Seni Kuda Renggong lahir dari sebuah desa di Kabupaten Sumedang. Desa tersebut bernama Desa Cikurubuk atau secara adminitratif masuk ke dalam wilayah Kecamatan Buahdua.
Dari beberapa literasi, Seni Kuda Renggong tidak terlepas dari sosok yang bernama Sipan. Sosok Sipan konon sebagai pencipta seni tradisi yang kini menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) bagi Sumedang.
Sekadar diketahui, Kuda Renggong sendiri adalah seni ketangkasan kuda. Di mana kudanya menari mengikuti alunan musik. Tak hanya itu, Kuda yang dimainkan pun mahir memperagakan sebuah gerakan yang seolah-olah tengah berkelahi dengan manusia. Ini biasanya dihadirkan sebagai atraksi. Lantas siapakah sosok Sipan ini?
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
detikJabar berkesempatan mewawancarai Epon Warnengsih (67) yang diketahui merupakan salah satu keturunan dari Sipan. Epon menyebut, sosok Sipan merupakan moyang keluarganya.
"Eyang Sipan merupakan sesepuh dari keluarga kami," ungkap Epon.
Sosok Sipan diketahui merupakan anak dari seorang pria bernama Sinto keturunan Bugis, Sulawesi yang menikah dengan perempuan asal Sumedang. Dari pernikahannya itu melahirkan delapan orang keturunan yang beberapa di antaranya Janesah, Alisah, Saran, Sipan, Huswi dan anak lainnya.
"Jadi sosok Sipan ini merupakan keturunan campuran antara Bugis dan Sumedang," terang Epon.
Dari sosok Sipan yang juga menikah dengan seorang perempuan asal Sumedang memiliki 8 orang keturunan yang di antaranya adalah Sukria dan Ia.
"Sosok Sukria inilah yang kemudian menjadi salah satu keturunan dari Sipan yang turut menggeluti Seni Kuda Renggong, namun Sosok Sukria sendiri tidak memiliki keturunan," ungkapnya.
Epon sendiri berasal dari garis keturunan Ia yang tidak lain adalah neneknya. Nenek Ia ini diketahui memiliki seorang anak perempuan bernama Rukasih yang menikah dengan Atma. Dari hasil pernikahannya itu melahirkan tiga orang keturanan yakni Atang, Ade dan Epon sendiri.
"Kalau dari garis nenek yang melanjutkan seni Kuda Renggong adalah saya sendiri dengan suami saya yang bernama Atap. Namun setelah saya bercerai dengan suami, saya pun sudah tidak melanjutkan lagi," ucapnya.
Epon sendiri kini telah menikah kembali dengan seorang pria bernama Yuse (84). Dari penuturan Epon itu diketahui bahwa warga Desa Cikurubuk mayoritasnya masih memiliki hubungan persaudaraan dari moyang yang sama.
"Warga Desa Cikurubuk ini kalau ditelusuri sampai atas, sampai moyang semua masih memiliki hubungan saudara," ujarnya.
Pelatih Kuda Renggong di Keraton
Sementara terkait Seni Kuda Renggong sendiri berdasarkan informasi yang diterima Epon dari para sesepuhnya terdahulu diketahui bahwa itu dimulai oleh eyang Sipan.
"Jadi eyang Sipan itu katanya sebagai pelatih Kuda Renggong bagi lingkungan karaton atau di lingkungan Pangeran Sumedang, kudanya konon bernama Si Cengek sama Si Bengek, kalau tidak salah," tuturnya.
Epon mengatakan para sesepuhnya dulu termasuk kakek dan neneknya yang mengalami kehidupan bersama Sipan. "Jadi memang nenek-kakek dan sesepuh saya itu dari dulu memang suka sama pertunjukan seni Kuda Renggong, menurut cerita sesepuh itu kalau ada Kuda Renggong itu cukup ramai ada yang bawa alat genjring, ada yang pakai topeng sambil menari," paparnya.
Eyang Sipan sendiri diketahui lahir pada tahun 1870 dan meninggal dunia pada tahun 1939.
Terkait silsilah dari sosok Sipan yang merupakan keturunan dari buah pernikahan antara Bugis dan Sumedang itu dibenarkan oleh Kades Cikurubuk, Muhamad Fadar Junawar. Bahkan ia pun membenarkan bahwa warga Desa Cikurubuk masih memiliki hubungan persaudaraan dari moyang yang sama.
Baca juga: Daftar 118 Warisan Budaya Tak Benda di Jabar |
"Jadi hampir 80 persen warga Cikurubuk ini memiliki moyang yang sama, hanya 20 persen di antaranya yang merupakan warga pendatang," terangnya.
Muhamad sendiri mengaku berasal dari moyang bernama Janesah dan Jamil yang tidak lain saudara kandung dari sosok Sipan. "Janesah, Alisah sama Sipan itu bersaudara dan saya dari garis keturunan Janesah yang dinikah oleh eyang Japil," ucapnya.
(sud/sud)