Debus Dadali Pati Asal Sukabumi, Kiprahnya Tembus ke Brunei-India

Jabar Mendunia

Debus Dadali Pati Asal Sukabumi, Kiprahnya Tembus ke Brunei-India

Siti Fatimah - detikJabar
Selasa, 30 Apr 2024 07:00 WIB
Debus Dadali Pati Sukabumi
Debus Dadali Pati Sukabumi (Foto: Siti Fatimah/detikJabar)
Sukabumi -

Kesenian debus masih eksis dipertunjukkan di berbagai kegiatan. Tujuannya untuk menjaga kelestarian dan kebudayaan khas Sunda.

Debus ini mulanya berkembang di Banten, Jawa Barat. Debus mulai dikenal sekitar tahun 1552 sampai 1570 saat zaman pemerintah Maulana Hasanudin.

Pada zaman dulu, debus digunakan sebagai sarana penyebaran agama Islam. Kata debus sendiri berasal dari bahasa Arab yaitu 'dablus' yang berarti sejenis senjata dengan ujung yang runcing.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saeful Alam atau Bah Alam selaku Ketua Paguron Dadali Pati mengatakan, secara umum debus dibagi menjadi dua, ada debus sebagai seni dan debus buhun. Debus seni mengkolaborasikan antara ilmu dengan trik, sedangkan debus buhun berdasarkan olah dan lelaku spiritual namun tetap berlandaskan kepada kaidah-kaidah agama.

Bah Alam menceritakan, paguron Dadali Pati ini mulai berdiri pada tahun 2016. Tradisi debus ini ia dapatkan secara turun temurun kakek buyutnya yang berasal dari Banten.

ADVERTISEMENT
Debus Dadali Pati SukabumiDebus Dadali Pati Sukabumi Foto: Siti Fatimah/detikJabar

"Kalau saya bisa dibilang ada titisan keturunan, buyut dan kakek salah satu dedengkot Debus Banten. Ada abah Kasmeri kakek saya, kemudian kalau buyut dikenal nama Mbah Oyang. Buyut dan kakek saya asli Cibaliung, Ciboleger, Banten. Saya meneruskan jejak buyut hingga kakek saya dengan mendirikan Padepokan Dadali Pati," kata Bah Alam kepada detikJabar ditulis Senin (29/4/2024).

Dari yang asalnya hanya satu orang, kini padepokan Dadali Pati sudah membina 170 orang. Ada yang dari Palabuhanratu, Cisaat, Cibadak bahkan muridnya ada yang berasal dari Bogor, Cileungsi dan Cianjur.

Mereka tak hanya belajar tentang kanuragan seperti kebal dari senjata tajam, mereka juga belajar filosofi tentang hal tersebut. Salah satunya seperti atraksi menggesekkan golok ke lidah. Menurutnya ada maka yang tersirat dalam aksi ekstrem itu.

"Kita sampaikan filosofi-filosofi yang tersirat dalam debus. Misalkan menggesekkan senjata tajam bedog (golok) ke lidah, maknanya setajam-tajamnya golok itu lebih tajam lisan atau ucapan manusia, makanya selaku manusia kita harus bisa menjaga lisah dan ucapan agar tidak melukai orang," kata dia.

Debus Dadali Pati SukabumiDebus Dadali Pati Sukabumi Foto: Siti Fatimah/detikJabar

Bah Alam mengaku mengalami kesulitan saat membina anak-anak. Diketahui, minimal pelajar yang bisa ikut dalam padepokan debus ini berusia 15 tahun.

"(Ritual khusus) ada karena segala sesuatu tidak mungkin Kun Fayakun ya tetap ada sesuatu yang mesti kita amalkan dan itu pun semua tidak terlepas dari pada hakikat yang Maha Kuasa. Kita hanya meminta kepada Yang Maha Kuasa untuk diselamatkan," ujarnya.

Bah Alam pun menceritakan, selama delapan tahun berdiri, Dadali Pati sering menerima undangan di luar Kota Sukabumi. Bahkan, mereka sempat diundang ke luar negeri untuk mengenalkan atraksi debus.

"Saya Alhamdulillah di Bandung, Karawang, Garut, sampai di Bali. Kita rutin kalau di Bali. Kita juga pernah diundang ke Brunei juga ke India. Kita asli padepokan dari Sukabumi," tutupnya.




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads