Kirab Mahkota Binokasih di Situ Lengkong Ciamis yang Mematahkan Mitos

Kirab Mahkota Binokasih di Situ Lengkong Ciamis yang Mematahkan Mitos

Dadang Hermansyah - detikJabar
Jumat, 19 Apr 2024 08:00 WIB
Mahkota Binokasih diarak di Situ Lengkong Panjalu Ciamis
Mahkota Binokasih diarak di Situ Lengkong Panjalu Ciamis (Foto: Istimewa).
Ciamis -

Kirab Mahkota Binokasih ke Kabupaten Ciamis oleh Keraton Sumedang Larang memberikan manfaat yang sangat berarti. Salah satu hal yang paling penting adalah menjadi pematah atau memecahkan mitos larangan, pantangan warga Sumedang menyeberangi Situ Lengkong Panjalu, Ciamis.

Konon selama ini warga Sumedang tidak ada yang berani menyeberangi Situ Lengkong Panjalu ke Nusa Larang atau Nusa Gede yang berada tengah danau, meski menaiki perahu. Biasanya pulau di tengah danau itu menjadi tujuan ziarah para wisatawan.

Mitos tersebut sudah ada sejak lama dan dipercaya sejak ratusan tahun lalu. Warga Sumedang yang menyeberangi Situ Lengkong konon akan celaka atau tenggelam. Sebagain warga Sumedang masih mempercayai mitos itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kirab Mahkota di Kabupaten Ciamis dilaksanakan di dua lokasi, yakni Astana Gede Kawali dan Situ Lengkong Panjalu, Rabu (17/4/2024).

Mahkota tersebut diarak dan dibawa ke Nusa Larang menggunakan perahu. Tidak hanya warga Ciamis, tapi juga warga Sumedang dan keturunan Kerajaan Sumedang Larang pun ikut menyeberang.

ADVERTISEMENT

Sejumlah versi pun bermunculan kaitan mitos larangan warga Sumedang ke Situ Lengkong. Ada yang menduga, mitos itu dibuat oleh kolonial Belanda untuk memecah belah. Mengingat Kerajaan Galuh dan Kerajaan Sumedang Larang masih satu keturunan dan punya ikatan emosional.

"Kirab Mahkota Binokasih ini semua memecahkan mitos, mematahkan mitos bahwa orang Sumedang yang Ulin ke Situ Panjalu Matak cilaka (orang Sumedang yang main ke Situ Panjalu akan celaka). Dengan rangkaian kegiatan Kerajaan Keraton Sumedang Larang nyeberang ke Nusa Larang, muter di Situ Lengkong dengan perahu, selamat tidak apa-apa. Nah ini mematahkan mitos tidak bisa nyeberang ke Nusa Larang," ujar Kabid Destinasi Wisata Dinas Pariwisata Ciamis Dian Kusdiana, Kamis (18/4/2024).

Untuk itu, Dinas Pariwisata Ciamis giliran memberikan informasi, pemasaran pariwisata kepada warga Sumedang. Sehingga warga Sumedang bisa berwisata ke Situ Lengkong Panjalu, Astana Gede Kawali dan Situs Karangkamulyan.

Sebelumnya, Kirab Mahkota Binokasih di Kabupaten Ciamis kembali digelar kedua kalinya. Kedatangan mahkota peninggalan Kerajaan Galuh itu disambut antusias oleh seluruh kalangan, dari pemerintah, budayawan hingga masyarakat.

Momen ini dilakukan selama dua hari, yaitu 16-17 April 2024. Kegiatan ini merupakan agenda Keraton Sumedang Larang dan Pemkab Sumedang dalam rangkaian hari jadi, juga kerja sama dengan 4 pemerintah daerah.

Mahkota diarak di dua tempat bersejarah di Ciamis yakni Astana Gede Kawali dan Situ Lengkong Panjalu. Tempat tersebut diyakini sebagai lokasi peninggalan Kerajaan Galuh.

Bagi warga Tatar Galuh Ciamis, Mahkota Binokasih memiliki makna yang mendalam. Meski lama berada disimpan di Keraton Sumedang Larang, namun mahkota ini dipercaya dibuat oleh Bunisora dari Kerajaan Galuh dan digunakan untuk melantik atau mengukuhkan Raja Galuh.

Kepala Dinas Pariwisata Ciamis Budi Kurnia mengatakan Mahkota Binokasih memiliki kesejarahan dengan Ciamis. Sudah dua kali berturut-turut mahkota dibawa keliling ke 4 daerah, yakni dimulai dari Ciamis lalu ke Kota Bogor, Kabupaten Bogor, kemudian kembali ke Sumedang.

"Ini sosialisasi nilai-nilai luhur. Semoga Provinsi ke depan ikut terlibat karena melibatkan 4 daerah. Mahkota Binokasih ini dibuat bukan hanya sebagai siger atau totopong, tapi konsep besar yang digagas oleh Bunisora Suradipati orang Galuh tentang sebuah peradaban yang ideal dicita-citakan," jelasnya.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads