuda Bajir, berdiri pada tahun 1992. Kesenian ini merupakan ide masyarakat Dusun Neglasari Desa hujungtiwu yang kemudian dirancang oleh Husen. Pertunjukan Kesenian Kuda Bajir meliputi ngararapih, tawasulan, tatahar, papalayon, helaran, penca silat, atraksi, dan hiburan. Selain hiburan, Seni Kuda Bajir juga sebagai media pendidikan.
"Dalam kesenian Kuda Bajir juga ada banyak nilai yang bisa didapatkan oleh penonton. Mulai dari nilai pendidikan, religi, kebersamaan, dan nilai ekonomis," kata Eman.
Eman menjelaskan menurut cerita, Ki Guru Aji merupakan seorang ulama penyebar Islam dari Kesultanan Cirebon. Ki Guru Aji dalam menyebarkan agama Islam selalu menggunakan kuda dan mahir dalam berkuda.
Setelah menimba ilmu agama cukup lama di Cirebon atau dulunya Caruban, Ki Guru Aji diperintahkan Kesultanan Cirebon menemuai Syekh Pangeran Usman di Kawali. Pangeran Usman merupakan ulama besar yang dipercaya Kesultanan Cirebon memimpin dan juga mengatur syiar Islam di Priangan Timur hingga sebagian Tatar Pasundan.
Seletelah bertemu, Pangeran Usman kemudian menugaskan Ki Guru Aji menyebarkan agama Islam di pelosok sebelah barat Kawali. Ki Guru Aji pun sampai ke tempat yang ini bernama Desa Hujungtiwu. Banyak masyarakat pun yang memeluk agama Islam dan menjadi pengikutnya.
Pada suatu ketika, ketika Ki Guru Aji dalam perjalanan menyebarkan agama Islam, ia dihadang oleh sejumlah orang yang tidak suka dengan ajaran Islam. Sekelompok orang itu pun langsung menebaskan senjata tajam dan mengenai kuda yang ditunggangi Ki Guru Aji.
Seketika kuda tersebut pun ambruk karena tubuhnya hampir terbelah menjadi dua bagian. Sedangkan Ki Guru Aji berhasil melompat untuk menyelamatkan diri.
Ki Guru Aji pun langsung melawan sekelompok orang itu. Akhirnya orang-orang itu pun dikalahkan Ki Guru Aji dan memutuskan memeluk agama Islam dan menjadi pengikutnya.
Melihat kudanya mati mengenaskan, Ki Guru Aji pun berdoa kepada Allah SWT. Tak lama kemudian atas izin dan ridha Alloh SWT, kudanya pun hidup kembali, namun kuda itu menjadi bajir.
"Bajir itu hewan yang mandul," jelas Eman.
Ki Guru Aji pun memutuskan menetap di Desa Hujungtiwu hingga akhir hayat. Jasadnya pun dimakamkan di Dusun Neglasari. Warga pun mempertahankan dan mengabadikan Sejarah Ki Guru Aji dan kudanya lewat Kesenian Kuda Bajir.
(sud/sud)