Suasana pagi di Jalan Asia Afrika, Kota Bandung, Jawa Barat cukup tenang. Aktivitas masyarakat di sekitar kawasan itu berjalan seperti biasanya.
Pedagang asongan sibuk mencari pembeli, sejumlah orang yang duduk di halte setia menunggu bus yang datang. Begitupun dengan polisi lalu lintas terlihat sedang sibuk mengatur arus lalu lintas di jalan itu.
Tepat di belakang Bola Dunia atau Monumen Asia Afrika, nampak ada beberapa orang yang sedang asyik menari. Ada tiga orang yang turut menari di sekitar Palestine Walk, seorang pria dan dua orang wanita.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria itu mengenakan jas dengan penampilan menyerupai Presiden RI pertama Ir Soekarno. Sementara, dua orang wanita mengenakan kebaya hitam dengan kain hijau yang diikat di pinggangnya.
Tarian itu dilakukan oleh para penari yang tergabung dalam Mataholang yang dilakukan dalam memperingati hari lahir Bung Karno ke-123 tahun.
Para penari itu bernama Angeline Azhar, Chrysti Maharani Dewi dan Gatot Gunawan. Tarian yang dilakukan para penari itu syarat akan makna mendalam. Di balik ayunan tangannya, sesekali tangan mereka dikepalkan dan dibuka seperti memanjatkan doa.
Terkadang, dua penari wanita ini mengibas-ngibaskan bendera merah putih dan bendera Palestina yang menandakan jika persahabatan Indonesia dan Palestina tetap utuh.
"Aksi kita dalam rangka memperingati hari ulang tahun Soekarno yang ke-123 tahun, juga saat ini sedang booming isu Palestine yang tak kunjung selesai," kata salah satu penari Angeline Azhar, Rabu (5/6/2024).
Wanita berumur 23 tahun yang saat ini sedang menjalani studi di Pascasarjana ISBI Bandung itu berujar, semangat Soekarno dalam membela bangsa Palestina yang saat ini belum merdeka patut diaspresiasi.
"Ingat pesan Bung Karno bahwa selama Palestina belum merdeka di situlah rakyat Indonesia harus ikut memperjuangkan sampai Palestina merdeka," ungkapnya.
Menurut Angeline, tarian itu dilakukan selama empat jam dari pukul 08.00-12.00 WIB. "Harapan kami sebagai bangsa Indonesia juga bisa memperjuangkan kemerdekaan rakyat Palestina," ucapnya.
Gatot Gunawan selaku Koordinator Komunitas Mataholang mengatakan, peringatan hari lahir Bung Karno kali ini mengangkat isu konflik Palestina-Israel yang tak kunjung berakhir.
"Sejarah panjang dukungan Bung Karno terhadap perjuangan kemerdekaan rakyat Palestina tentu masih relevan hingga saat ini dan harus terus kita gaungkan semangatnya," ujarnya.
"Komunitas Mataholang memandang bahwa masalah Palestina dan Israel adalah bagian dari sejarah panjang tentang keberpihakan Indonesia pada perjuangan kemerdekaan Palestina. Urusan Palestina dan Israel adalah bagian dari sejarah perlawanan Indonesia terhadap penjajahan atas dunia, dan menegaskan sikap politik bebas aktif Indonesia," terang Gatot.
Makna Tarian Perlawanan
Gatot menyebut, tarian yang dilakukannya bersama kedua penari wanita syarat akan makna perlawanan atas kondisi yang dialami Palestina yang saat ini masih dijajah oleh zionis Israel.
"Maknanya menggambarkan spirit tentang semangat, perjuangan, penghormatan, tentang anti kolonialisme, imperialisme yang ditanamkan Soekarno buat anak-anak muda masa kini tetkait Palestina ini," terangnya.
Gatot juga sebut, ada simbol tari dalam gerak tari yang ada hubungannya dengan aksi ini.
"Tarian diambilnya gerak tradisi sunda, ada yang menggambarkan semangat perjuangan seperti mengepal dan ada gerakan harapan dan doa gerakan seperti berdoa, dan gerak-gerak kemanusiaan dengan berjalan," pungkasnya.
(wip/mso)