Menjelang bulan suci Ramadan, berbagai tradisi dilakukan oleh masyarakat. Salah satunya adalah tradisi mencuci karpet masjid yang dilakukan masyarakat Kabupaten Bandung.
Tradisi cuci karpet masjid tersebut dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciwidey, Desa Sadu, Kecamatan Soreang. Mereka mencuci karpet di pinggir sungai dan ada juga yang memasukannya ke aliran sungai. Sikat dan gayung menjadi peralatan pokok dalam mencuci karpet tersebut.
Orang tua dan anak-anak ikut terlibat dalam aktivitas tersebut. Mereka mencuci sambil bercanda dan tawa demi menghangatkan suasana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setelah mencuci karpet, biasanya masyarakat melakukan sesi makan bersama atau botram. Ada yang membawa makanan dari rumah, ada juga yang memasak mendadak di pinggir aliran sungai tersebut.
Pengurus Masjid Jami Al Ulumiah, Desa Cigondewah Hilir, Kecamatan Margaasih, Abah Aden (40) mengatakan tradisi mencuci karpet masjid tersebut telah dilakukan secara turun temurun. Hal tersebut dilakukan saat bulan sya'ban.
"Ini mah dari zaman dulu, zaman bapak saya, pas saya masih kecil juga sudah, tahun 1970 an juga udah mulai. Jadi pasti orang Cigondewah mah terjun ke sungai kaya gini untuk membersihkan karpet tempat ibadah," ujar Aden, saat ditemui di lokasi, Kamis (7/3/2024).
![]() |
Menurutnya adanya tradisi tersebut demi membuat karpet di masjid menjadi bersih dan wangi. Diharapkan warga bisa beribadah lebih nyaman saat Ramadan.
"Ini tradisi menyambut bulan suci Ramadan agar lebih suci lah. Makanya karpet-karpetnya itu dicuci biar ibadahnya nyaman dan enak ," katanya.
Dirinya bersama pengurus yang lainnya berangkat saat matahari terbit. Kemudian datang dengan bersama-sama menggunakan kendaraan bak terbuka. Setelah itu dirinya langsung mencuci di aliran sungai tersebut.
"Kalau prosesnya kita masukin ke air, diguyur dan disikat pokoknya harus bersih lah. Kalau satu kali enggak bersih, ya ulang lagi dari awal, karena biar bersih ini kan sarana ibadah," jelasnya.
Setelah itu karpet tersebut dijajarkan untuk dijemur. Sambil menunggu karpet tersebut kering, biasanya masyarakat ada yang berenang dan ada yang makan bersama atau botram.
"Karena nunggu lama, setelah proses mencuci ya kita bawa makanan sendiri. Langsung aja kita botram bareng," ucapnya.
Menurutnya yang mencuci karpet tersebut tidak hanya dari kampungnya. Namun beberapa wilayah di kecamatan lain pun kerap mencuci karpet di tempat tersebut.
"Misalnya ada dari Desa Rahayu, Desa Kutawaringin, Desa Cigondewah, kalau Kecamatan Margaasih mah rata-rata ke sini. Kecamatan lainnya juga suka kesini, ada dari Banjaran, Soreang, Katapang, dan lain-lain," pungkasnya.
(yum/yum)