Lutung Kasarung, Kisah Guruminda Dihukum Sunan Ambu

Lutung Kasarung, Kisah Guruminda Dihukum Sunan Ambu

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Minggu, 05 Mei 2024 13:00 WIB
Drama Musikal Lutung Kasarung Persembahan BOOW Live x IndonesiaKaya.com
Drama Musikal Lutung Kasarung Persembahan BOOW Live x IndonesiaKaya.com. (Foto: BOOW Live, IndonesiaKaya.com/ Istimewa)
Bandung -

Selain cerita Sangkuriang yang berhasrat kepada ibunya sendiri, Dayang Sumbi, di Sunda ada cerita lain yang berunsur oedipus complex: Lutung Kasarung. Oedipus Complex adalah sebuah teori psikoanalisa yang diajukan Sigmund Freud. Itu merupakan ketertarikan seorang anak kepada orang tua yang berlainan jenis, yang muncul seiring dengan rasa "permusuhan" atau cemburu yang muncul terhadap orang tua yang sama jenis, demikian menurut Britannica.

Misalnya, anak laki-laki cemburu karena ayahnya dan tertarik kepada ibunya, begitu pun anak perempuan mencintai ayahnya dan menjadikan ibunya sebagai saingan. Lutung Kasarung mengisahkan hubungan oedipus complex itu, meski fragmen oedipus hanya sebagai pembuka cerita.

Carita Pantun Lutung Kasarung

Carita Pantun adalah bentuk sastra Sunda kuno yang berbentuk lisan. Judul dan keutuhan carita pantun disampaikan oleh juru pantun. Pada bentuk yang masih bisa terlacak, carita pantun nyaris disajikan selalu dengan petikan kecapi. Jentreng kecapi mengiringi cerita dari awal hingga akhir. Setiap ritme jentrΓ©ng atau petikan, disesuaikan dengan nuansa (atmosphere) yang sedang dikisahkan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak terkecuali carita pantun "Lutung Kasarung". Di zaman ini, jentreng kacapi dalam balutan carita pantun Lutung Kasarung banyak berpijak pada naskah pengisahan ulang oleh penyair kenamaan Sunda, Sayudi (1981). Belum terselisik apakah pada zaman Sunda kuno, carita pantun juga dengan pirigan kecapi atau tidak.

Agaknya, yang pertama kali menuliskan carita pantun yang "lisan" ke dalam teks adalah Argasasmita, yang menurut Pudentia dalam "Transformasi Sastra, analisis cerita rakyat Lutung Kasarung", (Balai Pustaka: 1992), kemudian naskah tersebut menjadi basis penulisan ulang oleh etnograf kelahiran Leiden, Belanda 24 Juni 1863, C.M. Pleyte.

ADVERTISEMENT

Karena mulanya cerita lisan, tidak semua versi cerita Lutung Kasarung memiliki plot yang sama. Sehingga jika membanding-bandingnkan beberapa versi cerita Lutung Kasarung, tentu akan kentara ada perbedaan-perbedaannya, meskipun inti ceritanya tetap tentang Lutung Kasarung.

Diusir Sunan Ambu

Sunan Ambu dalam kepercayaan masyarakat Sunda kuno adalah sang Maha Gaib penguasa kahiangan. Nama Sunan sendiri disematkan karena Ambu atau Ibu, adalah dewi yang dihormati atau "disuhun". Sunan berasal dari kata Susuhunan, sementara Ambu adalah ibu.

Sunan Ambu punya anak lelaki, namanya Guruminda. Sebagai anak dewata, Guruminda punya paras yang kasep (ganteng), badan yang proporsional, dan segala kesempurnaan lainnya.

Pada suatu versi, dia bermimpi berjumpa seorang perempuan cantik yang mirip dengan ibunya. Apakah mengigau? Tak sadar, dia sudah berada di kamar Sunan Ambu. Ibunya marah, lalu mengajarinya bahwa hal demikian melanggar pamali.

Karena melanggar pamali, maka Guruminda harus menebus kesalahannya itu dengan hukuman turun ke Buana Panca Tengah (dunia). Namun, sebelum turun menjalani hukuman itu, dia diperintahkan untuk mengenakan pakaian dari awan hitam dan mengenakan benda angkasa lainnya sebagai ekor. Dia bersalin menjadi Lutung Kasarung.

Makna "Lutung" dan "Kasarung"

Lutung (Trachypithecus) adalah kera dari Dunia Lama (Cercopithecidae). Di antara ciri monyet dunia lama adalah lubang hidungnya yang menghadap lurus ke bawah.

Hewan berbulu hitam dengan ekor panjang ini banyak ditemukan di Asia Tenggara, India, dan Sri Lanka. Hewan ini sama-sama merupakan monyet dunia lama dengan Surili.

Guruminda menjelma Lutung Kasarung dan turun ke hutan di wilayah Kerajaan Pasir Batang, sebuah kerajaan yang dipercaya ada di sekitar Galuh (Ciamis sekarang). Sambil menjalani hukuman, Guruminda alias Lutung Kasarung itu juga mendapat petunjuk dari Sunan Ambu tentang siapa perempuan yang akan menjadi istrinya, yang rupanya mirip dengan Sunan Ambu.

Karena kini berada di Buana Panca Tengah, Guruminda tidak dikenali oleh siapapun. Manusia pun tidak akan mengenalinya karena dia bukan dalam wujud aslinya. Jika dengan wujud aslinya dia berada di tengah orang-orang, mereka akan mudah mengenalinya dari ciri fisik yang penuh kesempurnaan.

"Tidak dikenali" dalam bahasa Sunda disebut Kasarung. Sebagaimana penjelasan dalam carita pantun Lutung Kasarung tulisan C.M. Pleyte:

"Enggeus nganggo raksukan, salin jenengan kana Lutung Kasarung, kasarung ku sadulur, kasimpur ku barajana (sudah pakai baju lutung, ganti nama jadi Lutung Kasaruung, tidak terlihat oleh yang lain, diasingkan oleh keluarganya)" (Pudentia:1992).

Berkelindan, di Kerajaan Pasir Batang yang hutannya ditinggali Lutung Kasarung, sedang ada suksesi pergantian kepemimpinan. Namun, pengganti raja Tapa Ageung, semuanya perempuan.

Daripada memberikan tahtanya ke anak pertama Purbararang, Tapa Ageung lebih memilih anak bungsunya, Purbasari. Purbararang tak senang. Lalu konflik dimulai, melibatkan Lutung Kasarung yang ketika itu tertangkap oleh penyumpit dan diserahkan ke kerajaan untuk dijadikan santapan kalangan raja, sayur lutung.

Menemani Purbasari

Konflik yang terjadi di Kerajaan Pasir Batang membuat Purbasari menderita. Dia dizalimi sehingga mengalami kendala pada kulitnya dan diasingkan ke Gunung Cupu oleh Purbararang yang menjadi ratu pada pemerintahan transisi di Kerajaan Pasir Batang.

Di saat yang sama, lutung hasil tangkapan penyumpit ternyata malah membuat onar di kerajaan, sehingga rencana membuat sayur lutung batal. Binatang itu lantas diberikan ke Purbasari di tempat pengasingannya, sekadar sebagai teman. Benar saja menjadi teman, di hadapan Purbasari, lutung itu bisa bicara dan lalu keduanya berteman baik.

Keduanya menghadapi semua tugas-tugas tidak logis dari Purbararang. Misalnya membendung lebak Sipatahunan, menguras leuwi Baranangsiang, dan banyak lagi tugas-tugas yang maksudnya mengintimidasi Purbasari.

Merasa iba dan "klop", Lutung Kasarung alias Guruminda memapatkan doa kepada Sunan Ambu agar dibuatkan rumah megah untuk Purbasari, menggantikan gubuk yang selama ini ditinggalinya, mengalahkan kemegahan Kerajaan Pasir Batang. Sunan Ambu mengabulkannya.

Kabar itu tersiar ke telinga Purbararang yang hatinya diselimuti dengki. Dia lalu mengadakan beragam lomba tak lain untuk mengalahkan Purbasari. Namun, dalam semua perlombaan itu, Purbarang kalah. Terakhir, adalah adu ketampanan pasangan.

Purbararang yang berpasangan dengan Indrajaya sudah bangga akan menang, dan menghina adiknya Purbasari yang bepasangan sebatas dengan lutung. Namun, Sunan Ambu memberikan kabar gembira kepada Lutung Kasarung untuk segera menanggalkan pakaian "kelutungannya" dan kembali menjadi Guruminda yang kasep dan gagah.

Purbasari dan Guruminda menang. Keduanya lalu menjadi pasangan yang memimpin Kerajaan Pasir Batang dan mengampuni Purbararang dengan segala perbuatan jahatnya.

Sufisme Lutung Kasarung

Ajip Rosidi, dalam pengantar bukunya sendiri, "Ciung Wanara: Sebuah Cerita Pantun" menyebutkan bahwa carita pantun Lutung Kasarung merupakan cerita yang dinilai keramat oleh orang-orang Sunda.

Penyebutan itu tidaklah keliru, sebab struktur cerita dalam Lutung Kasarung boleh dipandang sebagai cangkang yang punya isi. Perihal isi inilah yang mungkin keramat, sebab secarai nilai adalah adiluhung.

Penderitaan Purbasari menerima segala kezaliman Purbararang dan kekhidmatan Lutung Kasarung menjalankan hukuman dari Sunan Ambu, pada akhirnya berbuah manis.

Bukan hasilnya yang menjadi tujuan, tetapi semua proses "inisiasi" itu akan membuat seseorang naik derajatnya.

Lutung Kasarung, meski binatang yang berbulu hitam dan bertingkah mengacau, pada suatu fase, akan kembali kepada siapa dirinya: Guruminda. Seorang yang sempurna, yang di dalam dirinya mengalir "sari" dewata.

Ini barangkali mirip dengan apa yang dikembangkan dalam sufisme, di antaranya bahwa seburuk apapun "masa kini" seseorang tidak boleh tergesa-gesa dihakimi, sebab boleh jadi "masa depan" orang itu menyala.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads